Happy reading
"Oke, tapi ada syaratnya"Gadis itu berusaha melepaskan cekalan yang semakin erat itu "Lepas... ribet banget si, yaudah apaan syaratnya?"
"satu langkah satu ciuman"
"Lo sebenernya siapa sih, sok kenal banget.. mana minta ci-cium lagi" sial kenapa menjadi gugup begini.
"Gue Elkana Alvarendra putra"
"Gak tau, cepetan kalian ke lapangan.. jangan sampe ketua OSIS yang nanganin kalian"
Mereka semua pun di giring ke lapangan tetapi Kana tetap di tempat tanpa melangkah maju mengikuti teman-teman nya.
Gadis itu menghembuskan nafas kasar. mau cowok itu apa sih "Lo mau di situ aja jadi patung sekolah ini, atau penjaga gerbang?"
"Gue mau jadi suami lo"
"Gila ni orang, keknya bener deh gue kudu jauh-jauh. Udah serem mana kurang waras lagi" ucapnya dalam hati, ia menatap cowok di depanya ini dari atas sampai bawah.
"Udah natapnya?" Tanya Kana dengan tampang yang menggoda gadis itu. Sedangkan yang di goda mengerutkan dahinya.
Kana menarik kerah bajunya guna merapihkan baju yang berantakan walaupun masih tetap dengan penampilan urakan "gimana, gue udah bisa masuk kriteria jadi suami lo kan?"
Gadis itu membulatkan matanya, apa-apaan maksudnya ini. Tidak dapat di prediksi memang otak cowok di depanya ini.
"Maksud lo apa sih, gue kalo cari suami juga pilih-pilih kali. Gak modelan kaya lo yang urakan gini" mampus. Nara menepuk mulutnya, bisa gawat hidupnya jika seperti ini. Ia menatap wajah di depanya yang seperti menahan amarah.
"*"
Bel istirahat sudah berbunyi, Nara berlari mengejar Nanda yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju kantin. Ia mengejar sampai berada di sampingnya membuat Nanda bingung sendiri.
"Nanda~"
"Lo kenapa ngejar gue, katanya gak mau ke kantin"
Dengan nafas yang tersengal-sengal ia kembali menatap ke arah Nanda "gue lupa mau ngomong sesuatu sama Lo"
"Ngomong soal apa?"
"Lo tau anak kemarin yang lo jelasin ke gue"
Nanda mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti "yang mana sih?"
"Yang kemarin di hukum"
"Oh elkana, iya emang kenapa"
"Gue abis kena masalah"
"Kena masalah maksudnya"
"kan hari ini jadwal gue jaga di gerbang buat hukum anak yang telat. Tapi di situ gue salah ngomong"
"Ya tapi lo ngomong apa"
"Gue ngomong 'modelan urakan kaya lo' terus gue liat wajahnya tu kek marah gitu sama gue gimana dong, bantu gue lah" Nara menceritakan dengan wajah cemas, ia hanya menceritakan bagian itu. tidak mungkin kan ia membeberkan semua perkataanya pada Nanda, kita iya bisa gawat apalagi Nanda itu tipe mulut yang lemes.
"Lagian Lo kenapa sampe ngomong gitu, udah tau orangnya sensitif. Pernah waktu itu dia di ganggu cewek dan ceweknya tuh di cekek"
"Ih jangan nakut-nakutin lah, gue gak mau kepala gue ilang"
"Gue gak bisa bantu deh keknya kalo masalahnya sama dia, maaf ya Ra. Lo harus hadepin sendiri"
"Lah terus gimana"
"Ya Lo minta maaf gitu sama dia sebelum kepala Lo yang gelinding"
"Minta maaf nya gimana"
"Ya Lo malah nanya gue, ya gue gak tau lah, udah lah perut gue udah nangis nih dari tadi. Gue ke kantin dulu ya mau makan bye Nara keluarin urusan lo"
Nara mulai menggigit kukunya dengan cemas, Kenapa menjadi rumit seperti ini.
Jika tau akan seperti ini kejadiannya maka lebih baik Nara tidak bertemu dengan cowok yang kasar itu.
Sedangkan di tempat lain, Kana menatap ponselnya dengan wajah murung.
"Yah bos, belum juga jadian udah di tolak hahaha ~" semua anggota ikut tertawa setelah mendengar perkataan Abian.
"Bener juga ya lo, ck mangkanya kalo mau nembak cewek tu ya di saring dulu kata-kata nya. Yang manis kek, kalo gini kan ceweknya yang takut sama Lo" celetuk Rion sekaligus menasehati temanya itu yang suka membuat aturan sendiri.
Kana menatap tajam ke arah Rion dan para temanya itu yang masih tertawa tanpa henti "Bacot diem Lo"
Jiyan menatap Kana dengan masih meredakan tawanya "Dih si bos, gak percayaan banget sama pakarnya soal perempuan"
Dengan wajah datar Kana menatap mereka malas "Terus gimana lagi"
"Ya udah gitu, jangan sampe dia takut kaya tadi. Kalo bisa Lo ajak ketemuan deh buat minta maaf sama dia"
"Di mana"
"Ya di kafe lah, ya kali di kolong. Gila Lo kalo nanya"
"Siapa tau lo jawabnya di hotel" timpal Kana tanpa bersalah.
"Di hotel mau skidipapap lo, kenal aja belom mau ngajak buat Dedek" ucap Abian yang mendapat tumpukan dari Rion.
"Dih si najis, udah lah mending lo cari tau dulu nomor si ceweknya. Percuma kalo ngajak jalan gak ada nomor telepon"
"Ya kan bisa ngomong langsung"
"Lo kira dia bakalan mau ketemu lagi sama Lo setelah apa yang Lo omongin, pasti trauma lah" ucap Razka tanpa beban dengan wajah tak merasa bersalah, Jiyan segera menyenggol lengan Razka untuk mengehentikan ucapnya yang bisa membuat seorang Kana murka lagi.
"Maksud Razka itu dia belum tentu mau ketemu sama lo karena ucapan yang gak mengenakan, kalo dari hp kan dia belum kenal" Jiyan menjelaskan dengan teliti, jika tidak di luruskan maka sudah tidak akan ber bentuk markas ini.
"Iya ya, yaudah deh nanti gue minta sama temen gue yang di sana" Rion segera mengutak-atik ponselnya guna mencari nomor temanya yang berada di kelas gadis yang sedang di bicarakan.
Dengan wajah tengil, Abian berucap "Temen apa temen tuch"
"Cowok anjir, mau ngegay lo" ucap Rion dengan sewot, memang temanya yang satu ini agak-agak.
"*"
Hai, gimana sama part ini?
Komen yaMaap kalo part ini agak dikit
Yaudah jangan lupa untuk vote, komen untuk kesalahan aku di mana aja dan follow akun ini ya
Bye di part selanjutnya 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAKANA (new version)
Teen Fiction[⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Lo, ke-kenapa terlambat.. tau peraturan di sini kan" ucapnya terbata karena sungguh aura orang ini sangat mengintimidasi. Senyum miring tercetak di bibirnya "Tau" "Tapi kenapa selalu lo langgar" "Karena lo cantik" "Gak...