Jatuh Suka

702 56 0
                                    

Jam pelajaran akan di mulai sebentar lagi, namun gadis ini tampak tak khawatir, alih-alih masuk ke dalam kelas, ia malah berjalan menyusuri koridor dan menghampiri sebuah loker yang bukan miliknya. Dengan keadaan koridor yang sudah sepi dikarenakan 5 menit lagi pelajaran akan dimulai, ia melakukan aksinya; memasukkan sesuatu ke dalam sana lalu berlari menuju kelasnya.

"Ini dia orangnya! Bayar uang kas woy!" Gadis yang lebih tinggi menggebrak meja miliknya.

Ia tak menjawab, hanya tersenyum tak jelas lalu mendorong lawan bicaranya, "Ntar, jam istirahat. Sekalian Ryujin sama lo gue traktir dah."

"Dih? Kena angin apa nih seorang Audy Wianda mau jajanin gue?" Yujin duduk di sebelah bangku kosong yang memang miliknya.

Ryujin dari belakang mendengar itu, lalu mencolek punggung Yujin, "Salah makan kali, lo liat aja mukanya merah gitu," ia menunjuk pipi Winter yang merona.

"Stop ngeledekin gue! Kalo gak mau yaudah."

"Eits, tenang bu aji, kita sebagai siswi kelas akhir tidak boleh menolak rezeki," Ucap Ryujin dengan cengiran khasnya.

Yujin mengacungkan jempolnya, "Betul, satu orang dua mangkok bakso ya?"

Winter melirik malas kedua temannya itu, "Dikasih hati minta ampela. Pala lo sini gue jadiin bakso!"

"Galak amat mba," Ryujin kembali menyembunyikan kepalanya ke dalam tas. Berniat untuk tidur pada pelajaran Matematika ini. Namun sialnya, saat ia hendak memejamkan mata, sebuah langkah kaki mendekat.

"Ryujin! Saya baru masuk! Duduk yang bener!" Ucap seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah gurunya. "Kalo kamu ketiduran lagi di kelas saya, saya hukum kamu lari 10 kali muterin lapangan!"

"Saya ga tidur buk! Orang saya lagi ngecek buku," ia berpura-pura mengambil buku dari dalam tasnya.

"Alasan!"

- - -

Karina membuka lokernya, dan tepat sesuai dugaannya; sekotak susu strawberry dan satu bungkus roti coklat sudah tertata rapi di sana. Ia menggelengkan kepalanya, "Nih orang sengaja mau bikin gue diabetes apa?" Ia mengambil sekotak susu itu, lalu meminumnya. Kata orang, tidak boleh menolak rezeki.

"Pagi-pagi udah minum susu, dari secret admirer lo itu ya?" Giselle mencolek lengan sahabatnya itu, "Pengen juga deh punya secret admirer," keluhnya lalu bersandar pada pundak Karina.

Karina menepis kepala Giselle, "Pengen-pengen, ntar dideketin orang malah kabur!" Ia menyenggol Giselle.

"Ya maaf hehe. Eh, tapi lo pernah ga sih penasaran siapa orangnya?" Tanya Giselle yang dijawab Karina oleh sebuah anggukan. "Terus, udah pernah lo cari?" Kali ini dibalas gelengan oleh Karina.

Mereka berdua lalu duduk di kursi kantin yang kosong, "Ngapain juga gue cari tau," ucap Karina.

"Kali aja yang ngasih Winter, kita kan ga ada yang tau," Giselle mengendikkan kedua bahunya.

"Ga usah ngawur, Winter bukan orang yang kayak gitu. Lo liat aja sendiri, modelannya begitu," ia menunjuk kearah Winter yang tengah berdiam dengan tatapan dinginnya.

Giselle hanya tertawa kecil, "Gitu-gitu juga lo demen," Ia menyenggol kaki Karina.

"Diem gak lo? Udah sana lo pesenin gue Bakso kayak biasa, sekarang giliran lo ngantri kalo lo lupa!" Ia mengalihkan pembicaraan. Tak ingin Giselle mengejeknya.

Dari meja seberang, Winter memperhatikan gerak-gerik gadis yang duduk tepat satu meja di depannya. Gadis itu tampak kesal berbicara dengan temannya, namun setelah temannya pergi, gadis itu menutup wajahnya. Dapat ia tebak bahwa gadis berambut panjang itu tengah menahan malu.

Winrina StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang