Pintar

0 1 1
                                    

Assalamualaikum 🍒

Jika sebuah jalan telah terpampang dengan jelas, maka berjalanlah dengan hati-hati, bahaya bisa datang dari arah mana saja.

🎠🎠🎠

Gadis dengan kerudung putih itu berulang kali menunjuk atap kelas, ia sudah banyak menjawab pertanyaan dan sekarang ia masih bersemangat untuk menjawabnya lagi.

“Hari pahlawan tepat di tanggal 10 November 1945,” jawabnya dengan yakin.

“Benar!” puji Ketua Osis SMA Al-Falah, sekolah swasta yang mengedepankan poin-poin Islami, sekolah favorit bagi orang tua yang ingin mendidik putra-putrinya untuk semakin mendalami nilai islam.

Sekolah tersebut juga sama dengan SMA lainnya di luaran sana. Hanya beda di segi islam dan seragam, lebih sopan dan lebih tertutup.

Tapi dari sekolah ini juga sering mengadakan acara yang didatangi sekolah negeri. Tidak kalah hebat dari sekolah favorit di kotanya. Bahkan, sepertinya Abrina akan betah di sekolah ini meskipun baru pertama kali mendatanginya.

Abrina tersenyum senang. Ia mendapat banyak pujian dan tepukan tangan dari siswa lain. Gadis seaktif Abrina memang perlu diacungi jempol.

"Pinternya ...." puji seseorang yang tiba-tiba terdengar di sebelahnya.

Gadis itu menoleh, "Kak Aldian!" pekiknya senang.

"Iya," tanggap Aldian.

"Kakak kok di sini?" tanya Abrina tidak percaya. Pasalnya lelaki itu tidak pernah bercerita tentang kesehariannya di sekolah saat berkunjung ke rumahnya.

"Gue 'kan Waketos ... lo gak tau ya," jawab Aldian bangga.

"Masa sih," Abrina masih tidak percaya.

"iya, Lo tanya aja sama kakak lo kalo gak percaya," jawab Aldian dengan senyum tipisnya.

"Aku per–" ucapan Abrina terpotong karena namanya diserukan berulang kali dari depan.

"i-iya Kak, saya?" tanya Abrina tergagap, ia kedapatan mengobrol saat acara berlangsung.

"kamu gak mau ambil posisi ini, gabung di Osis?" tawar Ketua Osis tersebut.

Perasaan Abrina? Jangan ditanya lagi, hatinya sudah mencak-mencak tidak jelas sekarang ini.

"Boleh?" tanyanya ragu.

"Tentu, kamu aktif dalam segala hal. Bisa dipastikan kalau kamu akan sanggup mengemban amanah ini," jelas Aatifh dengan bangga.

Aula yang semula hanya berisi desisan dan bisikan dari para murid, sekarang tergantikan oleh suara tepuk tangan yang menggema ke seluruh penjuru sudut. Tentu saja, kegiatan tadi adalah bentuk apresiasi untuk Abrina.

Hanya seorang Abrina, Falhisa Abrina Qhatifah. Gadis dengan hijab tertutup berwarna putih, seputih warna kulitnya. Kesan ayu yang menawan terlihat pada diri gadis tersebut, juga porsi tubuhnya yang sedikit berisi, membuat segala macam bentuk pakaian terasa pas dan cocok di badannya.

Perempuan yang lahir di bulan Maret akhir itu memang memiliki segudang kelebihan. Allah memang sebaik itu saat menciptakan mahluknya. Sesempurna dan sedetail itu. Kita sebagai makhluk ciptaannya sudah sepatutnya mengirimkan rasa syukur setiap saat.


🎠🎠🎠

Gamis merah maroon yang melekat di tubuh Iluni terlihat sangat menawan dipadukan dengan warna kulitnya yang putih bersih dan terawat. Dibanding dengan Abrina, Iluni memang sedikit lebih putih dan bersih. Wajahnya juga terlihat sempurna tanpa kecacatan setitik pun. Namun, kesan pertama yang ia tunjukkan adalah pribadi individual dan cuek.

I Love You, Dear!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang