Mark baru saja selesai meeting dengan beberapa kepala manajer di perusahaan tempatnya bekerja. Ia menelungkupkan kepalanya ke meja sambil meremas rambutnya sendiri.
Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dua minggu yang lalu di rooftop.
Kekasih yang selama ini ia cintai, sudah meninggalkannya. Meninggalkan perasaan dan kenangan yang begitu membekas di benaknya.Mark menghela napas lelah sambil melirik jam meja yang ada di atas rak alat tulis kantor di depannya.
'Sudah pukul setengah 5' batin Mark.
Dulu, saat ia masih bersama Giselle, ia akan langsung ke meja kerja Giselle yang hanya berbeda dua lantai darinya. Mengajaknya pulang bersama, membantu Giselle membereskan berkas-berkas yang terlampau berantakan di meja, berbagi cerita tentang pekerjaan yang menumpuk sampai bos yang selalu tidak puas atas apa yang dilakukan seluruh karyawannya, terkadang mereka tertawa bersama karena perilaku konyol Mark yang sangat amat seperti bocah yang manja kepada ibunya atau sekedar berbagi kopi yang mereka buat di pantry kantor saat mulai jenuh menatap kertas-kertas dan komputer.
Pikirannya melayang ke masa-masa itu. Masa dimana ia memiliki banyak alasan untuk terus tersenyum dan tertawa. Entah mengapa berat sekali rasanya melepas seorang Giselle dari kehidupannya. Ya, ia sudah terjatuh sangat dalam. Ia tidak bisa melepaskan Giselle begitu saja, hatinya menolak. Namun ketika melihat gadis itu yang memohon untuk mengakhiri hubungan ini, sepertinya memang Giselle memang sudah tidak bahagia bersamanya. Ia merasa gagal. Ya, gagal membahagiakan kekasihnya. Ia menganggap mungkin semua ini adalah karenanya.
Mark terus menyalahkan dirinya sendiri tanpa tahu alasan sebenarnya Giselle memutuskan dirinya. Ya, hanya Giselle yang tahu. Dan alasan itu takkan pernah terpikirkan sedikitpun oleh seorang Mark Lee.
Seoul, 10 Februari 2022
Sudah tiga minggu pasca Giselle memutuskan dirinya. Ia berangkat ke kantor seperti biasa. Tidak memperlihatkan ekspresi apapun, datar. Bersikap seolah-olah tidak peduli lagi dan tidak ingin memikirkan hal tersebut. Mark merasa bahwa sekarang Giselle sudah bahagia tanpanya. Bahkan Mark sudah tidak pernah menghampiri Giselle lagi. Oh ayolah! Sudah pasti Mark tidak mampir ke kantor Giselle lagi. Untuk apa seorang pria menghampiri mantan kekasihnya yang memutuskannya secara sepihak tanpa ada alasan yang jelas. Itu pikiran Mark. Dan ia benar-benar sudah yakin dengan prinsipnya.
Menjauhi seorang Giselle Jung bukanlah keinginannya. Setiap hari, Mark selalu merindukan gadis itu. Tak pernah ia melewatkan hari tanpa merindukan gadis itu. Namun ia merasa bahwa lebih baik ia tidak perlu menemuinya lagi, untuk saat ini. Ya, ia membutuhkan waktu untuk pulih, ia kecewa.
Tiba-tiba sahabat Mark, Kim Jongin atau yang biasa dipanggil Kai datang menghampirinya sambil membawa 2 kopi panas di tangannya. Lalu menyerahkan kopi itu sambil tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Au Revoir Mon Amour ✔️
Fanfic"Goodbye, Mark Lee. I will always remember you. Always." "This is not a goodbye, Gigi, this is a thank you." © hwanganotherworld