12-Devoyage 1

14 3 0
                                    

Yuhuu, update lagi walau sedang dilanda masalah huhu.

Semoga kalian baik-baik saja melewati hari-hari yang ada.

Enjoy~

Enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini, entah kesambet apa Viola bangun sebelum matahari terbit, udara di luar juga masih terasa sejuk. Bahkan, Laras saja kalah. Biasanya Laras selalu bangun lebih dulu dibanding Viola. Karena dia harus kerja dari pagi.

Viola terlihat sibuk menyiapkan bahan-bahan di atas meja dapur, menonton, dan mencatat sebuah resep. Ia pun mengambil peralatan yang ia butuhkan.

"Telur udah, tepung udah, apa lagi ya?" Viola berguman sembari menunjuk ke arah bahan yang ia sebut.

"Hmm, sepertinya sudah semua. Mari kita coba!" Viola dengan antusias menggabungkan semua bahan ke dalam wadah mengikuti video yang ia nonton dari ponselnya. Selesai adonan tersebut telah padat, Viola membentuknya menjadi bentuk sesuai yang ia inginkan.

Kemudian, menaruhnya di dalam oven. Sembari menunggu kue tersebut matang, Viola pergi membersihkan badannya. Saat ia masih di dalam kamar mandi, Viola dapat mendengar teriakan Laras yang melengking.

"Viola! Lo ngapain?" pekik Laras.

Dahi Viola mengerut, ia kemudian keluar dari kamar mandi sambil menyikat giginya.

"Hmapha." Viola bertanya 'apa' dengan busa yang masih berada di mulutnya.

"Kenapa ini berantakan banget?" Laras bertanya, pagi-pagi saat melihat Viola tidak ada di tempat tidur, ia sudah memiliki firasat yang buruk. Dan benar saja, ketika ia tiba di dapur, semuanya seperti kapal pecah. Tepung yang berserakan di meja, hingga tumpah ke lantai.

Viola segera membuang busa di wastafel dan membersihkan mulutnya.

"Gue lagi nyoba bikin kue, ya maaf kalau ternyata tepungnya jatuh. Lupa ikat tadi." Viola menjelaskan sambil cengegesan.

Laras melangkah mendekati Viola, meletakkan tangannya pada jidat sahabatnya. Viola sempat mengelak, tapi Laras menahannya. Akhirnya, Viola mengalah dan membiarkan Laras menganalisa dirinya.

"Enggak panas," ucap Laras. Viola memutar bola matanya malas dan menepis tangan Laras. "Ya iya lah, orang gue nggak demam juga."

Laras menyipitkan matanya, "Bukan gitu, lo beneran nggak pa-pa?" Laras mendekati wajahnya.

"Apaan sih?" sergah Viola. "Gue nggak gila, emang pengen aja." Viola bisa menebak jika Laras pasti berpikir bahwa ia sudah gila, karena membuat kue itu jelas bukan keahlian ataupun hobi Viola. Jangankan buat kue, masuk ke dapur megang pisau saja belum tentu Viola bisa.

Tok Tok Tok

Viola dan Laras saling menatap satu sama lain. Perdebatan kecil mereka terhenti. Kini, pemikiran mereka berdua berada di satu frekuensi yang sama. Hanya ada satu pertanyaan, siapa yang datang bertama di waktu sepagi ini.

Poison For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang