Bab Satu

236 18 1
                                    

Sinar purnama menyibak kegelapan antara padang rumput dan perbatasan sebuah kebun bunga milik keluarga terpandang di kota ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar purnama menyibak kegelapan antara padang rumput dan perbatasan sebuah kebun bunga milik keluarga terpandang di kota ini. Di sana terdapat rumah kaca milik sang tuan muda. Sang tuan muda sangat menyukai bau bunga dan sinar purnama. Baginya melihat purnama dikelilingi berbagai bintang itu sangatlah mengagumkan. Mereka adalah perpaduan yang membuat sang tuan muda jatuh cinta.

Suasana cerah ini mampu membuat sang tuan muda tersenyum. Apalagi ketika bunga kesayangannya tengah mekar. Bunga Wijayakusuma yang kakeknya bawa dari tanah Indonesia. Bunga yang hanya mekar pada saat malam hari. Dan pada hari tertentu. Bunga yang memiliki banyak sekali mitos di dalamnya.

"Sungguh indah sekali tuan muda. Saya baru tahu jika tuan muda memiliki bunga ini," ucap seseorang.

"Apakah kamu mau merawatnya Seonghwa?" tanya sang tuan muda.

"Apakah tidak apa-apa tuan muda?" tanya Seonghwa. Pemuda bermarga Park itu sangat terkejut. Ini adalah bunga kesukaan sang tuan muda. Ia tidak sepandai ayahnya.

"Tidak apa-apa Seonghwa-ya."

Seonghwa sangat senang. Bunga ini terlihat indah bila mekar seperti ini. Apakah bunga ini juga bisa mengabulkan keajaiban. Itulah pikiran Seonghwa saat ini.

"Apa nama bunga ini tuan muda?" tanya Seonghwa.

"Wijayakusuma atau bahasa lainnya Epiphyllum anguliger. Kakek membawa ini dari tanah yang jauh sana. Kakek mengenalnya dengan bunga Wijayakusuma."

"Kau tahu Seonghwa-ya. Ini pertama kalinya aku melihat bunga ini mekar. Biasanya aku hanya mendengar cerita dari kakek. Dan karena itu aku memanggilmu kesini. Mungkin kita akan beruntung. Karena bunga ini hanya mekar satu tahun sekali."

"Benarkah?" Seonghwa terkejut. Baru kali ini ia tahu bahwa ada bunga seperti itu. Mekar satu tahun sekali pada malam hari pula. Seonghwa merasa beruntung bisa melihat bunga ini mekar. Apalagi bersama tuan mudanya, Kim Hongjoong.

"Iya. Bagaimana jika kita berdoa. Siapa tahu bunga ini benar-benar mengabulkan permintaan," ucap Hongjoong dan diangguki setuju oleh Seonghwa.

Mereka saling memanjatkan doa berharap kehidupan ini berjalan dengan semestinya. Tanpa ada perpisahan diantara keduanya. Limpahan bahagia yang tiada tara.

"Seonghwa... bagaimana jika ada seseorang jatuh cinta padamu?" tanya Hongjoong.

"Kurasa itu mustahil tuan muda. Pemuda seperti saya ini tidak pantas dicintai," jawab Seonghwa yang membuat hati Hongjoong sedikit merasa bersalah. Ia paham jalan pikiran Seonghwa. Pemuda dengan rasa tidak percaya diri yang tinggi. Padahal Seonghwa adalah pemuda yang baik dan tentunya tampan.

Until We Meet Again in Another Life (The Last Flower)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang