Entahlah

41 4 1
                                    

"SADAR KAMU, KIM SUHO!"

"KAMU YANG SEHARUSNYA SADAR!! AKU UDAH SABAR KAMU TERUS KELUAR RUMAH DENGAN SEMUA ALASAN GAK MASUK AKAL KAMU ITU, AKU PERCAYA KAMU TAPI APA YANG AKU DAPET? KAMU SELINGKUH, IRENE!!"

"KAMU DULUAN YANG MAIN DI BELAKANG AKU, SUHO!! DAN YANG MENGEJUTKANNYA KAMU SAMA SAHABAT AKU!!! AKU CUMAN BALES KELAKUAN KAMU!"

PLAK.

BUGH

KRAK

PRANG.

Tangan lentik itu segera terangkat untuk kembali menutup daun pintu yang tadi ia buka sedikit. Pintu tertutup dan tubuhnya meluruh ke lantai. Kepalanya dijatuhkan di atas lutut yang terlipat sambil menghela nafas berat.

Tangannya menutupi telinga, semakin menekan untuk menghalau suara bentakan yang kian mengeras dari balik pintu kamarnya.

Menit berlalu, suara benda dihancurkan juga bentakan dan makian berangsur menyepi. Diakhiri pintu depan yang dibanting keras begitu pula dengan pintu kamar sebelah yang bernasib sama.

Papa yang pergi meninggalkan rumah dan mama yang kembali masuk ke dalam kamar. Selalu seperti itu.

Rumah akan sepi jika papa pergi dan akan ramai pertengkaran jika papa pulang.

Chenle bukan anak kecil dan setiap papa pulang akan seperti ini, jadi dia paham alasan kenapa orang tuanya seperti ini.

Meski sudah besar, tapi Chenle masih tetaplah remaja yang memiliki ketakutan. Dia tidak punya keberanian untuk melerai papa dan mamanya, dan seperti pengecut dia hanya bisa menangis seperti sekarang disaat pertengkaran itu terjadi.




(・~*♬*~・)



"Belajar yang rajin." Chenle mendapat kecupan di dahi setelah mendengar itu dari papanya. Anggukan sebagai jawaban, lalu Chenle pamit dan segera memasuki gedung sekolah.

Sampai di ruang kelas, Chenle langsung disuguhi tatapan tidak mengenakan dari seseorang, Eric-si ketua kelompok essay nya Chenle.

Tangan si pemuda terangkat menengadah di depan wajah Chenle, "mana?"

Chenle Menghela nafas pelan sebelum menjelaskan apa yang ingin dia jelaskan pada pemuda di depannya, "sorry, Ric. Belum aku print, soalnya NISN nya belum ada yang kasih, juga masih banyak yang kurang kan,  sedangkan kata ibu harus lengkap semuanya. Kamu juga aku spam terus telpon kenapa nggak ngasih nomer nya?"

"Kenapa Lo gak cari tau sendiri nomernya?"

"Gak ketemu."

"Lo udah nanya ke ibu nya nggak? Gue tebak pasti nggak."

"Ya kamu pikir aja, jam satu malem aku harus tanya ke ibu dimana sopan nya?"

"Alesan."

"Terserah kamu, tapi sekarang aku minta nomer nya."

"Noh cari aja di absen."

"Aku udah cari, tapi nomer kamu kosong."

"Masa?"

"Anjing."

"Lo bilang apa barusan?"

"Lo, anjing."

Plak.

Kepala besar Chenle tertoleh ke samping, panas dan nyeri mulai menjalar. Chenle yakin pipinya akan mirip tomat sekarang.

Gak ada salahnya kan mengumpat sekali. Chenle sungguh muak dengan kelakuan Eric, sebagai ketua seharusnya dia ikut dalam semua kegiatan kelompoknya, bukan hanya menyuruh dan menagih saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ιστορία | Just StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang