"DANDELION.. SINI MASUK!!" Terdengar suara teriakan yang begitu memekakan telinga. Wanita paruh baya yang sungguh kejam.
Dei melangkahkan kakinya ke dalam rumah itu, meninggalkan temannya. "Lagi dan lagi." Batinnya.
"Sudah jam berapa ini Dei, waktunya kamu belajar." Ucap ibunya.
Dei hanya menuruti kata ibunya, Dei tidak berani melawan karena dia masih kecil. Sanggup apa dia? Yang ada Dei akan terluka. Berkutit lagi dengan buku tebalnya, sudut kamar yang remang dan sunyi. Dei heran, mengapa dia ditekan sebegitu hebatnya padahal dia masih menginjakkan kaki di bangku kelas 4. Ayah dan ibu berambisi agar Dei menjadi si rangking satu, menjadi bintang sekolah, dan mempunyai banyak prestasi. Tetapi, Dei lelah dan butuh istirahat. Dei ingin bermain seperti anak-anak seusianya tanpa harus mengerti angka-angka yang terpampang di wajahnya.
"Aku ingin bebas dengan mimpiku, aku ingin bermain, dan aku ingin makan roti di pagi hari." Ucap Dei lirih.
YOU ARE READING
Aku dan Dunia Pararelku
General Fiction"Gres, kamu percaya dunia pararel ngga?" Ucap gadis kecil bermanik amber dengan raut sedih. "Aku ngga percaya Dei, karena bumi itu cuman satu." Saut gadis kecil disebelahnya. Dandelion. Seorang gadis yang yakin dunia pararel itu nyata. Dei sapa nya...