"serem banget anjir senyumannya" ujar razka dengan terus menatap ke arah
"Gila si bos keknya kerasukan deh sampe senyum begitu" celetuk Abian dengan bergidik ngeri menatap Kana dari kejauhan
Jiyan menatap aneh mereka berdua "Kok gue liat dia senyum kek nahan berak"
"Anjing penghinaan" Rion memukul bahu Jiyan dan tertawa terbahak-bahak
"Sakit weh, gila lo" Jiyan mengusap bahunya dan sesekali meringis, memang kekuatan Rion tidak bisa di ragukan lagi. Tenaganya yang besar.
"Lo makan apa sih, kawat besi lo cemilin ya"
"Iya nih, gue juga pengin makan lo"
"Jijik anjing ada gay, WOY ADA GA--hhmmptt" Rion membekap mulut Jiyan sampai nafasnya terasa memberat. Jiyan menghempaskan tangan Rion dengan kasar.
"Tangan lo lecit anjrot" ucap jiyan dengan nafas yang tidak beraturan.
Razka menatap mereka bergantian "Gue punya temen kek gini amat ya, spesies langka"
"Heh jangan gitu, lo kehilangan kita nanti nanges. Ya gak Yon"
"Yoi, eh tu si bos kesini"
Kana berjalan dengan kedua tanganya berada di saku celana dan itu menambah ketampanan yang berkali lipat membuat pada kaum hawa yang masih menonton menjerit tertahan "Cabut"
Mereka berempat mengikuti Kana seperti anak ayam yang menurut ke induknya.
"Bos, tanding basket bakal di Adain besok" ucap Rion menatap punggung tegap kana
"Nanti kita latihan" ucapnya sambil terus berjalan dengan wajah penuh dengan peluh yang menetes membasahi rambut dan dahinya.
"Emang mau Tanding sama sekolah mana"
"Tuh si geng sebelah yang bikin onar"
"Heran gue gak di tawuran gak di tanding basket selalu musuh lawannya dia, gak ada gitu yang lain"
"Kan udah takdir geng rovenger sama geng Abal-abal itu selalu bentrok"
"*"
Seiring berjalanya waktu, hari sudah mulai sore dan artinya waktu pulang sudah tiba.
Nara berjalan dengan santai sambil menikmati suasana sore yang semakin sejuk antara campuran panas dan angin.
"Nara yok sini masuk ke mobil gue"
"Gak nan makasih, gue udah mau di jemput supir gue kok"
"Beneran, yaudah gue temenin Lo deh"
"Gak usah, supir gue lagi jalan kesini kok. Paling sebentar lagi nyampe"
"Yaudah gue duluan ya"
Setelah kepergian Nanda, Nara membuka ponselnya tetapi ia baru ingat "baterainya abis gimana gue mau hubungin supir gue"
Gadis itu berdecak kesal, sungguh kenapa ia baru ingat saat Nanda sudah pergi. jika ingat dari tadi kan bisa nebeng. Setelah berdebat dengan pemikirannya, Nara akhirnya memutuskan untuk berjalan tanpa menunggu supirnya datang.
Tin tin~
Suara itu membuat Nara sedikit tersentak "eh kaget ya, sorry"
"Eh.. Lo ngapain di sini, belum pulang?" Tanya Nara pasalnya semua orang hampir sudah tidak ada di kawasan sekolah, hanya beberapa saja yang mungkin mengikuti ekskul.
"Lo lupa lagi ya, tadi kan gue udah janji mau traktir lo"
"Oh.. gak usah deh" dengan senyum yang terkesan terpaksa, kenapa dirinya selalu lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAKANA (new version)
Teen Fiction[⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Lo, ke-kenapa terlambat.. tau peraturan di sini kan" ucapnya terbata karena sungguh aura orang ini sangat mengintimidasi. Senyum miring tercetak di bibirnya "Tau" "Tapi kenapa selalu lo langgar" "Karena lo cantik" "Gak...