Semua Dimulai Sejak Hari Itu

68 12 2
                                    

Rintik hujan yang dari tadi tak kunjung usai membuatku terjebak di keheningan sekolah di sore hari ini. Rumahku tak jauh dari sekolah namun aku tak ingin membuat seluruh tubuhku basah karena hujan. Kuharap hujan akan segera reda.

***

Sudah sekitar setengah jam berlalu, tak sengaja ku lihat dia dengan ekspresi gelisah sambil berulang kali melirik jam tangan warna putih yang melingkar di tangannya. Kurasa dia sedang terburu-buru. Tanpa berpikir panjang aku segera mengeluarkan kantong plastik warna hitam yang ada di tasku dan memasangkannya di kepalaku. Aku segera berlari menuju rumah untuk mengambil payung. Entahlah, hanya itu yang aku pikirkan sekarang, aku harus mengambil payung di rumahku dan meminjamkan payung tersebut kepadanya.

Sayangnya keberuntangan tak berpihak kepadaku, dia yang tadi kulihat sedang gelisah sambil sesekali melirik jam tangannya sudah pergi. Dia Sabrina Azzahra yang akrab dipanggil Zahra, gadis populer di sekolah. Banyak laki-laki di sekolah ini yang tertarik dan jatuh hati kepada dia. Tak terhitung berapa banyak laki-laki yang mencoba dekat dengan dia. Lalu bagaimana denganku? Aku pun termasuk laki-laki yang menyukainya. 

Setelah kupikir-pikir lagi, untuk apa aku berlari mengambil payung untuknya? Padahal aku juga belum tentu berani untuk memberikan payung ini kepadanya. 

"Abyan!" Teriak temanku Yusuf Akhal Bassam dari kejauhan. Aku tak membalas teriakannya, aku hanya memandanginya yang berlari menuju ke arahku.

"Bro, itu payung gak dipake?"

"Suka-suka lah."

"Nebeng dong bro!"

"Nih ambil aja!"

Aku memberikan payungku kepada Yusuf lalu pergi meninggalkannya. Aku membiarkan seluruh tubuhku terguyur hujan di sore hari ini.

***

Setelah sekitar 3 menit aku berjalan di tengah derasnya hujan, aku melihat Zahra sedang diganggu oleh seorang lelaki yang memakai seragam batik sama sepertiku. Dengan refleks aku berlari ke arah mereka dan memukul wajah laki-laki tersebut. Tentu saja laki-laki itu balik memukul wajahku. Perih rasanya, maka dari itu aku memutuskan untuk meraih tangan Zahra dan mengajaknya berlari menjauh dari laki-laki tersebut. Karena jika tidak begitu, mungkin seluruh wajahku akan dipenuhi lebam.

Zahra menggunakan tas yang ia bawa untuk melindung kepalanya. Setelah lumayan jauh, aku tersadar bahwa aku sedang menggenggam tangan seorang perempuan yang seharusnya itu tidak aku lakukan. Saat sadar, aku segera melepas genggamanku.

"Astaghfirullah," ucapku dalam hati.

"Kesana Zah!" Ajakku, aku menemukan tempat untuk berteduh.

***

"Maaf, tadi aku refleks menarik tangan kamu," ucapku merasa tidak enak.

"Iya tidak apa-apa. Maaf juga sudah membuatmu hujan-hujanan dan terkena pukulan dari laki-laki tadi."

"Tidak masalah, aku sudah biasa."

"Sebentar, jika tidak salah di tasku ada hansaplas," Zahra mengambil hansaplas di tasnya lalu memberikannya kepadaku.

"Makasih !"

Zahra hanya mengangguk, terlihat kekhawatiran di wajahnya.

"Sekali lagi maaf," ucap Zahra.

"Santai aja, ini gak sakit kok. Ngomong-ngomong kamu sedang buru-buru?" Tanyaku

"Iya, tadinya aku ingin menghadiri kajian, namun sepertinya tidak mungkin jika berangkat sekarang. Acaranya pasti sudah mulai dan lagih hujannya semakin deras" jelasnya.

"Oh gitu, maaf perkenalkan aku Muhammad Abyan Amrullah kelas 11 Akuntansi, salam kenal ya," aku memperkenalkan diriku dengan semangat.

"Oh iya, aku Sabrina Azzahra kelas 11 Administrasi Perkantoran"

"Akhirnya Zahra tau namaku," batinku.

                                                                                                        ***

Kami menunggu hujan reda sambil mengobrol sedikit tentang keadaan sekolah akhir-akhir ini. Setelah reda kami memutuskan untuk segera pulang. Tadinya aku hendak mengantarkan zahra pulang ke rumahnya, namun dia menolak, sehingga aku mengurungkan niatku tadi.

                                                                                                           ***

Perihal jodoh, kita tak pernah tahu dengan siapa kelak akan menua bersama. Namun bisa saja orang yang kita telah temui ternyata adalah jodoh kita. Hanya saja Tuhan belum mentakdirkan tuk bersama, baru sekedar bertemu saja. 

Ya Rabb Aku Mencintai DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang