Suara langkah kaki seorang pemuda berumur 15 tahun itu ikut andil mengisi suasana riuhnya koridor lantai 18. Dengan outfit serba hitam, buket bunga dalam pelukan, dan gigi kelinci sebagai ciri khasnya—Zuo Hang, nama pemuda itu—tersenyum seraya sedikit membungkukkan tubuh kepada beberapa orang yang berlalu-lalang di dekatnya. "Terima kasih sudah bekerja keras."
Hari ini, Zuo Hang resmi mengakhiri masa cuti trainee dikarenakan dia mendapat project bermain film kurang lebih menghabiskan waktu selama dua bulan. Hari ini juga merupakan hari di mana TF Entertainment—agensinya—mengadakan konser tahun baru.
Sungguh disayangkan pada konser ini dia tidak bisa berpartisipasi karena tidak ada waktu untuk berlatih. Walaupun begitu, Zuo Hang tetap ingin datang ke gedung agensi untuk menemui rekan-rekan sesama trainee-nya.
"Lihat! Siapa yang datang?" Yu Yuhan berteriak kala matanya menangkap sosok Zuo Hang yang sedang berjalan ke arahnya.
Teriakan Yuhan sontak membuat atensi para staff dan trainee lain beralih ke sosok Zuo Hang yang kini sudah berdiri di ambang pintu ruang rias.
"Yo, Raja Pangsit kami telah kembali!" Suara Zhang Ji ikut meramaikan suasana.
"Raja pangsit telah kembali. Terima kasih untuk sambutannya, dan terima kasih juga untuk kerja keras kalian!" ucap Zuo Hang yang setelahnya dia tertawa pelan melihat teman-teman seperjuangannya menyambutnya dengan riang kecuali ....
Dia kembali mengambil langkah, mendekati salah satu pemuda yang tengah tertidur pulas di sofa.
Zuo Hang menghela napas, lantas melirik Tong Yukun yang kebetulan duduk tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Sudah berapa lama dia tertidur?"
Tong Yukun yang sebelumnya sedang sibuk dengan ponsel kini mendongak. "Entahlah, sepertinya 5 menit yang lalu. Dia masih ada waktu kurang dari 10 menit lagi sebelum penampilan dia yang selanjutnya," balas Tong Yukun. "Kurasa dia sangat kelelahan, mengingat kemarin dia juga sibuk dengan acara di sekolahnya. Ditambah semalam dia harus berlatih lebih lama daripada yang lain karena terlambat datang ke kelas latihan dance."
Zuo Hang mengangguk tanda dia paham dengan balasan Yukun. Setelahnya, pemuda yang kerap dipanggil 'Raja Pangsit' itu menjatuhkan tubuhnya—duduk tepat di samping Deng Jiaxin yang masih tertidur pulas di tempatnya.
"Bangun," kata Zuo Hang sembari menepuk pipi Jiaxin pelan.
Tak ada respons, Hang kembali mencoba membangunkan anak itu sekali lagi dengan nada suara yang sedikit naik. "Deng Jiaxin, bangun!"
"Kau ini sangat mengganggu, Mao Ge," racau Jiaxin. Tampaknya, dia tidak mendengar dengan baik suara seseorang yang sedang mencoba membawa jiwa kembali ke tubuhnya.
"Ini aku."
Jiaxin terdiam sejenak. Mencoba membuka mata untuk memastikan telinganya tidak salah mendengar. "Kau? Kau kenapa di sini?" Meski penglihatannya masih samar, siluet dari lawan bicaranya sudah bisa dipastikan ini orang yang dia pikirkan sebelumnya.
"Kenapa? Memangnya aku tidak boleh ke sini?" Zuo Hang bersedekap, menatap Jiaxin dengan tatapan malas.
"Ya, maksudku .... Bukankah hari ini hari upacara penutupan project film-mu? Kenapa kau malah datang ke sini?"
"Sudah selesai. Maka dari itu, aku ke sini."
Jiaxin mendengkus. "Seharusnya kau menggunakan waktu cuti terakhirmu untuk beristirahat di rumah. Bukankah harimu melelahkan?"
"Lelahku tidak seberapa dengan rasa lelahmu."
Mendengar itu, Jiaxin refleks mengalihkan pandangannya kepada Yukun. "Jangan bilang kau yang memberitahunya?"
Yukun membalas ucapan Jiaxin dengan cengiran tak berdosa.
Kini Hang yang mendengkus. "Hei, apa-apaan ini. Kau mencoba merahasiakan sesuatu padaku, hah?"
Jiaxin mengibaskan tangan. "Itu bukan hal yang penting, Hang Ge."
"Apa pun itu, jika berkaitan denganmu, artinya penting." Zuo Hang meletakkan kepalanya ke bahu kanan Jiaxin, lalu kembali berkata, "tolong kau diam seperti ini dulu, mataku sedikit lelah, dan oh ya, ini bunganya untukmu saja."
"Orang membelikan ini untukmu, kau malah memberikannya padaku. Kau ini tidak menghargai pemberian orang," omel Jiaxin tapi tak ayal tetap menerima sodoran buket bunga dari Zuo Hang.
"Lao Deng, produser memang membelikan itu untukku, yang berarti bunga itu sudah menjadi hak milikku. Jadi, terserah aku ingin diapakan bunga itu setelahnya. Diamlah, kau ini baru kutinggal dua bulan saja sudah tambah bawel. Agaknya perlu kuadakan kontes bawel antara kau dengan mama."
Jiaxin menjitak kepala Hang. "Kau ini!"
"Haha, ampun! Sakit!"
Setelah itu, keduanya tertawa bersama, saling melepaskan kerinduan yang memang tidak terucap secara langsung. Di sisi lain, ada sepasang mata menatap kedekatan Zuo Hang dan Jiaxin dengan tatapan tak suka.
"Tak bisa seperti ini terus."
***
Aku nggak tau ini sampai chapter berapa, tapi yang pasti sih nggak banyak mengingat ini cuma cerpen.
Gimana-gimana? Ada yang bisa tebak, dialog akhir itu siapa yang bilang?
Sampai jumpa besok!
14 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie || ZuoDeng ✔
Fanfiction[COMPLETED || HANYA CERPEN] Camaraderie Rasa saling percaya dan persahabatan di antara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama. "Itu bukan hal yang penting, Hang Ge." "Apa pun itu, jika berkaitan denganmu, artinya penting." **** Cerita pe...