Sweet Corn

12 2 0
                                    


Dear Lefa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear Lefa

Saat aku menulis ini, langit tak secerah biasanya, awan kelabu itu siap menumpahkan isinya kapan saja. Pikiranku menjadi teringat dirimu. Wajahmu sama seperti awan yang menemaniku saat ini, abu-abu. Matamu tidak lagi berkilauan saat terkena sinar matahari, matamu meredup, seperti malam yang tak memiliki bulan atau bintang sebagai penerang. Kamu tidak lagi seperti matahari yang selalu menyinari kehidupan setiap hari, kamu bagaikan lilin habis yang tak bisa bercahaya lagi.

Dunia terlalu buruk untuk ditinggali orang sepertimu. Dunia menarik binar itu darimu. Aku tahu, cahayamu bisa kembali, matamu akan berkilauan seperti dulu, dan tidak ada lagi awan kelabu berani mewarnai wajahmu. Tempatnya bukan di dunia yang kamu rasakan sekarang, tapi di dimensi lain tempat semua orang yang kau sayangi berada. Aku dan kamu pasti tahu mereka sedang menunggu kehadiranmu. Kamu akan utuh bersama mereka begitu pun sebaliknya.

Jiwa dan ragamu lebih pantas di sana. Tidak apa-apa untuk pergi. Tidak akan ada yang mengetahui dengan atau tanpa kamu memberitahu mereka yang hanya bisa menggoreskan luka.

Salam,

Rn. Llocki

Lefa memejamkan matanya, menghirup wangi manis Baccarat, wangi yang sangat ia suka sejak dulu hingga sekarang umurnya sudah 16 tahun, wangi yang selalu berhasil menyihirnya. Tak lama Lefa pun sadar lalu langsung meremas kertas itu dan melemparnya sejauh mungkin. Namun harum itu masih semerbak di hidungnya. Lefa harus membakar surat yang baru ia baca jika ingin aromanya hilang. Ia segera keluar dari rumahnya untuk menghirup dinginnya udara malam sebanyak mungkin agar aroma Baccarat hilang dari penciumannya. Harum itu bisa benar-benar membuat dirinya hanyut dalam kata-kata yang ia baca barusan.

Sejujurnya, sejak dulu, sebelum surat itu menerornya setiap hari, Lefa memang sudah merencanakan bunuh dirinya. Semua yang surat itu tunjukkan benar dan sesuai seperti yang terjadi. Seakan pengirim surat tahu isi kehidupan Lefa. Namun, surat itu bukan membuatnya semakin terdorong untuk mengakhiri hidup, surat itu justru membuat Lefa mengurungkan rencananya. Satu hal, Lefa tidak suka disuruh. Gara-gara aroma yang keluar dari surat itulah yang membuat Lefa tergerak, aroma yang seakan memaksa Lefa melakukan apa yang surat itu tulis.

Kaki Lefa akhirnya melangkah setelah termenung cukup lama, meninggalkan rumah yang pintunya masih terbuka lebar. Ia telah memutuskan sesuatu saat matanya menangkap tikus sedang menggerogoti kabel lampu rumahnya. Pandangan dan pikirannya kosong. Hanya kaki yang menuntunnya pergi. Angin malam yang dingin menerbangkan beberapa helai rambut hitamnya.

Sekeliling Lefa sepi dan gelap karena sudah dini hari. Ditambah dengan peringatan dari pemerintah kota akhir-akhir ini. Peringatan tentang pembunuh berantai yang meresahkan orang-orang karena telah membunuh tiga orang dengan kejam. Pembunuh itu dinamakan Corn Killer karena jasad yang telah ia bunuh akan ia siram dengan aroma jagung sehingga bau busuknya tidak lagi tercium. Masyarakat tidak sudi meninggalkan rumah karena polisi belum juga berhasil menangkap pembunuh itu. Pembunuh yang terlalu pintar dan tidak pernah melakukan kesalahan. Atau mungkin polisinya yang tidak becus melakukan pekerjaan mereka.

Sweet CornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang