Pangeran Jungkook
Jungkook menatap dirinya di cermin, dan mengamati setelan barunya dengan kritis. Kain gelap memeluk bahu lebarnya dan menonjolkan pinggang rampingnya. Sedikit yang mungkin akan menebak berapa banyak usaha yang dia lakukan untuk menjaga dirinya tetap dalam kondisi seperti itu. Jungkook secara alami agak kurus, tetapi pelatihannya yang intens dan tahun-tahun yang dirinya habiskan dalam perang, telah membentuk fisiknya seperti yang dimiliki sebagian besar alpha. Jungkook bertanya-tanya, apakah dirinya akan menjadi lebih ramping lagi jika perang benar-benar berakhir.
Mengusir pikiran yang itu, Jungkook menyisir rambutnya yang telah ditata, dengan hati-hati dan tersenyum penuh kesombongan pada dirinya sendiri. Tidak ada gunanya membuat dirinya terlihat sempurna untuk pertemuan ini, seperti yang dikatakan Lucas. Ini hanya sebuah kesepakatan politik. Pasangan masa depannya pasti tidak akan peduli seperti apa penampilannya.
Ketukan di pintu membuat dirinya tersentak.
"Yang Mulia Pangeran, Yang Mulia Raja dan Ratu sudah menunggumu di helikopter dan akan segera menuju bandara."
"Terima kasih, aku segera menuju ke sana."
🐰🐰
Penerbangan ke Jung-gu, Ibukota Daegu, tidak memakan waktu lama, tapi rasanya tetap menyiksa. Jungkook terpaksa mendengarkan omelan marah ayahnya tentang upacara pernikahan seharusnya dilakukan di kerajaan mereka dan betapa memalukan, serta membahayakan, ketika mereka harus melakukan perjalanan ke wilayah musuh.
"Ayah, penduduk Daegu tidak akan menyerang kita di depan perwakilan Dewan Dunia," Kata Jungkook dengan nada paling sabar yang dirinya miliki, tapi tentu saja ayahnya mengabaikan kata-katanya.
Seperti biasanya.
Jungkook merasa sangat lega ketika akhirnya mereka turun dari pesawat. Dia mencintai ayahnya dan memandang ayahnya seperti anak laki-laki lain yang mengagumi ayah mereka. Tapi sebagai orang dewasa, dia berusaha mentolerir ayahnya dalam banyak hal. Ada terlalu banyak hal yang tidak Jungkook setujui, hal-hal dimana dirinya harus tutup mulut, karena Raja Jeon Dong-Hwan tidak tertarik pada pendapat selain pendapat dirinya sendiri.
Saat mereka dalam perjalanan menggunakan helikopter dari bandara menuju ke Arden House of Daegu, Jungkook memandang itu kota dengan antusias. Dia belum pernah ke Jung-gu sebelumnya. Harus dirinya akui, arsitektur Ibukota Daegu yang minimalis ini, sangat enak dipandang. Arden House, atau kediaman resmi Perdana Menteri Daegu, adalah sebuah gedung tinggi di pusat kota. Saat helikopter mendarat di atapnya, Jungkook menarik nafas dalam-dalam, sambil berusaha meredam jantungnya berdegup kencang.
Dan sepertinya hal itu tidak ada gunanya.
Tapi Jungkook tidak menyangka dirinya akan mengenali beta yang dipilih penduduk Daegu untuk mewakili negara mereka. Karena sekali dia melihat pria jangkung yang berdiri di samping Perdana Menteri Lee Byung-Hun, sudah cukup bagi Jungkook untuk mengetahui bahwa pria itu adalah calon pasangan masa depannya.
Kameral Kim Taehyung adalah salah satu dari sedikit politisi Daegu yang terkenal, bahkan hingga ke Seoul. Berkecimpung dalam dunia politik sejak usia muda, pria itu adalah pemimpin Partai Liberal, yang terkenal dengan pemikirannya yang tunggal untuk mengejar tujuannya. Pria itu juga dikabarkan menjadi favorit saat ini untuk memenangkan posisi Perdana Menteri tahun depan. Jungkook tidak yakin seberapa benar rumor itu. Sistem politik Daegu memang membingungkan. Dulu Daegu memiliki presiden terpilih, tapi setelah presiden terakhir mereka dicopot dari posisi dengan mosi tidak percaya, konstitusi ditulis ulang, dan perdana menteri sekarang dipilih melalui kombinasi suara rakyat dan pemungutan suara Unikameral. Jungkook tidak yakin dengan detailnya, tapi dia mendengar kalau Kim Taehyung sangat populer baik di Unikameral, maupun di antara masyarakat umum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ultima
FanfictionABO, Mpreg, Alpha X Alpha. STORY ALREADY END ON PDF. Kindly contact Minz for order. Thank you 😘