Uang yang Kurang

50 6 2
                                    

Angin dingin, gemerlap cahaya dari kendaraan-kendaraan yang melintas, dan lampu gedung-gedung di kota menemani malam Jung Nara, mahasiswi Universitas Negeri Seoul yang bekerja sampingan sebagai karyawan di restoran seafood. Jeju adalah kampung halaman Nara, Ia rela berpisah dengan kehangatan di rumah demi mengejar cita-citanya. Tinggal sendiri di ibukota bukanlah suatu hal yang mudah. Nara perlu fokus belajar giat sekaligus bekerja keras untuk mendapatkan kehidupan yang Ia inginkan. Sampai hari di mana kehidupan Nara berubah dengan cara yang tidak pernah Ia bayangkan.

"Permisi, pesan-antar makanan!"

Seorang pria yang memakai seragam kru membuka pintu, lalu mengambil dan membayar makanan yang Nara antar. Pria itu langsung masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Cih, orang zaman sekarang ngga tau terima kasih ya?"

Nara mengumpat kesal kesal. Ia menerima uang tersebut, namun untuk memastikan Ia langsung menghitung jumlahnya.

"Eh, Mas! Ini uangnya kurang."

Nara sedikit berteriak. Karena merasa kerongkongannya sedikit sakit, Nara tersadar seharusnya Ia mengetuk pintu saja. Memang gadis yang sedikit aneh.

Sebelum Nara mengetuk pintu, seorang pria dengan perawakan gagah, tinggi, memiliki rambut yang rapi, dan berpakaian modis keluar dari pintu tersebut. Sayangnya Ia memakai masker, sehingga wajahnya tidak bisa dikenali. Pria itu memperhatikan Nara dengan tatapan curiga. Nara terpana sejenak, namun tujuannya ke sini adalah mencari uang.

"Maaf, Mas. Tadi uangnya kurang."

"Loh, itu bukan urusan saya."

Pria tersebut menjawab Nara dengan nada yang tidak ramah, membuat Nara merasa sedikit kesal.

"Gimana ya, Mas? Saya nganter makanan ke sini tadi, makanannya harus dibayar dengan uang yang pas."

"Mana saya tau, saya mah enggak tau apa-apa."

Sekarang, Pria–Yang–Mungkin–Tampan itu menjawab Nara dengan nada meledek. Ia melangkah melewati Nara. Nara langsung menarik baju pria tersebut sampai Ia berhenti.

"Mas, saya lagi kerja. Mohon dibayar."

Pria–Yang–Mirip–Artis itu berbalik. Ia menatap Nara dengan tatapan dalam yang serius, lalu membuka maskernya.

"Saya udah bilang, itu bukan urusan saya."

Di detik ini, jantung Nara berdetak dengan sangat cepat. Tubuhnya membeku, bahkan Ia membuka mulutnya. Ekspresi Nara saat ini seperti lukisan The Scream karya Edvard Munch. Dalam hidup Jung Nara, Ia tidak pernah membayangkan bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini. Pria yang berdiri di hadapan Nara saat ini adalah Kim Seokjin, aktor sekaligus penyanyi yang sangat Nara sukai.

"Tuhan, amal apa yang aku lakukan kemarin sampai bisa ketemu Kim Seokjin?"

Nara membatin dengan ekspresi tidak percaya.

Flashback

On Chat

12/12/2021

Jung Nara

Li, lo tau enggak kalau pacar gue punya banyak fans fanatik

Park Lia

Maksud lo si Jin Jin itu? Ya mana gue tau, kok tanya gue

Jung Nara

IHHH NAMANYA JIN, BUKAN JINJIN. Terus gue enggak nanya, itu maksudnya gue mau ngasih tau

Pokoknya gue mau janji sama diri gue sendiri. Kalau gue ketemu sama dia, gue enggak mau dia tau kalau gue ini fans dia. Gue harus kalem di depan dia

Park Lia

Halah, kalem kalem lo makan lem. Enggak usah ketinggian juga halunya gue bilang Ra

Tapi yaudah kalau lo mau janji, gue pikir bagus juga. Kasian jadi artis dikejar-kejar orang mulu, udah kayak maling

Jung Nara

ENGGAK USAH NYEBELIN GITU DEH >:(

Bener kan, makanya gue mau janji

Park Lia

Udah ah, gue mau lanjut ngelukis

Nara mengingat hal yang pernah Ia janjikan kepada dirinya sendiri. Nara menyukai Seokjin sebagai idola, Ia menyayangi dan menghormatinya. Nara juga tahu bahwa Seokjin sudah mengalami hal-hal yang berat, Seokjin selalu dibuntuti oleh penggemar fanatiknya.

Pikiran Nara kembali ke awal. Ia berusaha menenangkan sekaligus menguatkan dirinya agar bisa berbicara kepada orang yang selama ini sangat Ia idolakan.

"Sa-saya enggak mau tau, ini ha-harus dibayar."

Walau merasa gugup setengah mati, Nara mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk berbiacara dan menatap Seokjin.

"Mbaknya rusuh banget ya. Yaudah, kasih saya nomor joychat kamu."

Seokjin merogoh saku untuk mengambil ponselnya. Hanya dengan satu gerakan, Nara langsung memperlihatkan layar ponselnya yang sudah di halaman barcode joychat ke arah Seokjin. Mata Nara tidak bisa lepas dari wajah Seokjin, Ia masih belum bisa membedakan imajinasi dengan kenyataannya, bahkan Ia menampar pipi dan mencubit dirinya sendiri beberapa kali.

"Kamu jangan ngeliatin saya gitu, serem loh kayak dipelototin penagih hutang."

"Maaf, Mas."

Nara menjawabnya dengan singkat. Ia takut salah bicara.

"Udah saya transfer ke joybank kamu ya, sekarang saya mau pergi."

Seokjin langsung pergi meninggalkan Nara.

Nara masih berdiri di tempat, Ia masih tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba seorang wanita menepuk pundak Nara pelan.

"Mbak, Mbak gapapa?"

Nara tersadar dari lamunannya. Namun, Ia kembali terkejut melihat wanita cantik di depannya.

"Tuhan, apa hamba sudah di surga? Kenapa dari tadi ketemu orang cakep-cakep semua?"

Wanita itu adalah Oh Seunghee, aktris yang dikabarkan sedang dekat dengan Kim Seokjin. Bahkan di drama terbaru mereka, Seunghee menjadi lawan main Seokjin. Tapi Nara tahu bahwa Seunghee adalah sahabat baik Seokjin. Sebagai penggemar yang tulus, Nara tidak mempermasalahkan Seokjin berkencan dengan siapapun. Nara hanya ingin Seokjin mendapat kebahagiaan yang pantas Ia dapatkan.

"Mbak lagi sakit? Mukanya pucet banget kayak habis liat hantu. Duduk dulu ya, Mbak?"

Seunghee membantu Nara berjalan dan membawanya ke sebuah kursi panjang di dekat mereka.

Seunghee menyodorkan air minum dalam kemasan kepada Nara, Nara menerima dan langsung meminum air itu. Nara bingung apa yang harus Ia lakukan. Ia duduk diam tanpa mengucapkan satu katapun. Seunghee memperhatikan Nara dengan khawatir, tapi Ia harus kembali ke ruangannya.

"Mau saya panggilin ambulans aja biar dibawa ke rumah sakit, Mbak?"

"Enggak usah, Mbak! Saya bawa motor sendiri. Sa-saya pulang dulu. Makasih ya, Mbak."

"Yakin ya, Mbak? Kalau gitu hati-hati di jalan."

Bayangan dari kejadian hari ini terus terputar di kepala Nara bagai tayangan ulang. Klakson kendaraan beberapa kali terdengar karena Nara yang membawa motor dengan tidak fokus.

Malam ini Nara benar-benar tidak bisa tidur, padahal besok pagi Nara harus berangkat ke kampus. Setelah kelas selesaipun Nara harus pergi ke tempat kerja. Sebenarnya keluarga Nara adalah keluarga yang berkecukupan, namun Nara ingin belajar untuk tumbuh dewasa dengan caranya sendiri. Ia hanya menerima uang dari keluarganya untuk menyewa kamar di kosan.

Terkadang kehidupan jalan dengan semaunya saja. Hal baik dan hal buruk datang bergantian. Menguji seseorang untuk menjadi lebih baik. Namun, itu kembali lagi dengan apa yang dipilih oleh orang tersebut. Bagaimana cara Ia menjalani kehidupannya, dan menerima apapun yang telah ditakdirkan oleh Tuhan.

BERSAMBUNG

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang