By Crush Blood
"Ayolah Var, lakukan seperti biasa yang kau lakukan. Tampil keren," ucap seorang pangeran yang kerap disapa Varquez, menyemangatinya dirinya sendiri. Ia baru saja menginjakkan kakinya di aula Fantasy Writer Academy setelah melalui portal. Kedatangannya menarik perhatian, bagaimana tidak? Dia datang terlambat, padahal Sensei Khai masih menyampaikan pidatonya.
Varquez melewati orang-orang dengan jubah biru nila yang secara sekilas, sebaya dengannya. Tidak seperti istananya, aula Fantasy Writer Academy nampak sangat elegan dengan warna biru dan ungu yang mencolok dibanding warna lainnya. Sensei Khai menghentikan pidatonya dan beralih menatap Varquez dari atas sampai ke bawah.
"Untuk hari pertama anda, saya bisa mentoleransinya tapi lain kali, jangan terlambat lagi, Yang Mulia." peringat Sensei Khai. Sebenarnya, Varquezz mendengar pidato Sensei mengenai dirinya yang terkesan berlebihan. Jujur saja, ia risih tiap kali mendengarnya secara tidak langsung.
Varquezz membungkuk, mengepalkan tangan kananya ke dada kiri.
"Maafkan saya Sensei, saya tidak akan mengulanginya lagi." Hal itu membuat Sensei Khai tersenyum tipis."Hahaha lihat tuh! Baru pertama kali aku lihat Sensei Kunti bicara seformal itu," Gelak Alpino dan Paw secara bersamaan. Mereka termasuk orang yang cukup akrab dengan Sensei Khai. Bahkan sebelum memasuki FWA.
"Jangan dengarkan kedua anak itu. Nama asli saya. Sensei Khainussa Development Adijaya. Anda bisa memanggil saya Sensei Khai." Kabarnya, Sensei Khai sudah satu abad menjabat sebagai kepala sekolah FWA. Parasnya yang awet muda, dengan Rambut biru bergelombang dan iris ungunya. Membuat anak muda khususnya anak didiknya sendiri yang tiap kali mengajaknya untuk berkencan, tidak menyangka jika ia setua itu.
"Yang benar Sensei Kunti. Panggilan itu lebih cocok untuknya," sorak Paw, teman sekelas tertawa mendengar hal itu, bahkan Alpino, sahabat Paw sampai meneteskan air mata. Paw dihadiahi tatapan tajam Sensei Khai.
Varquezz sama sekali tidak tertawa, ia menghormati Sensei Khai sebagai senseinya.Seorang gadis berambut ikal dua perlahan mendekati Varquezz. Dari raut wajahnya, ia terlihat seperti Alpino. Karena dia, memang kembarannya Alpino. Ia tidak berjalan dengan anggun, membungkuk bahkan dengan frontal menyampaikan maksudnya.
"Halo tampan, namaku Aprilia, mau berkencan dengan—"
Hacum!
"Aaaa rambutku!"
Tiba-tiba rambut Aprilia terbakar setelah Putra bersin ke arahnya. Rambut kehijauan Aprilia yang sebelumnya menyentuh bahu, terangkat naik. Beruntung, Varquezz sempat menunduk setelah melihat api di belakang Aprilia. Namun, ia tidak sempat memberitahu Aprilia akan hal itu."Maaf, si Sindy yang membuatku bersin," ucap Putra dengan tampang tak bersalah sedikitpun. Putra melirik Sindy. Sindy bersiul sambil menyembunyikan bulu seputih angsa di balik punggungnya.
"Putra, kembalikan rambutku seperti semula!" Wajah Aprilia memerah, menahan panas.
"Aku tidak bisa melakukannya!"
Aprilia menyatukan tangannya, ingin membuat pusaran angin melalui element anginnya. Disaat bersamaan, Alpino mengambil sebotol air Sindy secara diam-diam. Ia membuka penutupnya dan mengarahkan air tersebut ke arah Aprilia disaat Aprilia yang masih fokus dengan kedua tangannya.Byurr
Sebenarnya Aprilia bisa saja sedari awal menyelesaikan mantranya. Namun seorang pangeran terus memandangnya. Membuat ia kehilangan fokus dan salah mengucapkan mantra beberapa kali. Alhasil, wajahnya, jubahnya, bahkan sampai kaus kakinya basah.
"HUWAAA," jerit Aprilia. Bukannya menolongnya, Alpino dan yang lain mentertawakannya. Aprilia selalu mengutamakan penampilan diatas segalanya apalagi ia tampil konyol di depan seorang pangeran yang sangat ia hormati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storia de Terra Fantasia
Fantasy"Cintaku mungkin untukmu, tapi cintamu bukan untukku. Tidak masalah asal kau bahagia. Karena cinta itu ada tidak untuk dipaksakan." ----- "Terputus oleh mimpi tak terbatas ...." "Ilusi dan kebohongan kemudian bertanya, apa sebenarnya arti dari reali...