chapter one

672 58 3
                                    

hukum kausalitas yang dicetuskan oleh filsuf terkenal aristoteles pada 350 sebelum masehi membuat renjun menyeritkan dahi dalam tidur ayamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hukum kausalitas yang dicetuskan oleh filsuf terkenal aristoteles pada 350 sebelum masehi membuat renjun menyeritkan dahi dalam tidur ayamnya.

entahlah, renjun bukan tipe orang yang senang berpikir. hanya saja ia selalu memiliki sebuah pertanyaan abstrak dalam kepala.

selalu ada sebab dan akibat dari suatu peristiwa, namun renjun tidak mengerti penyebab apa yang mengakibatkan dirinya menjadi gelandangan dadakan yang tertidur diatas rooftop gedung orang lain tanpa berpikir panjang.

oh, ayolah, ia tidak sedang patah hati karena wanita yang dulu ia kencani ternyata sudah memiliki pengganti. ia tidak begitu peduli dengan hal itu. masalahnya hanya satu, renjun merasa ada sesuatu yang hilang dan janggal yang membuat hidupnya begitu resah gelisah di minggu-minggu terakhir ini.

sayangnya, ia tidak tahu peristiwa kausalitas apa yang sudah terjadi hingga perasaan ini muncul.

kun-ge, saudara jauh renjun yang merupakan seorang psikiater pernah mengatakan bahwa sejak kita berada dalam kandungan--kita sudah memiliki perasaan dan memahami apa yang terjadi dengan sekitar--terlebih pada apa yang dirasakan ibu. bahkan kenangan masa kecil yang terlupakan sebenarnya tidak pernah hilang, hanya tersimpan dalam layaknya gunung es yang terlihat kecil dipermukaan namun sebenarnya sangat besar didalam.

dan perasaan hampa dan kehilangan tanpa alasan ini bisa jadi adalah emosi alam bawah sadar kita yang tidak sengaja keluar dan belum terselesaikan. sialnya, sudah terlalu banyak ingatan yang renjun lupakan.
ia tidak tahu darimana perasaan ini berasal.

pemuda mungil itu menghela napas berat, mulai berdiri dari tidurnya. mendekat pada beton pembatas rooftop. kakinya dibawa naik kepinggir beton dengan pandangan turun seolah akan bunuh diri. tetapi renjun masih sangat waras untuk tidak melakukan itu--tetapi bukan berarti orang yang melakukan bunuh diri itu tidak waras. hanya saja, perasaan bunuh diri itu sebenarnya tidak ada.

karena pada dasarnya kita tidak ingin mati, kita hanya tidak ingin memiliki hidup seperti ini.

pada beton pembatas gedung yang hanya selebar kaki itu renjun mencoba memicu adrenaline dengan membawa tubuhnya berdiri tegap melawan angin. rasanya menakutkan, namun ketika ia mencoba menikmatinya tanpa melihat kebawah rasanya benar-benar gila luar biasa.

tenang dan damai, seperti ketika ia tenggelam dari bisingnya suara orang-orang dibawah sana.

"HEI! WHAT ARE YOU DOING?!" renjun membuka kelopak matanya kesal,

sial, ia ketahuan.

tubuh mungil itu lantas berbalik dan turun. sedangkan sosok yang memanggilnya itu adalah pemuda berbahu tegap dengan rahang tegas yang seperti sehabis pergi dari acara penting--terlihat dari pakaian formal yang sudah acak-acakan ia kenakan.

jas hitam yang tersampir ditangan dengan kemeja putih yang terlipat setinggi lengan, jangan lupakan dua kancing teratasnya yang terbuka.

renjun mengerjapkan mata ketika sosok itu datang mendekat, ekspektasinya ia akan melihat sesosok pria tua dengan seragam putih dan tongkat hitam yang tersampir dipinggang. namun ternyata justru yang ada adalah pemuda super tampan yang membuat senyumnya tertarik diam-diam.

pleasing to the eyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang