satu

12 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Dulu Aji tidak pernah terpikir sekali pun akan bertemu dan menjalin pertemanan dengan Joan. Dia mengira pertemuannya dengan gadis itu saat kelas 3 SD hanya pertemuan biasa layaknya teman-teman di kelas, berteman saat di sekolah saja. Namun, garis takdir tidak sesederhana itu.

Setelah kejadian Joan terjatuh ketika bermain sepatu roda yang menyebabkan lutut dan siku tangannya berdarah, Aji mau tidak mau menolong gadis berumur 9 tahun itu dan mengantar ke rumah Joan. Sejak itulah, mereka saling mengenal satu sama lain lebih dari teman sekelas.

Seperti sore ini, saat Aji sedang mendengarkan lagu sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang dibagi guru sebelum pulang, dikagetkan oleh gebrakan meja dari samping. Ketika dia menoleh, Joan memasang muka sumringah, seolah menemukan hal berharga.

Aji melepas earphone yang terpasang, lalu bertanya, "Kamu kenapa?" Dia menatap wajah Joan.

"Aji kamu tuh paling mengerti aku!" serunya sambil meremas bahu Aji tiba-tiba. "Aku tadi berdoa sama Tuhan, semoga Aji sudah mengerjakan pr dari Bu Anita, dan ternyata... benarkan kamu sudah mengerjakan! Bahagia banget aku,"

Aji mengerutkan dahi, kemudian menyingkirkan tangan Joan dari bahunya.

"Memangnya aku setuju memberimu contekan?"

Tanpa melunturkan senyumnya, Joan mengangguk cepat. "Tanpa aku minta kamu pasti memberiku contekan," katanya sombong,"karena kalau tidak aku akan sebarkan foto kamu yang lagi tidur sambil ngiler," Joan menunjukkan foto dari ponselnya ke arah Aji.

Laki-laki itu melotot kaget, darimana dan kapan Joan mendapatkan foto aibnya? Aji berusaha meraih ponsel gadis di depannya, namun tidak berhasil karena kalah cepat dengan gerakan menghindar Joan.

"Makanya kasih aku contekan ya Mas Aji Sayang," rayu gadis itu sambil menunjukkan wajah imut, "kalau Mas Aji Sayang memberi contekan Adek tidak akan menyebarkan foto itu, beneran deh, suer." Joan mengangkat dua jarinya, jari telunjuk dan tengah, sebagai tanda janji tidak akan menyebarkan foto aib Aji.

Jika Joan sudah bertitah dan memaksa seperti sekarang, Aji hanya bisa pasrah dan menganggukkan kepala seraya menyerahkan bukunya yang telah terisi jawaban dari pertanyaan pr yang diberikan gurunya.

"Awas sampai kamu melanggar janji, Jo. Dan jangan beri jawaban ku ke teman-teman mu," Aji memberi peringatan. Pasalnya gadis itu terlalu murah hati, bisa dikatakan mudah dibodohi oleh teman-temannya, sehingga Aji terkadang kesal oleh Joan. "Ingat-ingat ya Joan, jangan kasih contekan ku ke teman-teman mu. Catat biar tidak lupa. Kebiasaan lupamu sudah mirip nenek-nenek."

Joan memberengut seketika, "Iya-iya, bawel banget sih Aji, kayak emak-emak." Tetapi raut mukanya berubah menjadi sumringah sambil mengangkat buku milik Aji. "Terima kasih sekali lagi, kalau begini tugasku cepat selesai dan aku bisa melanjutkan menonton drakor dan ibu tidak punya alasan melarang aku karena pr ku sudah selesai." ucapnya bahagia. "Terima kasih Mas Aji Sayang," Joan memberikan flying kiss pada Aji dan langsung pergi dari kamar laki-laki tersebut.

Aji tertawa kecil usai kepergian Joan. Laki-laki itu tersenyum lebar mengingat tingkah Joan yang kekanak-kanakan namun membuatnya gemas.

Untung sayang, Jo.

== MENGERJARMU ==

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENGEJARMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang