47

636 116 123
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

Perlahan-lahan mata aku celikkan dari terus terkatup rapat saat cahaya silau menjengahku. Untuk seketika, aku terpisat-pisat, cuba mengadaptasi suasana di sekitarku.

Aku di wad hospital.

Seperti hilang ingatan, aku cuba mengimbas semula apa yang terjadi sebelum ini.

Aku mengalami pendarahan.

Lantas aku menunduk, meraba-raba perutku sendiri, mencari benjolan yang menjadi bukti wujudnya satu nyawa di dalam rahimku.

"Yerim jangan risau, baby Yerim okay."

Terangkat kepala aku saat suara perempuan cukup halus dan lembut menyapaku. Saat aku menoleh, terlihat Eunha sedang tersenyum ke arah aku. Elok saja dia berdiri di jendela tidak jauh dari aku.

"Kuatnya dia, macam omma dia.."

Tersenyum aku mendengar kata-katanya itu walhal mataku mula digenangi dengan linangan air mata.

Kini sepasang mata Eunha bergerak perlahan ke sisi aku yang satu lagi buatkan aku turut sama menoleh.

Barulah aku tersedar, sejak tadi Jungkook ada di sisiku. Tertidur dalam posisi terduduk di atas kerusi dengan kepalanya direhatkan di atas katil, dekatnya dengan tanganku. Tangannya masih tidak lepas dari menggenggam tanganku.

Senyuman hambar terukir di bibirku saat melihat keadaannya sekarang yang dirasakan cukup menyentuh hati. Menjagaku, pada masa yang sama menanggung rasa risaunya yang menggunung untukku sehingga dirinya kelelahan.

"Semalaman dia tunggu awak bangun. Langsung tak nak berganjak dari duduk di sebelah awak. Tak makan, tak minum. Hanya menunggu di situ, menatap awak."

Dengan sepasang mataku masih tertumpu di raut wajah penuh kelelahan Jungkook itu, hati mula diterpa rasa sebak. Serisau itu dirinya padaku, sehingga tak lalu untuk makan dan minum.

Apa akan jadi padanya jika aku betul-betul pergi dari hidupnya nanti?

Genangan air mata mula dirasakan cukup sarat. Rasa risau dan peduli tentangnya.

Perlahan-lahan tanganku menyentuh atas kepalanya sebelum rambutnya aku usap lembut dan perlahan, penuh rasa kasih dan cinta untuknya.

"Saya ada appointment dengan patient lain sekejap lagi. Saya keluar dulu ya?"

Kepala aku angkatkan. Berbalas renungan dengan Eunha sebelum kami berbalas senyuman.

"Terima kasih." Sempat aku mengucapkan terima kasih pada Eunha.

"No worries." Balasnya dengan senyuman sebelum dirinya membawa diri menjauhi aku lalu mula hilang dari balik pintu wad ini.

"Yerim.."

Still With You; The Sequel | jjk [✓]Where stories live. Discover now