Pangeran Jeon Jungkook
Hujan deras turun di tanah Seoul pada hari dimana kehidupan Jeon Jungkook berubah.
Seluruh tubuhnya basah kuyup saat Jungkook kembali ke istana, dan yang dirinya inginkan saat ini adalah mandi air panas, tapi kepala pelayan menghentikan langkahnya dan memberitahu dirinya kalau Raja ingin bertemu dengannya.
"Di mana dia, Hyeon?" Jungkook berkata sambil mendesah, sebelum meringis ketika dia melihat genangan air yang terbentuk di bawah kakinya.
"Di ruang kerjanya, Yang Mulia."
Jungkook menatap sepatu botnya yang kotor dan seragam militernya yang sama kotornya. Memimpin pasukannya dalam latihan fisik yang berat, telah membuat dirinya lelah, dingin, dan kotor, sama seperti para prajurit di bawah komandonya, dan dia tidak benar-benar berminat untuk bertemu dan mendengar apapun yang akan ayah katakan. "Aku akan menemuinya setelah mandi. Saat ini aku benar-benar kotor."
Choi Hyeon menggelengkan kepalanya. "Yang Mulia berkata kalau dirimu harus segera menemuinya setelah dirimu kembali." Nada suara beta itu penuh dengan permintaan maaf, tapi tanpa kompromi, dan jika kepala pelayan tua itu tidak mau mengalah, maka itu pasti adalah sesuatu yang penting.
Sambil mengerutkan kening, Jungkook menuju ruang kerja ayahnya.
Dia mengetuk sekali sebelum masuk.
"Yang Mulia," Kata Jungkook dengan hormat, tapi tidak terlalu hormat.
Dia selalu berusaha untuk menyeimbangkan diri. Jika terlalu hormat, ayahnya akan mulai berpikir Jungkook tidak cukup alpha. Jika dirinya terlalu tidak sopan, ayahnya akan marah dan langsung curiga kalau Jungkook ingin merebut tahtanya. Semua itu sangat menyebalkan, dan bukan untuk pertama kali dalam hidupnya, Jungkook berharap dirinya dilahirkan sebagai beta.
Atau mungkin—omega.
Jungkook segera menyingkirkan pikiran itu. Pikiran seperti itu tidak ada gunanya, dan konyol. Dia adalah seorang alpha. Alpha tidak memiliki kesulitan, dibandingkan dengan beta dan terutama omega. Ya, alpha shifter lebih buruk daripada beta atau omega, tapi Jungkook bukan alpha shifter, jadi dia tidak perlu mengeluh.
Raja Jeon Dong-Hwan mengangkat pandangan dari layar laptornya, alis gelapnya sedikit berkerut. "Kau akhirnya kembali."
"Dirimu ingin bertemu denganku, Ayah?" Kata Jungkook, sambil menegakkan tubuhnya setinggi mungkin, yang mungkin tidak se-menakjubkan Raja, tetapi tentu saja membuatnya lebih tinggi daripada kebanyakan orang.
Dirinya jauh lebih tinggi dan memiliki banyak otot di banding kebanyakan orang. Tapi Jungkook selalu berpikir kalau di mata ayahnya, dia akan selalu menjadi versi yang lebih kecil dan lebih lembut dari saudaranya yang sudah meninggal, dan dia tidak akan pernah sebaik mendiang saudaranya.
"Duduk," Kata Raja Jeon Dong-Hwan singkat.
Jungkook melakukan apa yang diperintahkan.
Raja memandangnya dari seberang meja. "Aku mengadakan pertemuan dengan perwakilan Dewan Dunia pagi ini. Dirimu pasti sudah mengetahui hal itu."
Jungkook hanya mengangguk. Akan sulit baginya untuk mengabaikan hal itu ketika seluruh istana telah mempersiapkan kunjungan itu selama berhari-hari.
Dilihat dari cemberut Raja, pertemuan itu sepertinya tidak berjalan sebaik yang ayahnya harapkan.
"Dewan Dunia tidak senang dengan kita," Kata Jeon Dong Hwan. "Mereka berpikir kerajaan kita tidak layak menjadi bagian dari Persatuan Kerajaan Dunia sampai 'perang saudara barbar' kita berakhir."
"Perang sipil?" Jungkook berkata, alisnya berkerut. "Tidak ada perang saudara di kerajaan kita."
"Perang saudara Negara kita," Kata raja. "Di mata Dewan Dunia, Korea adalah satu kesatuan, dan mereka tidak peduli kalau Korea memiliki dua kerajaan yang berbeda dengan pemerintahan yang berbeda selama ribuan tahun. Mereka ingin kita berdamai dengan Kerajaan Daegu dan memilih satu Kanselir untuk mewakili dua kerjaan kita. Dewan dunia tidak ingin dua pemerintahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultima
FanfictionABO, Mpreg, Alpha X Alpha. STORY ALREADY END ON PDF. Kindly contact Minz for order. Thank you 😘