Logika

1.5K 255 54
                                    


Sejak kejadian kemarin, sekarang mana ada anak satu sekolah tidak tahu yang namanya Winara Jagaditha. Seorang gadis yang terang-terangan menyukai Arin, seorang gadis  yang lebih berani dari lelaki-lelaki yang lain.

Akan tetapi, tidak ada orang yang lebih penasaran tentang Winara Jagaditha, dibandingkan dia yang bernama Arina Putri Kenanga. Sungguh romantis, memalukan, dan lucu baginya, untuk dinyatakan perasaan depan semua orang.

Ya kalau lucu seharusnya ketawa, bukan jantung berteriak sayang.

Pikirinya yang mencoba menenangkan debaran tersebut.



"Arin, kamu itu nulis jawaban soal nomor 9 sama 10 kebalik tauu" Gia menunjuk ke arah kertas temannya, yang dengan mengejutkan berisi banyak coret-coretan.

"Ah, gak sadar."

"Ya wajar, pikirannya cuman isi Wina."

"Heh—!!" Arin memukul pelan lengan Metta yang berbicara terang-terangan.

Bagaimana kalau orang tuanya dengar? Bisa bahaya!


Mika yang baru saja mengerjakan sampai 5 nomor, ikut menimbrung, "Kalau suka bilang saja, Rin. Kan disini ada kawannya."

Mika menunjuk ke arah seorang gadis yang dari tersenyum-senyum sendiri melihat perbincangan mereka.


"Nia dekat dengan Wina?"

Gia menyenggol lengan Arin, "Yaelah, masa gak tau, kan Nia memang satu geng sama Wina. Bedanya ya cuman jurusan!"

"Lebih tepatnya ya, tetangga dari kecil."

"Wih, lumayan itu, Rin. Bisa nitip antar ini itu buat Wina" Kata Mika dengan alisnya yang naik turun naik turun dan mulutnya yang tidak berhenti mengunyah permen sugus.

"Apa sih, Mik! Gak ada niatan begitu!"

"Belum, Rin. Belum" Metta mengoreksi kalimat kawannya.


Nia tertawa kecil dan berucap, "Kata aku ya, Rin. Wina itu jarang punya ambisi, sekalinya dia mau sesuatu, ya dia harus dapat sesuatu itu. Jadi jangan khawatir, kalau sudah sesat akal begitu dia teriak di depan semua orang, berarti benar-benar dia sayang kamu."

"Seperti kata Iwan Fals bukan?" Gia dan kawan-kawan lainnya ikut menjaili Arin.

"Diam kalian!"

"Tapi ya, Rin. Jangan langsung jatuh dalam rayuannya. Nanti Wina gampang bosan." Nia menambahkan.



Arin memasang wajah sedih, cemberut setelah mendengar informasi itu dan berkata, "Bila dia lelah dan memutuskan untuk menyerah bagaimana?"



Mendengar pertanyaan itu, Gia dengan semangat berkata, "Aduh! Berat kasusnya ini, karena Arinia Putri Kenanga, anak kesayangan, primadona sekolah, langganan juara, sedang jatuh cinta!!"

"Asyikk!!!" Balas yang lainnya.


"Kalian kebanyakan omong! Padahal aku cuman bertanya!"

.

.

.

.

.

.

.

.

"Makasih banyak ya, Rin. Sudah kasih numpang rumah buat tugas!" Kata Metta sebelum dibawa pulang oleh ayahnya dengan motor yamaha.

Dalam DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang