Bab Dua

182 14 0
                                    

Yeosang bangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeosang bangun dari tidurnya. Ia melihat Wooyoung dan Yunho berbaring di sisinya. Tatapannya kosong sekali tidak seperti hari-hari sebelumnya. Ia masih merindukan Hongjoongnya. Hampir setiap hari mimpi-mimpi tentang Hongjoong kembali kepadanya. Ia berpikir apakah Hongjoong hidup di dunia saat ini. Apakah mereka bisa bertemu kembali? Yeosang tidak tahu.

"Yeosang kau sudah bangun?" tanya Yunho.

"Ya." Yeosang hanya menjawab singkat. Semua tentangnya terasa asing. Bahkan ia ingat bahwasanya di kehidupan dulu ia tidak memiliki teman seperti ini. Kehidupan masa lalunya menjadi Seonghwa sangat mempengaruhi Yeosang beberapa hari yang lalu. Bahkan ia hampir seminggu absen dari pekerjaannya. Semoga saja para guru itu mengerti keadaan Yeosang.

"Yeosang kau bisa bercerita pada kami. Kumohon jangan memendam sendirian Yeosang. Kau punya kami untuk bersandar," ucap Wooyoung sembari memeluk Yeosang. Wooyoung juga merasa sedih melihat sahabatnya seperti mayat hidup selama seminggu ini. Terkadang Yeosang hanya melamun menatap bulan di langit sana.

"Hiks ... apakah salah jika kami saling mencintai? Apakah cinta memang semenyakitkan itu?" tanya Yeosang.

"Cinta memang begitu Yeosang. Ada kalanya cinta semenyakitkan itu namun karena cinta kamu juga akan kuat," jawab Wooyoung.

"Siapa Hongjoong?" tanya Yunho tiba-tiba.

"Apakah aku harus menceritakan tentang Hongjoong?" tanya Yeosang retoris. Tentu saja iya Yeosang. Kedua sahabatmu sudah seperti arwah penasaran.

"Tentu saja," jawab Yunho.

"Baiklah."

Yeosang mulai bercerita tentang Hongjoongnya.

Hongjoong adalah kekasihku di kehidupan lalu. Lahir tanggal 7 November. Dan lebih muda enam bulan dariku. Aku mengenalnya sejak kecil. Dia adalah tuan muda dimana ayahku bekerja. Ayahku sudah mengabdi pada keluarganya lebih dari 30 tahun. Hongjoong sangat menyukai bunga dan bulan purnama. Baginya itu adalah keindahan luar biasa. Hari itu dimana dia memintaku untuk menjaga bunga kesayangannya. Aku dulunya tidak paham dengan kata 'menjaga bunga' ternyata baginya adalah 'menjaga hatinya' yang telah ia berikan padaku saat itu.

Aku terkejut dengan itu. Bagaimana bisa dia menyukaiku yang bahkan tidak memiliki apapun? Namun ia terus menyakinkan ku bahwa takdir kami terikat. Benang merah diantara kami menyambung dan logikapun tidak mampu menangkapnya. Aku bingung dengan perasaanku sendiri.

Aku sempat mendiamkan dirinya beberapa minggu hingga pada malam purnama kedua aku mulai merasakan hal sama dengannya. Aku bahkan sempat membenci diriku. Aku benci ketika aku tahu bahwa aku juga mencintainya. Aku terus menyalahkan takdir.

Kala itu Hongjoong memelukku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Meski secara diam-diam. Kenangan indah tentang Hongjoong terpatri dalam ingatanku meski aku telah bereinkarnasi. Senyumnya di dermaga sangat terlihat dengan jelas dimataku.

Until We Meet Again in Another Life (The Last Flower)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang