Terlihat seorang pria dewasa tengah menatap prustasi ke ruangan di hadapannya yang tengah ramai oleh dokter yang sibuk mengembalikan detak jantung anaknya yang tiba-tiba melemah.
Pria dewasa itu memejamkan matanya, berdoa kepada Tuhan agar menyelamatkan nyawa anak semata wayangnya.
Satu-satunya harta yang paling berharga yang diberikan oleh almarhum istrinya kepadanya.
"Pak Adam" Seorang suster memanggil pria itu, membuatnya tersadar kembali
"Bagaimana keadaan anak saya, Sus?" Tanyanya tidak sabaran.
Suster itu tersenyum, "Anak bapak berhasil melewati masa kritisnya, saat ini dokter tengah melakukan pengecekan sekali ini. Anda bisa masuk setelah dokter selesai"
Senyum pria dewasa itu mengembang, Tuhan kembali lagi mengabulkan doanya. Matanya menatap hangat kearah anaknya yang begitu hebat.
"Kalo begitu, saya permisi pak" ujar suster itu lalu pergi menjauh.
•
•Arthfael
Chapter 1 : Ayah Adam•
•Rafael membuka matanya, matanya menyipit menyesuaikan cahaya lampu yang menyala di dalam ruangan miliknya, ruangan putih bergradasi coklat dengan aroma obat yang menyengat.
Setahu Rafael dia tidak selamat saat insiden kebakaran di panti asuhan, jikalau selamat mana mungkin dia bisa berada di ruangan rumah sakit yang sangat megah ini.
Secara para donaturnya yang begitu pelit dan hanya mementingkan popularitasnya saja.
Rafael mengangkat tangannya yang dipasangkan infus. Lagi-lagi pemuda itu menyerngit heran, apa iya kalau orang sakit, tangannya akan menyusut menjadi kecil?
Mustahil pastinya. Disaat Rafael tengah asik melamun, seorang pria dewasa membuka pintu ruangan inap Rafael.
Binar senang terpancar jelas di mata pria itu, dengan segera pria itu menghampiri anaknya sambil memeluknya erat.
Pada awalnya Rafael menolak pelukan tersebut, tapi saat dia merasa bahwa pipinya basah dia akhirnya menerimanya. Entah mengapa Rafael merasa sakit ketika pria itu memeluknya, membuat dirinya menjadi emosional dan menangis.
"Syukurlah kamu sadar, maafkan Ayah yang terlambat waktu itu" ujar pria itu dengan matanya yang memerah menahan tangisnya.
"Ayah?" Gumam Rafael pelan, suara cempreng ala anak kecil terdengar.
Pria itu menatap anaknya hangat, "kenapa Art? Apa ada yang sakit?"
Rafael menggelengkan kepalanya pelan.
Ini aneh, seingatnya dia tidak punya orang tua angkat dan orang tua kandungnya sudah lama meninggal jadi tidak mungkin.
Tapi kenapa pria dewasa di depannya ini memanggil dirinya sebagai 'Ayah', sementara Rafael sendiri tidak kenal siapa dia.
Walaupun begitu, tubuh Rafael merasa begitu familiar dengan pria itu sehingga membuatnya bingung dan kebingungan itu bertambah saat pria dewasa itu memanggilnya 'Art'.
Pria itu menyadari guratan kebingungan dari sang anak hanya bisa tersenyum simpul, "kamu pasti sedang kebingungan kenapa kamu ada di rumah sakit, iyakan?"
Rafael diam, membiarkan pria dewasa itu menyuapinya dengan bubur rumah sakit yang menurutnya kurang menggoda seleranya.
"Dokter Taka bilang, mungkin kamu akan kehilangan sebagian ingatanmu sementara karena kejadian penculikan waktu itu" lanjut pria itu.
"Penculikan?" Ada nada kebingungan dipertanyakan Rafael, seharusnya dia masuk rumah sakit karena tertindih lampu lampu bukannya diculik.
Pria itu mengangguk membenarkan, "kamu diculik oleh saingan bisnis ayah, karena kejadian traumatis tersebut membuatmu mengalami koma dan mengalami hilang ingatan sebagian"
Rafael tersenyum kecut saat melihat pria dewasa itu tersenyum dan menatapnya hangat.
Sebuah ingatan kecil tentang seseorang bernama Art masuk ke dalam kepala Rafael, hanya sedikit itupun hanya nama-nama orang yang dekat dan kegiatan sehari-harinya bersama dengan ayahnya. Tidak ada informasi lain seolah tubuh ini tidak ingin mengingatnya.
"Ayah?" Gumam Rafael.
Pria dewasa bernama Adam itu mengelus sayang rambut anaknya yang mulai memanjang, "kenapa Art?"
"Em, kapan Art akan pulang?" Pertanyaan yang Rafael lontarkan membuat Adam terkekeh kecil.
"Mungkin masih lama, mengingat kamu yang baru sadar setelah koma. Dan nanti mungkin ada beberapa terapi dari Dokter Taka" balasnya dengan senyuman hangat.
"Apa terapinya bakalan sakit?" Tanyanya lagi.
Adam tertawa kecil, "Sepertinya gak sakit, kalaupun sakit bakalan ada ayah yang temenin Art"
Rafael mengangguk, Adam kembali mendekatkan tubuh besarnya merengkuh tubuh kecil anaknya ke dalam pelukannya hangatnya.
"Ayah menyayangi mu Art" bisik pria dewasa itu.
Rafael terdiam, menggenggam baju ayahnya kuat, "Art juga sayang sama ayah" balasnya sambil menangis.
Rafael ingin sekali mengatakan kalau dia bukanlah Art yang sebenarnya, tapi dia tidak tega melihat perlakuan Adam yang terlihat begitu menyayangi Art.
Jika boleh Rafael egois dia tidak ingin memberitahu tentang siapa dirinya kepada Adam, dia ingin menikmati kasih sayang yang Adam berikan kepadanya.
Tapi di sisi lain Rafael merasa tidak pantas, harusnya Art lah yang merasakan kasih sayang sang ayah, bukan orang asing seperti dirinya.
Terlalu banyak berpikir membuat Rafael mengantuk, ditambah pelukan hangat Adam membuat matanya semakin memberat.
Dan setelah itu terdengar hembusan nafas teratur Rafael, tertidur nyaman di pelukan Adam yang begitu nyaman dan hangat.
- Rfthael, Indonesia Tengah,
730 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthfael
Teen Fiction5 tahun setelah kematiannya, seorang pemuda bernama Rafael bereinkarnasi ke tubuh seorang anak kecil berusia 10 tahun yang tengah mengalami koma.