chapter 1

575 61 9
                                    

Kalau ditanya sosok wangsa, gak bakalan habis hanya dengan membaca novelnya. Sebab, sosok wangsa selalu ada di hati Gevan. Wangsa itu nyata, namun wangsa juga misteri.

Banyak hal yang tidak bisa diungkapkan akan sosok wangsa, sebab kepribadian dan sosoknya selalu menjadi hal yang spesial dan tidak pernah ditemukan di diri orang lain. Itulah menurut Gevan.

Lalu bagaimana sosok wangsa berbicara?

Kata Gevan, wangsa kalau berbicara irit. Sosoknya begitu dingin nan tegas. Jiwa dominan yang ada pada dirinya selalu membuatnya bungkam. Apalagi ketika ia sedang marah, maka hancurlah keinginannya untuk membantah.

Kita baca aja yuk gimana sosok wangsa di kehidupan nyata!












Jalanan kota malang, menjadi pusat perhatian banyak orang hanya untuk berdiam diri atau bersenda gurau. Taman kota menjadi alternatif untuk seseorang menghabiskan waktu bersama. Mungkin banyak sebagian orang bilang jika taman kota itu berisik tidak ada ketenangan didalamnya. Eits, jangan salah. Gevan selalu tenang hanya untuk memejamkan matanya di bawah pohon beringin. Sayup-sayup angin di siang hari membuat kotanya jauh lebih sejuk. Banyak pepohonan yang tumbuh indah di sekitaran sini.

"Ngapain disini?"

Matanya terbuka mendengar suara yang biasa menyapa dirinya setiap hari. Iya, orang itu yang ia tunggu.

"Kan nungguin kakak, lama sekali.", cemberut nya bersikap manja dengan seseorang yang belum lama mengisi hidupnya.

"Maaf ya sayang, ya sudah ayok pulang.", ajaknya mengusak surai rambut yang lebih muda.

"No no, gevan mau donat yang di dalam mall tuh akak."

"Ayo beli."

"Ayeayy kapten"

Begitu lembut ketika berbicara, namun tatapannya masih enggan untuk meluluhkan hanya dengan tersenyum.

Bergandengan tangan menjadi hal yang biasa bagi keduanya. Bahkan sang lebih tua akan terus menggandeng hingga si kecil nya merasa nyaman di genggamannya.

Begitu ramai toko donat di siang hari, banyak orang beristirahat hanya untuk memakan manis seperti ini.

Toko donat di dalam mall memang selalu ramai pengunjung. Karena memang rasanya yang enak dan juga empuk jika di makan. Tidak bosan Gevan hanya untuk meminta donat setiap dirinya pulang dari kuliah bersama dengan Wangsa.

"Tunggu disini ya sayang, Don't go anywhere before I get back, got it?"

Si kecil nya mengangguk dengan senyuman gigi kelinci yang menyembul lucu dari balik bibirnya.

"Good boy.", kecupan hangat di dahi diberikan sebelum yang lebih tua mengantri di sepanjang antrian yang melelahkan.

Sembari menunggu ia akan bermain handphone atau sekedar melihat sekelilingnya.

Perlakuan manis yang diberikan Wangsa selalu membuatnya meleleh. Walau hanya perlakuan kecil namun cukup membuatnya terus bersyukur bisa disayangi oleh orang yang tulus menjaganya dan selalu ada disisi nya. Mungkin kalau tidak ada Wangsa, ia tidak akan tau nasib hidupnya akan seperti apa.

Cukup lama menunggu, rasa kantuk mulai menyerangnya. Ia ingin segera pulang dan tidur di pelukan yang lebih tua. Sungguh siang hari membuatnya mengantuk dan badan yang mulai lelah.

Tidak berselang lama yang lebih tua datang dan menggendong dirinya ala koala. Tidak peduli dengan keadaan sekitar maupun tatapan orang-orang terhadap keduanya.

Gevan sungguh terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari Wangsa. Namun karena dirinya yang benar-benar mengantuk, maka ia mengabaikan rasa malunya dan memilih tertidur di pundak yang lebih tua dengan tangan yang sudah ia lingkarkan di leher Wangsa.

Angel's WangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang