プロローグ

16 4 0
                                    

EPOCH ini berlatar belakang jaman penjajahan, fiksi sejarah ini ngga nyata ya guys. Mungkin apa saja pernyataan yang dikemukakan disini itu cuman opini, bukan fakta. tidak bermaksud membela atau menyinggung siapapun.

Karya ini murni imajinasi ku sendiri, tidak ada copy paste dari book penulis lain. Karena setiap karya itu memiliki HAK CIPTA.

Sudah start sekitaran bulan MARET 2022, tapi masih aku draft dan rencananya mau published kalau part sudah lengkap. Emang lama jangka waktu penulisannya, karena terhalang waktu. Karena sekarang aku udah kerja jadinya agak susah buat ngeluangin waktu cuma untuk nulis.

 Karena sekarang aku udah kerja jadinya agak susah buat ngeluangin waktu cuma untuk nulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi aku mohon aja untuk kesadarannya.

Walaupun EPOCH ini udah end dari pertama kali published, aku minta kalian jangan silent reader dong☺️

Agak nyesek man teman 🥺🙏🏻
Kalo kalian ngga mau vote ngga papa, tapi setidaknya tinggalkan komentar. Aku malah suka kalian aktif berekspresi di kolom komentar 😭 jadinya aku bisa liat tanggapan kalian ketika baca work ini.

Aku cuman mau Deket aja kok sama kalian:(


Sekian, terimakasih.

Happy reading 😊❣️

Salam, J🪄

•••

10 November 1942, pulau Jawa.

Hancur bertumpah darah, para pejuang Nusantara yang mati-matian melawan tentara Jepang yang menjajah hingga titik darah penghabisan. Tak satu dua orang terbunuh dan di tembak mati oleh angkatan darat Jepang, menindas tiada  ampun walau banyak keluh peluh para pejuang Nusantara.

Jepang masuk setelah mengalahkan Belanda, mereka semua menjajah dan mengambil semua harta kekayaan yang di miliki oleh Hindia Belanda. Memanfaatkan tenaga kerja manual dari warga, dan mengambil seluruh sumber daya alam Hindia-Belanda. Benar-benar kejam dan tragis.

"Cari penduduk di setiap rumah!!! Jangan sampai ada yang tersisa!!"

"Baik jenderal!!"

Para tentara Jepang mulai memasuki rumah warga dengan beruntal, senjata api terus menodong dan siap menembak siapa saja yang melawan.

Jenderal Hitoshi imamura menatap kekacauan saat ini, ia hanya diam duduk di mobilnya bersama sang cucu, Nishimura Riki. Anak dari putri bungsunya, Hitoshi Mei.

"Saya ingin turun" tutur sang cucu dengan datar.

Jenderal Hitoshi imamura menatap Nishimura Riki, "tidak akan, kau tetap di sini" tegasnya.

Nishimura Riki mendengkus kesal, ia muak mendengar larangan yang selalu di ucapkan oleh jenderal Hitoshi imamura.

Dengan lancang Nishimura Riki keluar dari mobil dengan senjatanya.

Sontak perlakuan Nishimura Riki membuat jenderal Hitoshi imamura murka, "NISHIMURA RIKI!!! KEMBALI SEKARANG!!!".

namun naas, tidak ada respon dari Nishimura Riki.

"WATANABE HARUTO!! KANEMOTO YOSHINORI!! IKUTI NISHIMURA RIKI!!" Suruh jenderal Hitoshi imamura kepada dua tentaranya.

Kedua tentara itu memberi hormat sebelum pergi menyusul Nishimura Riki, "Baik jenderal!!!".

Berlari di antara mayat yang berserakan penuh darah, mereka segera menyusul Nishimura Riki yang sudah jauh terlelap kabut sisa bom.

BBRRAAKKK!!!

Nishimura Riki mendorong pintu rumah yang berasal dari kayu dengan kasar, ia memasuki rumah itu, melihat rumah ini yang paling besar dibandingkan yang lain Nishimura Riki semakin penasaran.

Nishimura Riki menoleh cepat pada sebuah pintu. Sepertinya ada orang di rumah ini, bagaimanpun ini rumah besar.

BRAKKK!!

Nishimura Riki menodongkan senjata nya ke dalam sebuah kamar yang baru saja ia masuki.

Ia melihat dua orang yang meringkuk ketakutan di lantai, sepertinya mereka sangat ketakutan dengan kedatangan Nishimura Riki.

Langkahnya semakin mendekat, dan todongan senjata itu semakin menohok.

"T-tolong j-j-jangan b-bunuh k-kami" ucap salah satunya terbata-bata, namun Nishimura malah semakin menodongkan senjata api nya membuat kedua orang itu semakin membeku diam.

"Nihongo wo hanashimasu ka??" (Apakah anda bisa berbicara bahasa Jepang??) Tanya Nishimura Riki.

"Saya tidak tahu" suara yang sopan menjawab, seseorang dengan meringkuk dengan jubah menutupi bagian kepalanya dengan anggun.

Nishimura Riki memincingkan matanya, "Wakarimasuka??" (Apakah anda mengerti??) Tanyanya curiga.

Gadis itu menggeleng cepat, "saya tidak mengerti."

Lucu, bisa-bisa seorang gadis mengajaknya bercanda di saat seperti ini. Nishimura Riki menatap gadis itu dengan seringai, menarik juga pikirnya.

Nishimura Riki menurunkan senjatanya lalu bersimpuh lutut mengecek kedua orang itu.

"Saya tidak jahat, tapi jika kalian memberontak saya akan menembak mati kalian di sini"

"Katakan di mana keluarga kalian yang lain??!" Tanya Nishimura Riki dengan datar dan tatapannya yang menusuk.

"Jika Tuan ingin membawa mereka tidak akan saya beritahu! Lebih baik bawa saya!"

Plak!

Nishimura Riki menampar pipi gadis itu hingga pipinya terlihat merah dan sudut bibirnya terluka.

"Nona!" Wanita yang jauh lebih tua darinya memekik ketika melihat gadis itu di tampar oleh Nishimura Riki.

Sementara itu, Nishimura Riki tertawa sarkas menatap keduanya.

"Sudah saya bilang, jika kalian tidak memberontak saya tidak akan keji!" Peringat Nishimura Riki sekali lagi.

"Katakan di mana keluarga kalian yang lain??"

Gadis itu menatap Nishimura Riki dengan murka, "sudah saya katakan! Sa-!"

Plak!

Satu kali lagi tamparan keras itu menyipu pipi sang gadis.

Nishimura Riki mencengkram dagu gadis itu dengan kasar, "jangan berteriak kepada saya!" Ucapnya lalu menghempasnya.

"Tuan Nishimura!!"

DOR! DOR! DOR! DOR!

"BAPAK!!!!"

Gadis berjubah itu memekik ketika melihat bapaknya yang sudah mati di tembak oleh tentara Jepang.

Nishimura Riki berdecih melihat tubuh yang berlumuran darah, ia melengos pergi melewati Watanabe haruto dan Kanemoto Yoshinori yang menunggu di ambang pintu.

Sebelumnya ia menoleh menatap sang gadis dengan sinis, "jangan sia-siakan air matamu Nona, jika anda tidak ingin saya jatuh cinta kepada anda".

"bawa mereka".

EPOCH[NISHIMURA RIKI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang