04

5 1 0
                                    

Gadis itu memarkirkan motornya didepan gerbang mansion rumah utamanya, ia membuka gerbang dan memasuki perlahan area rumah mewah itu, sudah lama rasanya ia tidak kemari.

"Asalamualaikum pak slamm" Ujar gio kepada sang penjaga rumah, Slamet Rahardjo namanya, penjaga yang sedari kecil bersamanya menemaninya bermain, bercerita bahkan terkadang mereka berdua makan bersama.

"Waalaikumsalam neng gio" Jawab pak slamet kepada gio, "tumben neng kesini ada apa neng" Tanya pak slamet kepada gio dengan sopan dan lembut.

"Oh itu pak mau ngambil barang, mamah sama bang geo nya ada? " Ucap gio kepada sang penjaga, "ada neng, silahkan masuk" Jawab pak slamet kepada gio dengan tangan ia arahkan menuju pintu.

"Siap pakk, tunggu gio ya" Pinta gio dengan rasa hormat kepada pak slamet "baik neng bapak tunggu disini" Jawab pak slamet dengan senyuman yang selalu membuat hati gio menghangat.

Klekkk!

Suara pintu yang dibuka gio perlahan, gio menatap sekeliling rumah itu, tidak ada yang berbeda sama sekali, melangkahkan kakinya menuju ruang tamu

Trap trap trap!

Suara langkah kaki gio yang melangkah perlahan, sepi ya rumah itu sepi seperti tidak ada penghuni namun sebenarnya ada.

Saat gio hendak menaikki anak tangga itu, tiba tiba suara seseorang membuat pergerakan gio terhenti

"Ehhh tuan putri pulang" Ucap seseorang dengan nada meledek, gio membalikkan badannya dan menatap siapa yang mengajaknya berbicara saat ini.

Ya, dia ibu dari gio, MENTARI CAKRAWIJAYA, wanita yang telah memberikan luka kepada gio namun anehnya gio tak membenci wanita itu sedikitpun.

"Selamat siang nyonya mentari yang terhormat" Sapanya kepada sang ibu, dengan suara datarnya, "oh iya saya meminta izin kepada anda nonya besar, saya kemari hanya ingin mengambil barang saya apakah diperbolehkan? " Tanya gio dengan nada rendah nya, menatap sendu sang ibu yang sudah lama ia tak melihatnya

"Ambil saja lalu keluarlah" Ucap mentari kepada gio dengan mata yang menatap arah lain

"Baiklah saya permisi" Jawab gio lalu pergi meninggalkan sang ibu, mentari menatap nanar sang anak dengan hati yang berdenyut ngilu saat sang putri memanggilnya dengan sebutan nyonya.

Dimana putri yang selalu merengek meminta pertolongan kala sang kakak mengganggunya, dimana gadis kecil yang banyak bicara kala dirinya sedang memasak, dimana gadis kecilnya yang selalu meminta dibuatkan susu.

Semua itu telah berlalu, ia tau itu salahnya ia tau gadis rapuh itu memerlukan sang ibu, memerlukan dekapan hangat sang ibu, namun apa yang bisa ia perbuat untuk membawa sang putri kembali kepadanya.

Dilain tempat

Gio yang berada dikamar pun, merebahkan dirinya di kasur miliknya, tempat yang jarang sekali ia datangi, Gio beranjak dari tempat tidurnya membuka lemari berisi pakaiannya, ia mengambil beberapa hoodie, jaket, kaos dan celana pendek miliknya lalu memasukkan semua itu kedalam tas yang ia bawa

Menatap nakas yang menampilkan sebuah gambar gio kecil dengan sang kakak dan juga sang mamah, mengambil foto itu mengusap lembut wajah sang kakak dan juga mamahnya bergantian.

"Mah, bang, gio rindu" Ucap nya lirih, cairan bening itu keluar dari netra indahnya, membasahi pipi yang sedikit gembul itu, tanpa ia sadari bahwa ada seseorang yang tengah berdiri di depan pintu itu, lelaki yang dipanggil bang geo oleh gio itu menyaksikan betapa hancurnya sang adik

Tanpa ia sadari cairan bening itu menetes membasahi pipinya, ia juga teramat merindukan adik kecilnya itu.

Saat gio hendak keluar netranya menatap geo yang sedang bercanda dengan sang adik sambungnya, gio hanya tersenyum tipis lalu menuruni anak tangga

"Mamah mana" Tanya gio kepada geo dengan tas yang ia gendong di sebelah kanan, seperti biasa mukanya mendatar "dapur" Jawab geo singkat, gio meninggalkan mereka berdua diruang tamu tersebut.

Gio menuju dapur mencari keberadaan sang ibu, ketika ia mendapati ibunya sedang memasak tanpa sadar ia tersenyum, senyuman yang sulit di artikan

Dengan perlahan ia membuka suara, "mah" Panggil gio kepada mentari dengan suara bergetar, mentari menoleh menampilkan senyumnya "kenapa? Sudah selesai? " Ucap sang ibu kepada gio, gio mengangguk, "gio pamit mah, asalamualaikum surga-Nya gio" Pamit gio, "waalaikumsalam" Ucap sang ibu membuat gio menahan sesak didadanya.

Gio melangkah pergi meninggalkan dapur mendapati geo duduk sendirian di sofa ruang tamu tersebut, Gio tersenyum kepada geo lalu berpamitan kepada sang kakak, "bang ge gue pamit ya, jaga diri baik-baik, pola makannya diatur, asalamualaikum bang" Ucap gio lalu pergi ke arah pintu.

Geo menatap kepergian sang adik, lagi lagi ia gagal untuk mencegah adiknya pergi, di ambang pintu itu gio berbalik menampilkan senyum yang sudah lama geo tak melihatnya, gio melambaikan tangan kepada geo, perlahan setelah gio pergi geo tersenyum, rasanya tenang melihat senyuman sang adik

Saat gio hendak menutup pintu ia melihat sang adik sambungnya, melangkahkan kakinya ke arah sang adik, gio tersenyum kepada Sandra.

"Oky girl's you win" Ucap gio lirih kepada Sandra, Sandra tersenyum meremehkan sang kakak, "gue selalu mendapatkan apa yang gue mau, lo kalah kak" Ujar Sandra dengan bangganya.

"Iya lo selalu mendapatkan apa yang lo mau dek, termasuk mamah sama bang geo, gue pesen jagain mereka ya, setelah ini gue bakal pergi se jauh jauhnya dari keluarga kalian, semoga bahagia tanpa kehadiran gue dek" Sambung gio dengan air mana yang mengalir membasahi pipinya, gio melihat sang adik lalu mendekap badan Sandra dengan eratnya.

"Satu yang perlu lo tau dek, gue sayang kalian semua" Ucap gio dengan tulus, tangan gio terangkat untuk mengusap lembut pipi sang adik

"Gue pamit ya, goodbye princess" Pamit gio kepada sang adik, Sandra hanya membeku tanpa sepatah katapun.

Gio kembali kepada pak slamet, dengan senyumnya, "pak slam udah, gio pamit ya pak, jagain keluarga gio ya" Ucapnya berpamitan kepada pak slamet, pak slamet hanya tersenyum kepada gio

"Hati-hati neng disana" Jawab pak slamet yang di anggukki oleh gio, kemudian gio keluar gerbang menuju motornya menyalakan motornya melambaikan tangan nya kepada pak slamet.

"Asalamualaikum pakk, gio pergi ya" Salam gio kepada pak slamet, pak slamet hanya melambaikan tangannya dan menjawab salam gio didalam hati.

.

.

.

Gio mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, menikmati udara pada sore hari, sesekali ia melihat jalanan yang padat namun teratur itu

Ia memutuskan untuk berhenti di sebuah indomaret pinggir jalan, memarkirkan motornya, masuk kedalamnya dan mengambil satu minuman bersoda, membayar nya lalu duduk di bangku yang disediakan.

Menenggak minuman itu hingga tersisa setengah, melihat sekelilingnya dan netranya menangkap seseorang yang ia kenali.

"Bang fatih" Panggil gio kepada orang itu, ya dia adalah kakak kedua dari adam, gio melambaikan tangannya agar fatih tau ia ada disini.

Fatih berjalan menuju gio, "loh disini juga dek, ngapain, dari mana? " Tanya fatih saat mengetahui bahwa itu Gio, fatih melihat gio dari ata hingga bawah, masih mengenakan seragam sekolah nya.

"Kok masih pake seragam" Sambungnya lagi, gio nyengir, "anu bang habis dari rumah ngambil barang" Ujar gio kepada fatih, fatih hanya menghela nafasnya panjang "ganti baju dulu kan bisa dek" Jawab fatih, gio mengangguk dengan senyumnya.

"Bang fatih sendiri ngapain disini" Tanya gio kepada fatih, fatih menjawab "tadi mau pulang tapi haus yaudah mampir dulu ke sini" Jawab fatih dengan halus kepada gio, "pulang dek abang jagain dari belakang" Ajak fatih kepada gio yang dibalas anggukan, "ayooo" Ujar gio kepada fatih, fatih hanya menggelengkan kepalanya menanggapi tingkah gio.

.

.

.

Tbc

Suka? Tunggu bab selanjutnya.

13.16

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

G. I. OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang