chapter three

228 44 6
                                    

"akkh! renjun berhenti menarik rambutku!" ucap jaemin kesal, wajah rupawanya memerah padam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"akkh! renjun berhenti menarik rambutku!" ucap jaemin kesal, wajah rupawanya memerah padam. jaemin benar-benar kesal ketika harus membawa sahabat karibnya yang dalam keadaan mabuk pulang ke rumah.

pasalnya, jarak rumah renjun cukup jauh dengan rumah sakit tempatnya bekerja. tetapi renjun si anak manja itu tidak bisa tinggal sendirian atau bahkan menyewa apartment sekalipun. itu sebabnya jika tidak tidur di mess rumah sakit yang horor--renjun pasti akan pulang ke apartment mewah jaemin.

di kota metropolitan yang penuh dengan berbagai jenis manusia--renjun hanya memiliki jaemin sebagai pundak tempatnya bersandar. 

"huhuhu, jaemin.. punggungkuu sakitt!!" keluhnya yang memunculkan decakan emosi si jaemin yang sejak tadi menggendong tubuh renjun dipunggungnya.

sedangkan renjun yang terus mengacau itu ikut menggerakan tangan untuk memukul punggung--yang ia rasa sakit. "kenapa dunia ini semakin gila, sih?!"

"berkacalah dulu, pendek." ucap jaemin--sangat pelan.

"--setidaknya jika merampok, merampoklah saja, korupsi juga tidak apa-apa, asal jangan membunuh orang!" beruntung mereka sedang berada di lift yang sepi, sehingga peristiwa ini hanya akan dilihat oleh satpam pengawas cctv. setidaknya, sampai pada tahap ini jaemin merasa bisa melaluinya dengan lapang dada.

"menambah beban pekerjaanku tahu!" tapi memang benar, akhir-akhir ini terlalu banyak kematian yang disebabkan oleh kejahatan. pembunuhan, perampokan, terorisme. mayat-mayat yang terkadang tidak berbentuk atau bahkan beberapa bagian yang tidak utuh itu membuat renjun stress berat karena harus menghadapinya setiap hari.

itu adalah alasan utama mereka minum malam ini. selebihnya hanya karena mereka ingin mencoba menu restaurant yang baru buka disamping one police plaza tempat jaemin bekerja.

"jaemin.." panggil renjun dengan manja, jaemin sudah bisa menebak bahwa pemuda itu pasti sedang mempoutkan bibir mungilnya sekarang.

sang empu hanya menanggapi dengan gumaman malas. hingga kemudian pintu lift terbuka dan menampilkan seorang pemuda dengan tas belanjaanya--yang tentu saja, salah satu penghuni dari gedung upper east side ini.

pemuda bermarga na itu mengumpat pelan, menunduk dalam sembari berharap bahwa renjun tidak melakukan hal yang mengerikan. ya, meskipun itu tidak mungkin karena pemuda itu selalu melakukanya jika diambang kesadaran.

"uhh, jaemin!" renjun berucap sembari menggunjang tubuh jaemin dengan menggoyangkan kedua bahunya. "aku benar-benar lelah kau tahu!"

"iya tahu, makanya tidur saja." ucap jaemin singkat, berusaha untuk tidak membawa percakapan mereka lebih panjang.

"no! it's not what i mean! aku butuh hiburan!" renjun bergerak menurunkan tubuhnya dari gendongan jaemin. membuat jaemin lantas segera berbalik menghadap renjun yang otomatis punggungnya memunggungi pemuda lain penghuni lift selain mereka. ia tidak ingin wajah tampanya terekspos sedang membawa tunawisma gila.

pleasing to the eyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang