Jamkos, alias jam kosong alias free class. Adalah waktu paling berharga buat murid sekolah yang notabene nya malas. Seperti Kasaga and the Genk contohnya. Apalagi disaat jam jam terakhir, ditambah pelajaran yang membosankan. Katanya, para guru sedang rapat, yang entah merapatkan apa. Dengan keadaan gabut,–biasanya mereka akan bikin gaduh. Tapi entahlah, mungkin sudah terlalu lama jamkos, atau mungkin ini waktu seharusnya mereka tidur siang. Akhirnya mereka juga sudah bosan.
Jadi alhasil ia begini. Lemah, letih, lesu, lunglai terkuras, duduk di pojok kelas dengan paha Raga yang ia jadikan bantal. Sementara Raga menyandarkan punggung dan kepalanya pada dinding di belakangnya sembari memejamkan matanya dengan ear phone yang tersumpal di telinganya. Damar, laki laki itu seperti manusia yang tidak punya kegiatan, dengan telatennya ia memperhatikan semut rangrang yang melintas di kelas . Menurut Damar, jika dibandingkan Kasaga, maka lebih sopan semut rangrang. Lihat saja, jika saling berpapasan, maka mereka akan bersalaman terlebih dahulu. Bahkan tertib-an juga semut ketimbang mereka yang notabene nya adalah murid sekolah SMA.
Tapi bagaimana jika Kasaga berpapasan dengan yang lainnya? Acuh tak acuh sih kayaknya. Ditambah kebanyakan manusia di bumi kan emang gitu.
"Lo anteng banget Dam, lagi apa Lo?" Tanya Kasaga yang mulai memperhatikan Damar.
"Lagi silaturahmi" ucapnya tanpa menoleh kearah Kasaga.
"Awas kesambet lo!"
"Ini seru tau. Liat, mereka tuh pada sopan sopan" ucap Damar yang masih setia memperhatikan semut rangrang.
"Gak kayak lo, Dam. Gada akhlak" cibir Kasaga kemudian ia pokus kembali pada pikiran awalnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah 'ini sekolah kapan pulangnya dah'
Setelah beberapa menit lamanya Kasaga melamun, ia merasa kantuk yang berat seakan menyerangnya secara langsung.
Namun tidak berselang lama, suara Bel pulang berbunyi sontak matanya terbuka dengan sempurna, tanpa rasa kantuk."Ini bel, gak tepat waktu bunyinya. Harusnya tuh tadi" alih alih bersyukur, Kasaga malah mendumel tidak jelas. Orang lain sudah berhamburan keluar kelas, Kasaga hanya diam tidak berkutik. Rasanya untuk bangkit saja ia malas. Ditambah, Raga juga tidak menyingkirkan kepalanya dari paha cowok itu, menambah rasa enggan dalam diri kasaga semakin menjadi. Kemudian, Ia menoleh kesamping dimana ia menemukan Damar, yang seperti ulat jengkal, cowok itu berusaha untuk sampai di tempat duduknya yang berada tidak jauh dari sana. Begitu kesusahannya kah anak itu?
Raga pun sama, ia memandangi Damar dengan wajah malas. Serasa diperhatikan, Damar akhirnya menoleh kebelakang mendapati Raga dan Kasaga memandanginya dengan wajah julidnya. Dengan watados, Damar hanya menyengir lebar sampai gigi kuning– yang bahkan ia lupa bahwa sudah tiga hari ia tidak sikat gigi– tampak sepenuhnya kelihatan. Kemudian Damar melanjutkan perjalanan ulat jengkal nya lagi, namun ia cepat bangkit ketika suara memalukan membuatnya ingin menghilang dari bumi.
Prooot~
Tidak terlalu panjang, namun suara kentut Damar mampu membuatnya malu. Dan bau semerbak telor rebus busuk memenuhi sudut ruangan– lebih tepatnya hanya Kasaga dan Raga yang kena. Membuat mereka menahan nafas. Sebelum mendapat sumpah serapah dan serangan maut, Damar segera mengibrit pergi keluar kelas.
—🍁—
"Mimpi apa gue semalam sampai gue dikejar jamet?" Teriak Damar yang tengah berlari keparkiran.
Dengan nafas memburu, kasaga dan Raga mengejar Damar yang sudah dulu melarikan diri.
Perbuatan Damar tadi membuat kasaga serasa di simpan di kandang sapi. Bau sekali. Begitupun Raga, sedari tadi Raga tidak berhenti menyumpah serapahi Damar. Seperti mengabsen nama nama binatang, nama nama makhluk halus dan lain lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYONARA 'K'
Teen FictionJika kamu mencintai seseorang melihat dari fisik, lantas bagaimana kamu mencintai tuhan yang bahkan kau tak bisa melihatnya? Cinta tidak cukup dengan kata 'mengiklaskan adalah bagian dari mencintai'. Tapi dengan berjuang, perjuangan tidak akan mengk...