SEMBILANBELAS

12.6K 1.2K 22
                                    

Sinar matahari menyinari dua insan yang tengah berboncengan sepeda motor menuju SMA Senopati tempat mereka belajar.

Sesampai nya di sekolah Gadis berambut hitam terurai dengan cardigan cokelat melekat pada Seragam turun dari motor, melepas helm lalu di berikan pada sang cowok yang tengah duduk di atas motor seraya merapihkan rambut.

Lelaki berjaket perasut hitam itu turun dari motor. sebelum pergi meninggalkan parkiran sekolah Ia menarik tangan perempuannya. Menggandeng.

"Cie yang udah go publik."

Sepuluh langkah dari parkiran, langkah Lintang harus terhenti kala mendengar celetukan dari salah seorang cowok yang sedang merokok di warung.

"Woy brodi,"

Lintang berbalik badan menghampiri Dion dan Aril.

"Gue ke kelas ya." Melihat anggukan kepala Lintang, Tiara bergegas pergi.

"Sepatu gue ketinggalan di rumah lo." Sahut Aril saat Lintang duduk di sampingnya.

"Udah gue satuin sama rongsokan."

"Serius lo? Itu sepatu dari ayang." Panik Aril.

"Masih ada di tempat kemarin. Nanti ambil sebelum gue masukin ke rongsokan."

"Iya iya. Balik sekolah gue ambil."

"Yaelah sepatu butut bau kaki aja masih di pertahanin." Celetuk Dion dari dalam warung Bu Aah.

Aril melempari Dion dengan cangkang kuaci. "Lurus banget lo kalo ngomong, sepatu itu pemberian ayang hadiah aniv ke enam bulan. Lagian Kaki gue bau surga." Timpal Aril.

"Bu Susi, Bu Susi." Dion segera menjatuhkan rokok lalu menginjak hingga bara api padam.

"Pagi ibu." Sapa Lintang, Aril dan Dion berbarengan pada Bu Susi sang kepala sekolah yang terkenal jutek nya minta ampun.

Seketika nyali Ketiga cowok yang sedang nongkrong itu menciut saat Bu Susi menoleh dengan tatapan maut mematikan.

"Kamu ngerokok?" Tatapan Bu Susi mengarah pada Dion.

Dion menggeleng cepat sambil mengangkat kedua tangan. "Enggak Bu. Ini asap obat nyamuk." Elaknya.

"Masuk kelas! Jangan nongkrong di warung." Perintah Bu Susi.

Sementara di dalam kelas Tiara menundukkan kepala pada meja. Pikiran Tiara terngiang-ngiang dengan saran sahabat nya, Melinda. Menyuruhnya untuk menggunakan tespeck.

Pasalnya Melinda sudah tahu kalau Tiara sudah menikah, bahkan kemarin Tiara curhat kalo dirinya sering mual-mual dan Melinda menyarankan menggunakan tespeck untuk mengetahui Tiara hamil atau sekedar masuk angin.

"Kenapa?"

Tiara menegakkan punggung kembali kala Suara serak basah mengagetkan nya.

"Nanti jadi ya, beli tespeck. Lo yang beli." ujar Tiara saat Lintang duduk di bangku Billy yang kebetulan pemilik nya belum datang.

"Iya. Bawel banget lo, lo kira gue Bolot gak bisa di bilangin sekali." ucap Lintang sambil menguap pelan.

Lintang menundukkan kepala pada meja dengan tangannya sebagai bantal.

"Makanya kalo mau kesekolah jangan minum obat, jadi ngantukan." Tiara kembali menunduk, menghadap Lintang.

"Semalem yang ngelarang gue untuk gak boleh tidur siapa?"

Tiara tertawa pelan. "Biasanya juga begadang kan?"

Lintang merangkul pundak Tiara membawa sang istri pada pelukannya. "Tanggung jawab, sini."

LINTANG | E N DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang