Bab 2 - Taman.

15 4 1
                                    

"Kakak gak papa?" tanya Andra tulus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak gak papa?" tanya Andra tulus. Sedangkan lawan bicaranya hanya menatap kosong ke depan tanpa ada niatan sedikit pun untuk menoleh Andra. "Kakak pasti laper. Sini Andra suapin."

Tangan Andra mulai mengangkat mangkok putih dengan isi bubur didalamnya. Tampilan bubur tersebut memang kurang menggugah selera, tapi masih bagus jika dimakan. "Buka mulutnya, Kak." Satu sendok perlahan mulai diarahkan ke manusia yang sedang berbaring itu.

Menyadari jika Andra akan menyuapinya, dia langsung bergerak memposisikan tubuhnya bersender nyaman. Saat sendok sampai satu jengkal di mulutnya, dia langsung bergegas menepis kasar tangan Andra hingga sendok yang digenggamnya jatuh berserakan dengan noda kecap dan bubur dilantai.

Kaget. Lelaki itu bengong, berusaha mengembalikan kesadarannya dengan cara menggelengkan kepala. Ia kembali menatap orang didepannya dengan seribu pertanyaan dibenaknya. "Kakak kenapa jadi gini?" Menangkap suara ini, dia hanya terkekeh paksa dengan pandangan kosong.

"Kenapa, Kak? Kenapa?" tanya Andra bertubi-tubi disertai dadanya yang mulai sesak, dan matanya mulai memanas. Entah apa alasannya.

"Gausah banyak nanya!" Rahangnya mulai mengeras lalu menatap Andra tajam. Bayang-bayang itu selalu menghantui dirinya. "Lo pasti udah tau kan alasan gue kaya gini?" Kepalan tangan mulai mengeras, bahkan urat-urat seperti akan pecah.

"Andra gak tau," lontar Andra berusaha mengoptimalkan suaranya. "Yang Andra tau dia menin—"

"STOP!!" jawabnya langsung dengan suara yang lantang, bahkan terdengar nyaring sampai keluar ruangan. "Gak usah ungkit-ungkit lagi, NGERTI GAK!" ucapnya disertai penekanan pada akhir kalimat.

"Andra gak bakal ungkit lagi, tapi Andra mau tau apa alasan kakak berubah gini?" Mata yang sebelumnya memanas kini perlahan mengeluarkan cairan bening. Sesak, itu pasti.

"Lo mau tak kan alasan gue kenapa jadi gini?" Ia turun dari ranjang, membiarkan infus bertengger ditangannya. Kemudian mendekati Andra yang telah menunduk berusaha menahan isak dari mulutnya.

Tangannya memegang kerah baju Andra dengan kasar. Andra hanya pasrah saja apa yang akan dilakukannya. Ia menutup mata dan berdoa. Cengkraman kerah semakin erat hingga membuat Andra meringis kesakitan sekaligus sesak. "K-kak."

Mendengar Andra menderita, ia tertawa girang. Tapi, matanya tidak bisa membohongi bahwa sebenarnya ia juga masih menyayangi Andra. "Lo itu ... PEMBAWA SIAL!!" Amarahnya semakin menjadi-jadi. Sekeras apapun Andra menahan air mata yang terus mengalir, mendengar kata-kata itu membuat matanya banjir air mata kembali.

"Cengeng banget lo jadi cowok." Melihat Andra yang kualahan, dirinya melepaskan cengkeramannya kasar dan mendorong Andra hingga ia terjatuh di sofa. "Mending lo pergi sebelum gue bunuh lo."

Andra pergi dari ruangan itu dengan cepat, ia juga tidak kuat karena perkataan yang dilontarkannya membuat hatinya tergores.

🩹🩹🩹

PMRZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang