01 • I see it

61 10 51
                                    

"Aku baru pertama kali melihatnya, mana mungkin aku langsung menyukainya. Sungguh mustahil bukan?"

***

Seorang gadis mungil baru saja turun dari pesawat searaya mendorong sebuah koper yang cukup besar, mata indahnya tak henti-henti memengarah ke setiap penjuru bandara, mencari sosok yang ia nantikan.

15 menit sudah berlalu, tetapi orang yang ditunggu belum juga terlihat, gadis itu mulai khawatir takut terjadi sesuatu padanya, ia mulai mengutak-ngatik ponselnya men tap nomor yang ia hendak hubungi, lalu menempelkannya ditelinga.

Terdengar suara deringan ponsel beberapa saat sebelum akhirnya terdengar suara orang yang ia nantikan.

"Hallo sayang."

Gadis itu menghelakan nafas lega. "Hallo pa, papa dimana? aku udah sampai di airport nih, papa jadi jemput aku 'kan?"

"Aduh sayang, maaf banget papa sekarang gak bisa jemput kamu di bandara."

"Loh kenapa pa? kemaren papa bilang mau jemput aku."

"Tadi pagi papa ada panggilan dari perusahaan, untuk segera terbang ke Kalimantan, soalnya ada proyek yang harus segera papah selesaikan disana."

"Yah kenapa sih proyeknya datang di waktu yang gak tepat?"

"Hush kamu tuh ya, ini juga 'kan demi kebaikan kamu."

"Iya-iya aku tau, terus sekarang aku pulang sama siapa dong?"

"Papa udah kirim supir buat jemput kamu."

"Yaudah kalo gitu, papa baik-baik disana, kalau kerjaannya udah selesai cepet pulang ya, aku kangen banget sama papa."

"Iya sayang, papa juga kangen banget sama kamu, kamu juga jaga diri baik-baik ya, yaudah papah tutup. I love you sayang."

"I love you too pa."

Gadis itu sedikit kecewa ketika papahnya tidak bisa menjemputnya di bandara, karena suatu alasan. Padahal dia sangat menantikan moment ini, sudah satu tahun lamanya dia tidak melihat ayahnya secara langsung, hanya melihat dalam panggilan vidio, itupun sangat jarang karena dia maupun papahnya sama-sama sibuk dan hanya memiliki waktu luang yang sangat sedikit.

Tepat pada saat gadis itu hendak duduk, terlihat pria paruh baya sedang berjalan ke arahnya, bisa dia tebak pasti itu supir yang papahnya kirim buat menjemputnya.

"Non Naya?" Tanya supir itu. Gadis yang dipanggil Naya itu tersenyum sambil mengangguk.

"Iya pak, saya Naya."

"Maaf non saya telat, tadi pas saya mau kesini ada sedikit kendala, non pasti udah nunggu lama disini," ucap supir itu merasa bersalah.

"Eh gapapa pak, aku juga baru sampe kok," balas Naya meyakinkan, agar pak supirnya tidak merasa bersalah lagi.

"Yaudah kalo gitu yuk non, kopernya biar saya yang bawa," Naya mengangguk dan memberika kopernya pada pak supir.

"Makasih pak."

***

Macetnya jalanan ibu kota sudah menjadi ciri khas tersendiri bagi kota Jakarta. Naya mengelakan nafasnya karena merasa lelah, bagaimana tidak? Dia sudah menunggu hampir satu jam dan jalanan masih saja padat.

Favorite BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang