Bab 1 - Pujaan hati.

18 5 5
                                    

"Andraaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Andraaaa." Lia girang seraya bersenandung tidak jelas dengan kakinya yang terus melangkah pada koridor sekolah. Ia sangat senang karena kali ini dirinya akan menemui pria pujaan hatinya. Sudah satu tahun semenjak Lia menyukai lelaki itu. Mereka sudah naik kelas, dan gadis itu hanya memendam perasaannya tanpa mau mengungkapnya.

Tepat didepan jendela yang mengarah langsung pada meja Andra, mata Lia berusaha mengintip lelaki tampan yang sedang belajar itu. Hatinya seketika berdegup kencang tak karuan paska ia melihat Andra sedang mengerjakan soal dipapan tulis. "Cool banget deh."

"Punten, Bu." Lia mulai memasuki kelas itu, dan membuat seluruh siswa terheran-heran.

"Iya, ada apa, Lia?" tanya guru matematika yang sedang duduk disertai kacamata yang bertengkar dibatang hidungnya.

Lia melirik kearah Andra yang masih fokus akan soal yang berada didepannya. "Saya mau ngomong sama Andra bentar, Bu." Mendengar namanya disebut, lelaki itu langsung melirik kearah mereka berdua.

"Saya?" tanya Andra bingung. Mendadak Lia langsung mengangguk. "Kenapa, Kak?" Wajah polos Andra membuat Lia ingin menggigitnya.

"Ngomong diluar aja," ajak Lia. "Permisi, Bu." Guru itu langsung mengiyakan. Perlahan mereka mulai keluar kelas, dan berakhir berhenti dipinggir jendela. Mereka saling diam, namun diamnya Lia berbeda. Ia diam karena memandang lekat paras tampan Andra lalu tanpa sadar membelai hidung pria itu menggunakan telunjuknya.

Andra terkejut, kakinya ia langkahkan kebelakang dengan terbata-bata. Matanya membelalak kaget. Tak sadar bahwa dia berada dibelakang dinding dengan jendela yang terbuka lebar. Hingga membuat kepalanya terbentur. "Akhh."

"E-eh maaf." Dengan segera tangan Lia langsung mengelus lembut kepala Andra yang terbentur tadi. Rasa bersalah mulai menyelimuti gadis itu. "Maaf ya."

"Gak papa, Kak," ucap Andra serak. Kini perlahan kepalanya sudah tidak sakit lagi.

"Oh iya, kenapa Kakak panggil Andra? Ada perlu apa?" Lia kembali mengingat-ingat apakah yang akan diucapkannya, dan pada akhirnya senyum Lia kembali terukir, membuat wajahnya lebih manis dari sebelumnya.

"Engga, Kakak cuman mau ngasih info kalau nanti habis pulang sekolah kita breafing PMR." Andra mengangguk. Lalu mereka pergi ke kelasnya masing-masing setelah berpamitan.

Andra berjalan memasuki kelasnya kembali. Pertanyaan demi pertanyaan mulai dilontarkan teman-temannya, dan yang dilakukan Andra hanyalah tersenyum tanpa membalas pertanyaan tadi. Pantatnya mulai ia dudukkan pada kursi kayu, dan menyimak kembali apa yang diajarkan gurunya.

Telunjuk Lia terus-terusan ia cium serta endus, wangi khasnya masih ada sampai sekarang. "Gak akan gue cuci ini tangan. Wangi banget bau ayang gue." Hingga tak sengaja ada seorang gadis yang menubruk Lia, sehingga air putih yang dipegang gadis tadi keluar dan membasahi baju Lia.

"Bau bebep gue udah gak kecium lagi." Lia memandangi gadis yang beremblem XII itu. Tanpa basa-basi Tiara langsung membalas tatapan Lia dengan kedua tangan yang dirinya letakkan di pinggang.

PMRZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang