Suara gemercik air mengiringi tangisan pilu seorang gadis yang terduduk di bawah shower, dirinya melipat kaki ke atas lalu meremas rambutnya kacau.
Tak jarang tangannya memukul dada untuk menghilangkan sesak. Sudah hampir satu jam ia berada disana dengan badan yang menggigil.
Rasa kecewa dan bersalah hinggap dalam hati nya, tak terbayang jika orang orang di sekitarnya menatap kecewa dan rendah pada dirinya.
"Maafin Meli maa.. Hiks, maafin Meli" mulut pucatnya terus menggumam.
Suara gedoran keras serta teriakan datang dari luar pintu kamar mandi yang ia kunci.
"Mel!!, Melia buka pintu nya! Lo ngapain?!"
Dor dor dor !!
"Mel!! Buka! Ih"
Ia mematikan shower nya lalu memakai handuk, wajah nya terlihat panik, jari jari nya juga mulai bergetar.
Dengan cepat ia membuang benda kecil itu pada tempat sampah, lalu memberanikan diri untuk menyahut sahabanya.
"Iya Ri bentar lagi selesai" sahutnya dengan suara agak kencang berharap sahabatnya itu bisa mendengar.
Riri mendengus pelan mendengar jawaban sahabatnya itu. Sudah satu jam dirinya menunggu Melia yang tak keluar dari kamar mandi.
Riri dan Melia bersahabat lama sejak kecil, tak heran jika ia sangat khawatir bila terjadi apa apa dengan Melia.
"Cepet ya, gak pake lama!"
"Iya Riri"
Setelah ia rasa Riri pergi dari kamarnya, ia keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya terbalut handuk putih lalu berjalan mendekati meja rias, menatap tubuh nya di kaca.
Penampilan nya sungguh kacau dengan mata sembab dan wajah yang pucat.
Seketika tangisnya kembali pecah, tangan nya mengepal di atas meja rias, bahu nya bergetar dengan nafas memburu. Ia benci dirinya sendiri, ia benci hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RagaMelia (Revisi)
ChickLit"Saya pengen gugurin bayi ini dok" "Maaf tapi saya tidak bisa-" "SAYA BILANG GUGURIN BAYI INI !!" "Biar saya yang bertanggung jawab" Melia Adisa, gadis polos yang merasakan bagaimana berada di titik terendah dalam hidupnya karna sebuah kesalahan. ...