Pertemuan

7 2 0
                                        

Tanpa sepengetahuan Myron, Edzhar pergi menemui Antony. Satu dari dua orang yang tersisa di dalam foto kiriman seseorang tersebut. Lelaki berkacamata itu sengaja menunggu di gerbang perusahaan saat jam kantor berakhir. Ia akan lebih leluasa mengawasi setiap karyawan yang keluar.

Berbekal informasi dan foto yang ia dapatkan dari orang terpercaya, ia akan bisa langsung mengenalinya. Cukup lama ia menunggu di atas sepeda motor sembari menghisap rokok. Saat ia akan menyalakan yang kedua, tampak seorang lelaki berjalan keluar dari gedung, ciri-cirinya persis seperti informasi yang didapat.

Lelaki berkulit putih dengan tinggi kisaran 170cm, mengenakan kemeja berwarna abu-abu berjalan menuju sebuah mobil. Pandangan Edzhar terpusat padanya, hingga lelaki itu memasuki mobil dan mulai keluar dari gerbang perusahaan.itu

Edzhar dengan sengaja menghalangi mobil lelaki tersebut. Hal itu sontak membuat pemilik mobil keluar dan berjalan mendekat ke arahnya.

“Hei, sudah bosan hidup, ya!” hardik lelaki tersebut.

“Maaf, apakah anda Antony Chan?” Edzhar melepas kacamatanya sembari berjalan mendekat.

“Siapa kamu?” Antony mundur selangkah agar tidak terlalu dekat dengan orang yang baru ditemuinya itu.

“Saya, Edzhar. Bisa kita bicara sebentar?” ucap lelaki tersebut.

“Tapi---“ Antony terlihat gusar, ia ragu untuk mengiyakan permintaan lelaki di hadapannya itu.

“Jangan takut, hanya ngobrol ringan saja,” ucap Edzhar mengetahui kekhawatiran Antony.

Keduanya lalu melajukan kendaraan masing-masing menuju suatu tempat. Edzhar mempersilakan Antony untuk berkendara terlebih dahulu, disusul ia di belakangnya. Lelaki berkulit putih itu menyetir sambil sesekali memperhatikan orang yang sedang mengikutinya dari belakang lewat kaca spion. Mobil Antony memasuki pelataran parkir sebuah kafe.

“Siapa laki-laki itu?” gumam Antony pada dirinya sendiri.

Antony keluar setelah kaca jendela mobilnya diketuk oleh Edzhar. Ia ingin melarikan diri, tetapi sudah terlambat. Lelaki di hadapannya tidak akan mungkin membiarkan ia lolos begitu saja. Satu-satunya hal yang bisa ia dilakukan adalah mengikuti permintaan lelaki itu.

Mereka berdua berjalan menuju kafe secara beriringan. Dahi Antony mulai berkeringat karena gugup dan takut jika lelaki itu akan menyakitinya. Ia segera duduk di bangku yang kosong disusul Edzhar duduk di depannya.

“Jangan takut, aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan saja,” ucap Edzhar memulai percakapan.

“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Antony.

“Aku hanya sedang membantu teman menyelidiki sebuah kasus,” ucapnya sembari melambaikan tangan memanggil pelayan kafe.

“Mau pesan apa, Tuan?” ucap pelayan kafe.

“Anda mau pesan minum apa? Atau kalo mau pesan makan sekalian juga tak apa, biar aku yang traktir.” Edzhar tersenyum untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka.

“Cappuccino saja,” ucap Antony.

“Tolong dua cappuccino,” pinta Edzhar pada pelayan kafe.

Keheningan tercipta di antara keduanya setelah pelayan kafe itu meninggalkan meja mereka. Antony semakin gusar karena sedari tadi pandangan Edzhar tidak lepas darinya. Tatapan lelaki itu seperti tombak, tajam dan membuat ia merasa terintimidasi.

Rahasia KelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang