Mic Drop

13 2 0
                                    

Aku tidak ingin mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak ingin mati. Aku hanya berpaling sebentar. Namun sekarang aku berada di antara Hiroshima yang kelaparan. Mereka mengejar begitu cepat. Apakah lebih baik aku mengorbankan diri? Aku sudah lelah berada di dunia ini. Mungkin aku lupa bahwa aku hanyalah benalu, seperti mereka.

***

Seorang gadis berumur 18 tahun berbaju putih abu-abu dengan rambut hitam mengkilat terkena sinar matahari termenung di kursi alun-alun. Teriakan anak-anak yang mendominasi tempat ini menjadi samar di telinganya. Ia menunduk, menatap kosong sepatu yang ia pakai, membuat orang-orang tidak bisa melihat wajah pucatnya karena tertutup rambut.

Lura, gadis yang bisa melihat masa depan manusia atau hewan dengan melihat mata mereka. Tidak ada seorang pun yang tahu ini termasuk orang tua atau teman dekat Lura.

Pandangan Lura beralih pada gadis berumur 7 tahun yang sibuk bermain balon sabun, adiknya. Lura memperhatikan setiap gerak-gerik Bella yang tampak sangat bahagia. Diam-diam Lura tersenyum. Posisi Bella tidak jauh darinya, jadi ia aman. Lura kemudian memejamkan mata sambil mendongakkan wajahnya ke langit, merasakan udara sore alun-alun.

"Hey Lura!"

Suara itu membuat Lura menoleh. Ada Rodi, teman Lura sejak kecil duduk di sampingnya dengan kaus putih penuh keringat. Rodi baru selesai latihan menembak di Tajimalaya, tempat di sebelah barat alun-alun ini. Rodi adalah sahabat Lura yang jago beladiri, menembak dan pintar sekali. Ayah Rodi memang seorang polisi yang pernah menangkap penjahat jenius dari Paskal, sebuah tempat di luar negeri. Lura bisa melihat di masa depan nanti Rodi akan menjadi orang yang begitu sukses.

Pernah suatu hari Lura bercermin untuk melihat matanya karena penasaran masa depannya seperti apa. Mengejutkan, Lura melihat dirinya menjadi Bupati kota ini. Saat Lura menjadi Bupati, ia punya keunikan yaitu Lura selalu menjatuhkan mic nya setelah berpidato. Lura tidak menyangka ia akan menjadi Bupati dan ia tidak tahu kenapa ia selalu menjatuhkan mic.

"Nih," ucap Rodi sambil memberikan es potong rasa vanila. Mereka pun menikmati es potong itu.

Rumah Lura dan Rodi berdekatan jadi mereka selalu pulang sekolah bersama sambil menjemput Bella les. Mereka juga memang sering mampir ke alun-alun untuk makan es potong dan bercerita banyak hal. Setiap hari Senin dan Rabu pun Rodi ada latihan menembak. Bella juga tidak keberatan jika mereka mampir ke alun-alun sebelum pulang.

"Lura liat!" Seru Rodi, di tangannya ada belalang dan Lura tidak suka. Spontan saja Lura menjerit lalu menjauh sampai es potong di tangannya jatuh. Sementara Rodi tertawa terbahak-bahak.

"Jangan ke pohon Lura, di sana lebih banyak," sahutnya saat Lura mendekat ke arah pohon.

"Gak lucu." Lura cemberut lalu kembali duduk di samping Rodi.

"Kakkkkk," teriak Bella sambil mendekati mereka. Lura menjawab 'ya'. "Main kejar-kejaran yuk kak!"

"Ayo! Bella cepet lari kak Lura berubah jadi monster! Tolong!!" Seru Rodi sambil menggendong Bella kemudian pergi berlari mengelilingi alun-alun. Lura tertawa kecil sebelum ikut berlari mengejar mereka.

Sweet CornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang