Chap 4

24 2 2
                                    

Zassshhh

Suara ombak itu membawa Six dan Mono ke sebuah kota mati. Suasana kota itu sangat sunyi, nampaknya kota ini sudah tak layak huni.

Bzzt zzzt

Mono mendengar suara yang berdecik di telinganya. Matanya kini terpaku melihat sebuah bayangan hitam yang bergerak kesana kemari tak beraturan.

"Hantu!!"Mono ketakutan dan bersembunyi di balik Six.

"Hei!! Hentikan!!"Six memukul perut Mono membuat Mono terlempar menjauh.

Six mendekati bayangan itu ingin menyentuhnya. Sayangnya bayangan itu tak bisa ia sentuh.

"TUH KAN!! HANTU!! DI PEGANG AJA GAK BISA!!"teriak Mono lebih kencang dari sebelumnya.

"KABUR SIX!! AYO KITA KA-"

seeettt

Tiba-tiba bayangan itu masuk ke dalam tubuh Mono membuat Mono tak sadarkan diri untuk beberapa detik.

"Mono!!"Six sedikit panik dan mengguncangkan tubuh Mono.

"Huahhh!!! Aku!! Aku kerasukan!!! Aing te maung!!!"Mono masih saja panik padahal tak ada apapun yang terjadi padanya.

Parr

"Sadar bodoh!!"seru Six lalu berjalan duluan kedalam kota tersebut.

"Hei!! Six!! Tunggu!!"Mono menyusul dari belakang.

Mereka memasuki kota tersebut, ternyata betul, kota ini benar-benar kota mati. Banyak percikan api dari listrik-listrik yang terkena tetesan air yang tak pernah berhenti berjatuhan. Suara gagak dimana-mana. Dan membuat Mono ganjal ialah tv. Tv itu terlihat tidak asing.

"Six, apa kau sadar disini sangat banyak tv,"ucap Mono pelan sambil memegang layar tv dengan kedua tangannya.

"Ya ya, aku tahu, ayo kita lanjut perjalanan kita-"

Six berhenti berbicara saat melihat Mono tidak ada lagi di belakangnya.

"Mono?"

***

"Mono, Mono."

Mono membuka matanya mendapati dia di sebuah lorong
yang terpancar cahaya biru. Diujung lorong tersebut, ia melihat pintu yang memiliki simbol mata ditengahnya.

"Mono."

Bisikan suara yang berasal dari balik pintu tersebut terus memanggil Mono dan membuat Mono semakin penasaran. Dengan pelan Mono mendekati pintunya. Semakin dekat dengan pintu, semakin pudar kesadaran Mono.

"Mono!!"teriak Six dari dimensi lain membuat Mono kaget dan berpaling ke arah lain dari pintu tersebut.

Dassshhh

Mono keluar dari tv ditarik oleh Six membuat tv tersebut pecah.

"Mono!! Apa yang kau lakukan!?"kesal Six

"Si- Six!!! Apa kau lihat tadi?? Ada sebuah pintu di dalam tv.."

"Ha? Apa? Aku tidak mengerti apa maksud mu, sekarang kita pergi dari sini,"Six mulai berjalan mendahului Mono.

"Six,"Mono memegang erat tangan Six membuat Six berhenti berjalan.

"Jangan jalan duluan!! Barengan dong!!"kata Mono mencibir kan mulutnya.

*mencibirkan mulutnya, sayangnya tak terlihat oleh Six karena ketutupan kardus dikepalanya :v

Mono memimpin jalan sambil menarik tangan Six. Six terdiam dengan wajah semerah tomat karena tangannya terus terusan di pengang oleh Mono.

***

"Six, six~"panggil Mono berusaha membangunkan Six yang tertidur tepat di atas paha Mono.

"Ee!? Sekarang kita dimana!?"Six yang tak sadar kalau ia tertidur panik karena liurnya yang berjatuhan dan mengenai celana Mono.

"Six... Liur mu..."

"Ee.. E!? Maaf!! Aku tidak senga-"

"Haaa!! Liur Six yang berharga!! Liur ini lebih beharga dari pada liur sutra~"Mono menggesek-gesekkan pipinya pada celananya penuh dengan liur Six.

"Kau tahu? Saat aku menggendong mu yang tertidur juga ada bekas liurnya di bahu ku!! Lihat!!"Mono menunjukkan bahunnya penuh liur.

"Akan ku jaga baik-baik liur i-"

Parrrr

Mono is anunya tertendang kuat oleh Six.

*untung gak pecah

"Jangan bersikap seperti itu!!! Menjijikan!!"seru Six

"Lagian sekarang kita dimana!?"

"Kita ada di taman sekolah,"Mono menunjuk sebuah sekolah yang berada tepat dibelakang Six.

"Sekolah?"Six melihat di sekelilingnya.

Ia melihat sebuah ayunan dan mendudukinya. Six tersenyum kecil saat menduduki ayunannya.

"Apa kau rindu saat-saat sekolah?"tanya Mono.

"Aku tidak pernah sekolah,"ucap Six dengan nada yang tidak menyenangkan.

"Setiap hari aku harus berlari, bersembunyi, dan ketakutan, dunia ini sudah hancur."

"Tak ada yang memerhatikan ku, tak ada teman untukku, aku setiap hari kesepian."

Tes

Tes

Air mata Six mulai berjatuhan keatas pahanya. Six tak sanggup menahan air matanya. Mono tersenyum manis melihat Six yang menangis dan memelukinya dari belakang.

"Mungkin sekarang kau tidak kesepian,"Mono memeluk Six dan mengelus-eluskan kepala Six.

"Aku akan ada di sisi mu."

"Aku yakin, tak lama lagi kau akan kesal dengan sikap ku!!"ketus Six sambil terisak tangis.

"Aku yakin, aku akan segera terbiasa dengan sikap mu,"Mono memeluk lebih erat.

Six melepaskan pelukan Mono dengam kasar dan berhenti duduk di atas ayunan itu.

"Itu hanya awalnya saja!! Kau hanyalah pengecut!! Memangnya kau tahu kehidupan yang ku jalani!?"Six terus-terusan berpaling dari perkataan Mono.

Mono memiringkan kepalanya, terlihat dari bawah kertas kotak yang Mono kenakan, Mono mengukir senyum lembut dan memegang halus pipi Six.

"Aku bahkan tidak ingat mengapa aku ada di sini."

"Six adalah orang pertama yang kutemui, aku akan setia dan berjanji mengeluarkan kita dari sini,"Mono memeluk Six lagi namun lebih hangat dari sebelumnya.

Six menangis dalam pelukan Mono, ia sangat beruntung memiliki teman seperti Mono. Beberapa detim kemudian, Six membalas pelukan Mono sehingga pelukan semakin hangat.

"Yes, selain bekas liur, kini aku dapat bekas air mata Six di bahu ku!!"gumam Mono.

Little NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang