Rumah

345 52 0
                                        

"Semua telah berakhir"

"Ya mau bagaimana lagi, kau sudah menyukai orang lain" balas Megumi ogah-ogahan.

"Tapi aku masih menyukaimu" Megumi tertawa kecut, bualan yang setiap saat ia dengar, mendengarkan untuk terakhir ini saja amat memuakkan.

"Hubungan kita berakhir sampai di sini" Megumi melangkah pergi, namun belum sempat beranjak lengannya langsung ditahan oleh Gojo.

"Apa lagi?" tanya Megumi dingin, begitu enggan menatap kakak kelas sekaligus temannya ini.

"Apa kau tidak menyukaiku?"

"Kau tidak waras? Kau sudah menjalin hubungan dengan orang lain masih mau bersikap egois? Aku bukan kau yang membutuhkan kasih sayang sampai menginginkan semua" perkataan Megumi tidak salah, ia begitu jera, sudah dipergoki selingkuh malah lebih memilih orang lain. Megumi tak habis pikir, dikala sudah mengaku masih juga ingin memilikinya.

"Aku bukan pria brengsek sepertimu" Megumi menghempas tangan Gojo kuat, ia pergi tanpa menoleh sedikit pun. Biarlah hubungan tak berkesan ini berakhir, toh ia juga bisa lepas dari belenggu yang selama ini menyiksa batinnya.

Dengan perasaan malas Megumi menyusuri koridor sekolah yang cukup sepi, hatinya begitu kecewa melihat sang mantan kekasih berpelukan dengan seorang wanita. Persetan dengan air mata, hatinya lebih kesal karena bisa masuk ke dalam pesona orang bodoh seperti Gojo Satoru, pria yang haus akan kasih sayang dan tak mengerti apa itu kasih sayang yang sesungguhnya.

"Memuakkan" umpat Megumi.

Megumi mengusak surainya kasar, berulang kali berdecak kesal lantaran menahan emosi yang hampir tak terbendung. Langkahnya berubah jadi larian kecil, ia pergi ke rooftop sekolah untuk menenangkan diri sebentar.

"SIALAN!" teriak Megumi kesal, rasanya ingin sekali ia memukul habis rahang Gojo, tapi ia masih punya belas kasih agar tak menyakiti orang lain.

"Brengsek, keparat, dasar payah!" Megumi memukul-mukul kepalanya sendiri, mendendang asal ke udara dan menjambak rambutnya kuat seolah tengah melampiaskan amarah pada diri sendiri.

"Kenapa dia bilang masih menyukaiku? Sial, kenapa orang-orang sangat egois" monolog Megumi, ia tetap saja berbicara walau tak ada orang yang akan membalas ucapannya.

Kala tengah asik meluapkan seluruh emosi, Megumi berbalik ke arah pintu, ia mendapati seorang pemuda mengigit sebuah permen batangan seraya menatap heran. Sukuna duduk di dekat pintu, dengan beberapa camilan dan buku di tangan, tampaknya dari tadi ia juga melihat Megumi yang sedang kalang kabut.

"Lanjutkan saja, anggap aku tak ada" balas Sukuna ketika ia diperhatikan Megumi dari jauh.

Megumi mengernyitkan alis bingung, mana mungkin orang sebesar itu ia abaikan, apalagi sudah melihat Megumi yang kesetanan tadi. Megumi menghela napas gusar, Sukuna menepuk pelan sisi kosong di sebelahnya, menitah Megumi duduk menemani Sukuna. Ia memilih menurut dan duduk di sebelah pemuda merah muda itu, sebotol minuman teh hijau diberikan pada Megumi, ia menerima dengan baik dan tersenyum ke arah Sukuna.

"Terima kasih"

"Mau pisang? Ini juga bisa memperbaiki mood, atau jeruk?" gumam Sukuna diakhir. Sejujurnya Megumi penasaran apa yang orang ini lakukan dari tadi. Ia sama sekali tak terusik dan malah membiarkan Megumi.

"Yang aku tau coklat bisa memperbaiki mood"

"Aku tak suka, membuat haus dan bisa memecah konsentrasiku. Aku tak suka saat tenggorokanku kering, walaupun aku juga jarang minum si"

Orang ini benar-benar aneh, semenjak kembali dari Amerika, Sukuna terlihat banyak berubah. Sukuna yang ia kenal dulu selalu saja membantunya dan Yuuji dikala ada masalah, tapi sekarang pemuda ini jadi lebih tenang dan masa bodoh dengan orang sekitar.

Stay [SukuFushi]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang