Three |Kesan Pertama|

2.2K 201 28
                                    

"Percuma muka ganteng kalau orangnya nyebelin." -Ayana

______________________________________

"Na, tadi mama bikin kue bolu pandan. Kamu anterin ke tetangga baru kita ya, sekalian kenalan."

Ayana menghentikan kunyahan dan menatap sang Mama dengan tatapan horor. Minggu ini ia tidak dapat jatah jaga malam, alhasil ia bisa bersantai disore hari. Tapi apa yang barusan ia dengar? Kenalan dengan tetangga baru? Jangan bilang Mama-nya ini menganggap serius ucapan ngawurnya, yang ingin mendekati tetangga baru mereka waktu itu?

"Yana," seru Kartika dengan nada jengkel, karena sang putri tak kunjung membalas ucapannya, "kamu itu kalau diajak ngomong sama orang tua tuh dijawab dong, Na, masa diem aja?" protesnya kesal.

"Mama pengen aku jawab apaan?" tanya Ayana kembali mengunyah cemilannya.

"Iya Allah, Yana, beginian aja musti diajarin juga? Kamu ini bisanya apa sih?" decak Kartika kesal.

Ayana menghela napas berat. "Ya udah mana kue-nya."

"Nah, gitu kek dari tadi. Masa harus pake disindir-sindir dulu biar paham." Kartika melirik Ayana sinis, "Mama jadi curiga deh sama kamu."

"Astagfirullah, sama anak sendiri kok curigaan terus." Ayana geleng-geleng sambil melirik sang Mama dengan tatapan tidak percayanya.

"Kamu diputusin terus karena kurang peka ya, Na," tuduh Kartika tiba-tiba.

Ayana menghela napas. "Ma, jadi suruh nganter kue-nya nggak sih?" tanyanya dengan tatapan datarnya.

"Jadi lah, tunggu sebentar, kamu ganti baju sama dandan dulu sana! Biar kamu nanti nggak dikira pembantu baru Mama."

Ucapan Kartika sukses membuat Ayana melongo. Kepalanya secara reflek menunduk, memperhatikan pakaian yang dipakai. Perasaan celana jeans dan kaosnya belum terlihat lusuh apalagi buluk, lalu kenapa sang Mama tega menyamakan dengan pembantu?

Cepat-cepat Ayana menyambar ponselnya untuk berkaca pada layar hapenya. Penampilannya masih oke kok, masih terlihat segar dan cantik seperti biasa.

"Ganti dress sekalian, Na, terus touch up tipis-tipis, masa mau nemuin gebetan pake celana jeans sih, mana ada yang mau ngelirik?" ucap Kartika tiba-tiba muncul dari dapur sambil membawa tapperware berukuran sedang.

Gebetan? Beo Ayana dalam hati dengan ekspresi bingung.

"Gebetan siapa?"

"Ya gebetan kamu lah, masa gebetan Mama. Mau di kemanain ntar Papa-mu?"

"Tapi aku lagi nggak ada gebetan loh, Ma."

Kartika berdecak sambil menyerahkan tupperware-nya pada Ayana. "Itu tetangga baru kita, Na."

Ayana geleng-geleng kepala. "Apaan sih, ngaco aja." Ia kemudian memilih untuk segera pamit dan mengantarkan kue-nya sebelum maghrib.

Ayana langsung masuk ke halaman tetangga barunya--yang kebetulan gerbangnya tidak ditutup--.

"Assalamualaikum!" teriak Ayana di depan pintu, "permisi! Asalamuallaikum!"

"Wa'allaikumsalam. Ada apa ya, Mbak?" balas seorang perempuan dengan daster batiknya membukakan pintu.

"Emm, saya Yana, Mbak, anaknya Tante Tika yang rumahnya di depan itu," ucap Ayana sambil menunjuk ke arah rumahnya, "Mama saya abis bikin kue bolu pandan, terus minta saya bagiin sama tetangga baru. Ya, anggap aja seperti ucapan selamat datang di komplek ini."

"Oh, saya Darti, Mbak, ART di rumah ini. Tunggu sebentar ya, Mbak. Saya panggilkan Bapak dulu, mari Mbak silahkan masuk."

Ayana terkesiap. "Eh? Anu... enggak usah, Mbak, nitip ini saja. Saya mau langsung pulang saja, Mbak."

Cinta Sesuai Dosis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang