02 | Keselek

249 42 2
                                    

BRAK!

"Kamu gapapa?"

"..."

(Name) POV'S

Seperti yang kalian baca, di chapter kemarin aku tak sengaja terjatuh ketika berebutan cilor dengan sho.

Saat aku sudah oleng kesamping, gadis berambut orange itu justru langsung menyingkir dariku. Emang, asem tenan.

Aku menutup mataku guna mengantisipasi jika sekiranya wajah mulus cangtip nan unyu-unyu ku ini akan terjedug kursi kayu yang sudah renta, bau kemiskinan dan karatan ini.

Eh, kayu emang karatan?
Ga tau ah, sabodo teuing aink mah.

Lagian ni sekolah ga da niat buat ngeganti kursi-kursi jompo ini kah?

Padahal tiap bulan murid-muridnya dipalakin 20.000 per-orang.

Hmm, curiga.

Ah iya, kembali ke calon imamku— maksudku, —ekhem— sho —ekhem—uhuk UHOQ--

Entah kenapa kayanya tiap aku ngomong nama anak itu hampir selalu keselek deh.

"Kamu gapapa?"

Sontak aku membuka mataku,  netraku bertemu langsung dengan sepasang manik hitam itu.

Penglihatanku menangkap mimik mukanya datar, tetapi aku tau bahwa tersirat suatu perasaan lain dalam dirinya.

Aku terkejut, jantungku sempat berdetak dengan sangat kencang hingga rasanya seperti jantungan saat itu.

Aku langsung tersadar dan langsung menetralkan wajah dan detak jantungku.

"...(Name)?"

"EH IYA! A-AKU GAPAPA, MAAP BUKAN MUHRIM" aku refleks melayangkan tanganku pada wajahnya. Mengingat bahwa kami tidak memiliki hubungan baik hubungan darah, atau dia belum menghalalkanku, jadi aku tidak punya hak untuk memperbolehkannya menyentuhku.

"Ah iya.. Maaf"

"Eh! Sho—uhoq—maaf-maaf! Aku tidak sengaja" saat aku melihat kearah wajahnya kembali, kulihat hidungnya berdarah. Apa aku memukulnya sekencang itu ya?

Kiki dan Amu yang tadi masih berdiskusi tentang apa yang harus Amu lakukan untuk bertanggung jawab setelah menjatuhkan sandwich pada rambut wangy Kiki sontak langsung menoleh, dan menghampiri kami berdua.

"Hee.. kayanya sekarang kita harus mulai berhati-hati dengan (Name) ya? Meskipun hanya reflek, hidungmu sampai berdarah lho"

Bucinan Amu itu menghampiri sho, sambil menepuk-nepuk punggung temannya itu.

"Mungkin karena (Name) adalah ketua klub voli, jadi dia sudah terbiasa untuk memukul bola voli dengan kekuatan yang biasa ia gunakan saat bermain"

Toro—orang yang barusan berbicara—ikut mendekati sho untuk memastikan keadaan temannya baik-baik saja.

"(Name) gapapa?"

"Gapapa, makasih udah nanyain, Amu"

"Ipin kalo tawuran yang diajak gelud langsung kelar ya?"

*(Ipin: mbak (Name))

"Iya, mau coba gak?"

"Engga, makasih. Daripada ribut-ribut, mending traktirin gue bakso"

"Bocah prik, tapi y okelah"

"Aku ikutt!"

"Gaskeun, kalian mau ikut juga?"

"Aku sih mau aja, kalian?"

Kiki menoleh kearah dua teman hijau dan hitam nya.

"Yaudah, ikut juga"

"Kalo (Name) ga keberatan, aku juga ikut aja"

"Gapapaa, kalo traktirin kalian doang  mah gampang! Aku tajir koq uwu"

"Iya iya serah lu, oke ayo jalan semuanya!"

Setelah itu Upi(n) merangkulku, lalu kita berenam berjalan menuju warung bakso bersama.

— ∞ —
Chapter 3: His house

Halo halo!
Maap ya kalo chapter kali ini pendek, walaupun sedikit lebih tinggi dari Amu:>
Fyi, kenapa (Name) dipanggil dengan 'Ipin' oleh Upi?
Sekedar spoiler, jadi keadaan rumah (Name) dulu itu mirip dengan keadaan rumah Upi sekarang.

Oke, have a nice day and lanjut halu!
Hara.

fall high ; shoWhere stories live. Discover now