Tak mungkin secepat itu kau lupa
Air mata sedihmu kala itu
Mengungkapkan semua kekurangannya
Semua dari ku yang tak ia punya
Daya pikat yang memang engkau punya
Sungguh-Sungguh ingin aku lindungiWinter memejamkan matanya, mengambil nafas lalu menghembuskannya dan kembali menatap jalanan yang tengah diguyur hujan deras saat ini.
Langit tengah berwarna abu-abu, lagu ini adalah lagu yang sangat pas untuk didengar dikala sepi seperti sekarang ini. Perlahan ia melangkah menuju sisi lain halte bus itu, menampung air hujan dengan tangannya lalu tersenyum sendu. Tak perlu ditanya kenapa, semua orang tau jika hujan sejatinya selalu mengingatkan kita akan suatu kenangan.
Bayangan gadis tinggi, dengan rambut sebahu dan tahi lalat di bawah bibirnya membuat Winter semakin melebarkan senyum sendunya. Kenangan tentang Karina tak henti membuatnya menghela nafas. Jika ditanya mengapa, jawaban-nya sangat sederhana, ia terlalu mencintai gadis yang hanya menganggap dirinya sebagai tempat singgah semata.
——
"Win ..." ia cukup familiar dengan suara itu, suara serak sehabis menangis dan Winter cukup paham jika gadis di seberang sambungan telepon ini sedang mengalami masalah, ya masalah dengan kekasihnya."Kamu nangis lagi?" pertanyaan bodoh yang ia sudah tahu apa jawabnya.
Terdengar helaan nafas, "Dia ga ngabarin aku tiga hari ini," gadis itu terdengar terisak sebentar, "Dia masih marah ya sama aku? Apa aku keterlaluan ya udah ngelarang dia berteman sama mantan-nya?"
Selalu, selalu masalah yang sama. Jika tidak tentang kekasihnya yang tidak memberi kabar, bersikap kasar, atau meminta hubungan mereka berakhir; yang selalu berujung kembali.
Winter tak menjawab, ia berpikir sejenak, mencari kata yang pas untuk menenangkan sahabat sekaligus pujaan hatinya ini. "Mungkin dia butuh waktu Rin, kamu jangan mikir macam-macam dulu ya?" ucapnya berusaha menenangkan.
Gadis itu tak menjawab, namun isakan masih terdengar. Winter memijat pelipisnya, mati-matian menahan rasa emosi yang menggebu, ingin rasanya ia menghajar Ryujin; kekasih Karina, yang hanya bisa membuat gadis itu bersedih.
"Kadang aku mikir, kenapa kamu lebih pengertian dari Ryujin, kamu lebih perhatian, lebih bisa bikin aku tenang, dan bagi aku kamu itu udah lengkap banget Win," Karina menghela nafasnya, "Kapan ya Ryujin bisa berubah dan jadi kayak kamu?"
Sialan, batin Winter. Jika semua yang gadis itu cari ada pada dirinya, mengapa tidak dirinya saja? Mengapa gadis ini lebih memilih berharap agar Ryujin berubah menjadi dirinya?
Tak tahukah Karina selama ini jika Winter begitu menyayanginya? Tak sadarkah dirinya selama ini jika Winter sangat mencintainya? Tak terasakah selama ini jika Winter bukan hanya semata-mata melindunginya sebagai seorang teman?
"Komedi ya Rin, semua yang kamu cari ada di aku, tapi aku bukan orang yang kamu mau," jawabnya singkat, lalu mematikan sambungan telepon mereka. Sudah cukup pikirnya, ia tak tahan lagi dengan hubungan yang rumit ini.
Dan setelah luka-lukamu reda
Kau lupa, Aku juga punya rasa
Lalu kau pergi kembali dengannya
Aku pernah menyentuhmu apa kau malu?"Gue balik duluan ya!" Aeri menepuk bahu sahabatnya yang masih fokus pada buku bacaannya.
Winter mengangguk dan sejenak melepas kepergian gadis itu dengan tatapannya lalu kembali membaca buku sejarah yang sangat ia gemari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winrina Story
FanfictionSekumpulan fanfiksi singkat tentang winrina / jiminjeong. Seluruh cerita adalah fiksi, murni dari pemikiran penulis. Jika ada kesamaan nama, tempat dan kejadian, itu hanyalah kebetulan belaka. Find me on twitteer : @/cloudyiskie