Tempat yang Aman

38 6 2
                                    

Suara alat-alat makan yang beradu terdengar nyaring, orang-orang menyeruput jajjangmyeon seafood, menenggak segelas soju, dan berbincang mengenai banyak hal. Malam ini Nara bertugas untuk menjadi pelayan di restoran tempat Ia bekerja. Ia sedikit sibuk melayani para pelanggan yang memiliki banyak permintaan. Tapi Ia adalah Jung Nara, gadis yang tidak pernah kehilangan semangatnya.

"Mbak, mau pesen dong!"

Suara yang Ia dengar tidak terlalu asing, sampai Ia menengok dan hampir berteriak. Untung kedua tangan Nara langsung menutup mulutnya.

"Loh, si Mbak?"

Ternyata orang itu adalah Kim Seokjin.

"Oh iya, Mbak yang waktu itu ada di lokasi syuting,"

Kali ini yang berbicara adalah Oh Seunghee.

Seokjin dan Seunghee sedang memiliki waktu luang di tengah kesibukkan syuting drama mereka. Makan di restoran umum merupakan opsi yang jarang dipilih oleh para artis atau orang-orang terkenal, tapi lain halnya dengan Seokjin dan Seunghee. Kebetulan restoran tempat Nara bekerja malam ini juga tidak terlalu ramai. Sebenarnya Seokjin sedikit khawatir dengan hal ini karena Ia yakin akan ada penggemar yang mendatanginya, tapi Seungheea meyakinkan Seokjin jika restoran ini adalah tempat yang aman baginya. Orang-orang yang datang ke restoran ini kebanyakkan adalah para pekerja yang pulang larut malam, jarang sekali ada anak muda yang membeli makanan di sini. Bahkan sebagian besar di antara pelanggan restoran ini adalah pelanggan yang hampir setiap malam datang untuk mengisi perut kosong mereka.

Nara kembali dengan kesadarannya. Ia segera mengeluarkan catatan kecil, tak lupa dengan pulpennya. Ia mencatat pesanan yang dipesan oleh Seokjin dan Seunghee, setelah itu Ia mengulangi pesanan yang telah Ia catat untuk memastikan. Ia langsung memberikan catatannya kepada koki di dapur.

"Tuhan, sebenarnya ini berkah atau ujian?"

Nara bergumam sambil memperhatikan Seokjin dan Seunghee dari jauh.

Nara kembali ke meja Seokjin dan Seunghee untuk mengantarkan makanan. Ia meletakan piring-piring makanan itu dengan sangat hati-hati. Nara tidak sengaja menatap mata Seokjin yang kebetulan juga menatap Nara. Nara mengatur napasnya, Ia ingin menangis bahagia saat ini juga. Kejadian itu dipotong oleh Seunghee yang tidak sengaja menjatuhkan sumpitnya.

Restoran saat itu sudah mulai sepi, beberapa karyawan bersiap untuk pulang. Hanya tersisa Nara dan dua koki di dapur.

"Mbak, mau pesen lagi dong!"

"Oh iya, silakan. Mau pesan apa?"

"Mbak suka makan apa?"

Nara kebingungan, diikuti oleh Seokjin yang menatap Seunghee dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Mbak pesen aja apa yang mau Mbak makan, nanti makan bareng kita di sini,"

Seunghee menatap Nara dengan senyuman manisnya.

"Kamu mau ngapain sih?"

Seokjin yang sedang makan lobster tidak percaya dengan apa yang dilihatnya malam ini.

"Pas aku ketemu Mbak ini di lokasi syuting dia keliatan lemes banget, ternyata kerja sampai malam begini. Terus pas aku lagi ke Universitas Negeri Seoul buat ketemu sama teman lama, aku sempet liat dia. Mbak ini kuliah dari pagi terus lanjut kerja sampai tengah malam. Emang kamu enggak kasian sama dia?"

Mendengar ucapan Seunghee, perasaan Nara campur aduk. Ia tidak merasa menjadi orang yang menyedihkan sampai dikasihani seperti itu oleh Seunghee, tapi apakah akan ada kesempatan kedua untuk makan malam bersama idolanya?

"Ba-baik, saya akan pesan."

Nara pergi ke dapur untuk melakukan apa yang diminta oleh Seunghee.

Seokjin meletakan sumpitnya dan berdiri.

"Kamu mau kemana, Jin?"

"Mau pulang."

Seokjin melangkah pergi dari mejanya.

"Yakin enggak mau ngabisin lobsternya?" pertanyaan Seunghee membuat Seokjin berbalik arah. Seokjin berpikir sejenak. Tak memakan waktu lama, Ia kembali duduk di bangkunya dan kembali memakan lobster yang Ia pesan.

Nara yang melihat kejadian tersebut sedikit terkekeh, Ia tidak menyangka dapat melihat sisi imut idolanya secara langsung. Beberapa menit setelah itu, makanan yang Nara pesan telah matang. Ia ragu membawa makanannya ke meja Seokjin dan Seunghee. Melihat Nara yang diam di tempat, Seunghee langsung memanggil Nara dan menyiapkan bangku untuknya. Mereka bertiga makan dengan hening. Tiba-tiba Seunghee berdiri.

"Aku ke toilet sebentar ya."

Menit demi menit berlalu, namun Seunghee tidak menampakkan dirinya. Seokjin dan Nara hanya duduk tanpa melalukan apapun. Suara notifikasi dari ponsel Seokjin memecahkan keheningan yang canggung itu.

On Chat

19/1/2022

Oh Seunghee

Jin

Maaf ya aku pulang duluan, ada urusan mendadak

Tadi semua makanannya udah aku bayar

Kamu pulang sendiri gapapa kan?

Kim Seokjin

Gapapa kok, kan aku bawa mobil

Makasih ya udah ninggalin aku berdua sama mbak-mbak ini

Oh Seunghee

Enggak usah sarkas gitu dong hahaha

Kamu sekalian anterin dia pulang aja

Kim Seokjin

Maksud kamu gimana? Emang aku supir dia?

Enggak dulu deh

Kamu kenapa sih? Kok perhatian banget sama mbak-mbak ini

Oh Seunghee

Aku kepikiran aja udah jam segini dia harus pulang sendiri, bahaya tau

Tapi terserah kamu sih, yaudah kalau kamu enggak mau

Kim Seokjin

Ok

"Maaf, Mas. Ini piring-piringnya saya angkat ya?"

"Angkat aja."

Seokjin membantu Nara merapikan piring dan gelas-gelas di atas meja.

Nara membawa piring-piring itu dan berjalan ke dapur. Namun, langkah Nara terhenti karena Seokjin memanggilnya.

"Mbak, nanti pulangnya saya anterin ya?"

BERSAMBUNG

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang