Drupadi terdiam karena seseorang yang tiba-tiba menyapa Karna. Ia tak heran jika Karna sering bertemu kolega bisinisnya jika sedang berada di restoran seperti ini.
Namun kali ini berbeda, jika biasanya yang menyapa Karna adalah kolega pria. Saat ini yang menyapanya adalah perempuan cantik.
Drupadi seperti pernah bertemu dengan perempuan cantik ini. Namun ia lupa dimana mereka bertemu.
"Bu Citra, wah kebetulan sekali,"
Mereka kemudian berjabat tangan, ada yang aneh diantara mereka. Kenapa Drupadi seperti melihat jika perempuan itu mengelus tangan Karna. Ah atau mungkin ia yang salah lihat.
"Bu Citra, perkenalkan Drupadi tunangan saya,"
Setelahnya Drupadi dan Citra memperkenalkan diri mereka.
"Bu Citra sendiri atau ada teman?," tanya Drupadi demi kesopanan pada kolega tunangannya.
"Saya sendiri Bu Drupadi,"
"Gimana kalo bu Citra gabung sama kita aja mas, dari pada sendirian,"
"Ehm, ngga usah bu. Lagian saya udah biasa sendiri. Soalnya pacar saya sibuk,"
"Ngga papa bu Citra. Bareng sama kita aja," bujuk Drupadi
Setelah perdebatan singkat, akhirnya Citra bergabung dengan mereka. Sebelum duduk Citra memberi tahu waiters jika ia pindah tempat duduk.
Tak lama setelahnya pesanan mereka diantar.
Mereka makan dalam keadaan hening. Drupadi yang tak biasa dengan kondisi tersebut mencoba untuk membuka obrolan.
"Kalau boleh tahu, bu Citra tinggal dimana?,"
"Citra sama Bu, saya tinggal di apart dekat kantor,"
"Kalau begitu panggil saya Drupadi, jangan ada embel-embel bu,"
Citra melihat penampilan perempuan di depannya. Tanpa ada yang melihat perempuan itu tersenyum remeh, melihat penampilan Drupadi yang jauh dari dia yang berkelas.
Kemudian pandangannya beralih ke Karna. Ia tersenyum menggoda pada Karna, dan mengedipkan sebelah mata padanya.
Karna yang mendapati hal tersebut merasa berdebar, karena Citra terlalu terang-terangan. Padahal ada Drupadi di sampingnya.
Untung saja Drupadi tak melihatnya, ia tak mau jika Drupadi bertanya tentang apa yang dilihatnya.
"Mas, kok ngga dilanjut makannya?"
"Iya sayang, ini dilanjut kok,"
Mendengar panggilan Karna pada Drupadi, Citra merasa tak senang. Kemudian ia dengan sengaja menyentuh kaki Karna dengan kakinya.
Karna melayangkan protes. Namun Citra hanya menaikkan alisnya seakan menantangnya.
"Sayang, aku ke kamar mandi dulu,"
"Iya mas,"
Tak lama setelah Karna ke kamar mandi. Citra pun ijin ke kamar mandi.
Drupadi tak menaruh curiga sedikitpun pada mereka.
Di kamar mandi mereka berpapasan. Saat akan kembali Citra menarik lengan Karna ke salah satu bilik kamar mandi perempuan.
"Citra,"
"Ssst. Jangan bersuara Karna. Nanti kalau ada yang lihat bagaimana?,"
"Kenapa kamu memilih restoran ini hm?,"
"Karena aku ingin menemui kekasihku yang pergi makan dengan tunangannya,"
"Tapi kan kemarin kita udah menghabiskan waktu berdua baby, bahkan aku menginap di apart kamu,"
"Tapi tetep aja ak-" sebelum Citra menyelesaikan perkataannya. Karna membungkam Citra dengan ciumannya.
Setelah dirasa Citra kehabisan nafas karena ciuman mereka, Karna menyudahi ciuman mereka.
"Ah, tunangan tuan putri Drupadi mulai nakal ternyata,"
"Sebaiknya aku kembali dulu, nanti setelah mengantar Drupadi aku ke apart kamu. Tunggu aku ya," ujar Karna sambil mengerling pada Citra.
Tanpa menunggu jawaban Citra, Karna kembali ke tempat Drupadi.
"Tumben lama ke kamar mandinya,"
"Maaf sayang,"
Setelah mengatakan itu, Karna mengambil tangan Drupadi dan mengecupnya.Drupadi yang mendapatkan perlakuan romantis tersebut hanya tersipu.
***
"Juna, kamu sakit nak?" Tanya ibunya khawatir.Sebab sepulang ia dari kantor suaminya. Kepala mansion memberi tahu jika Arjuna sakit. Setelahnya ia bergegas menemui putra tunggalnya di kamar.
"Juna ngga papa Mam, cuma pusing sedikit. Tadi udah minta obat ke bi Inah. Jadi udah lumayan,"
"Apa perlu ke rumah sakit sayang?"
"Ngga perlu, ini udah baikan. Besok juga berangkat kuliah kok mama,"
Mendengar perkataan putranya, nyonya Pandu merasa lega.
"Besok malam kita ke acara makan malam keluarga di tempatnya mas Khandra. Calon mertua masmu sayang."
"Iya Mam, besok Juna datang kok, Juna mau istirahat dulu ya Mama sayang,"
"Oke, mama ke kamar dulu ya sayang,"
Sebelum keluar nyonya Pandu mengecup dahi putra kesayangannya.
***
"Hai sayang," ujar tuan Pandu pada istrinya."Halo mas,"
"Kok kamu dari kamar Juna, ada apa dengan Juna?"
"Cuma demam biasa mas, sini tas kantornya. Biar aku yang bawa, sekalian lepas jasnya ya,"
Tuan Pandu pun melepas jas dan menyerahkan tas kerja pada istrinya.
"Syukurlah, besok acara makan malam keluarga jadi sayang?"
"Jadi mas, tadi mba Harsha udah bilang ke aku perihal makan malam keluarga,"
"Tak terasa ya sayang, satu persatu putra kita akan menikah. Padahal aku masih merasa mereka masihlah anak kecil."
"Waktu kan berjalan mas, akan ada waktunya juga bagi kita melepas Arjuna menikah. Feeling aku tak lama lagi Juna menyusul mas,"
"Hust, Juna masih kuliah. Lagian juga dia ngga pernah ngenalin kekasihnya ke kita,"
"Kita kan ngga tahu mas, siapa tahu putra kita itu bucin in privat,"
Setelahnya tawa pandu keluar. Mendengar perkataan istri cantiknya.
***
Makan malam keluarga, berarti ngga ada kesempatan buat aku bisa bersama kamu mba?Tanya Arjuna pada foto Drupadi yang berada di tangannya.
Foto yang sebenarnya foto bersama. Namun Arjuna potong, sehingga hanya ada mereka berdua.
Lo mikir apa Juna, dia tunangan masmu sendiri lo gila deh. Ujar Arjuna pada dirinya sendiri.
***
To be continueSi cantik Drupadi. Jadi bingung bunganya yang mana. Sama-sama cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drupadi
General FictionDalam hidup ini, aku tak ingin membagi cintanya dengan wanita lain, biarlah dikata egois. Aku hanya ingin mempertahankan apa yang menjadi milikku. Jika dia tak bisa menjadikanku satu-satunya ratu dihidupnya, maka biarlah aku mundur. Karena aku hany...