"Deng Jiaxin!"
Langkahnya terhenti, tapi enggan membalikkan badan hanya untuk melihat siapa yang memanggil. Dia sudah sangat hapal, siapa pemilik suara ini.
"Kenapa kau jadi seperti ini, Jia? Maumu apa?"
Jiaxin masih terdiam di tempatnya, membuat Zuo Hang muak dan membalik tubuh lawan bicaranya ini secara paksa. "Lihat aku!"
"Jangan seperti ini, Hang. Nanti ada yang lihat." Jiaxin berucap dengan ekspresi datar. Menghela napas, menyingkirkan tangan Zuo Hang yang masih memegang lengannya. "Lebih baik berkumpul dengan yang lain."
"Aku berkumpul dengan yang lain, sedangkan kau menyendiri di sudut ruangan lain? Aku muak ada di situasi seperti ini, Jia! Ditambah kau sekarang berubah. Di awal rencana, kau bilang kita menghindari interaksi jika di depan kamera, bukan? Lantas kenapa kau malah semakin menjauhiku?"
Zuo Hang menghentikan sejenak ucapannya. Raut mukanya kini benar-benar menunjukkan sisi dirinya yang sebenarnya. "Aku sungguh bingung, tolong jelaskan padaku, kau kenapa? Apa yang membuatmu seperti ini ...."
Jiaxin merunduk. Jujur, ini semua bukan keinginannya. Menjauhi Hang dan perlahan berubah menjadi seseorang yang tertutup bukanlah keinginannya.
"Jawab aku, Jia!"
"Ini bukan urusanmu, Hang! Tidak bisakah kau diam? Teruslah berjalan ke depan dan tidak usah hiraukan aku yang berada jauh di belakangmu!"
Zuo Hang menggertakkan gigi. Matanya menatap tajam iris milik Jiaxin. "Terus berjalan ke depan dan meninggalkanmu di belakang, di saat kau adalah orang pertama yang membantuku untuk percaya diri dan menyemangatiku untuk terus bangkit saat jatuh, sampai akhirnya aku bisa berada di titik ini?" tanya Zuo Hang. "aku tidak seegois itu, Jia ...."
"Tapi keadaan memaksa kita untuk seperti ini, Hang."
"Kau tahu apa yang lebih menyesakkan dari dua orang yang berpisah?" Zuo Hang maju selangkah mendekati Jiaxin. "yaitu dua orang yang pernah begitu dekat, lalu tak lagi berbicara satu sama lain."
Keduanya terdiam dengan mata yang saling menatap. Tak ada kata lagi yang terucap, hanya ada sorotan mata yang sama-sama lelah. Dunia idol memanglah kejam, dan ZuoDeng berada di fase dituntut untuk menjadi orang lain karena dorongan penggemar. Komentar jahat silih berganti, keributan antar fans masing-masing sering terjadi, sampai akhirnya agensi harus turun tangan menjadikan keduanya seperti ini.
"Deng Jiaxin, bukumu ketinggalan." Tong Yukun berlari sembari meneriakkan nama Jiaxin, seketika membuat Zuo Hang dan Jiaxin kembali memakai topengnya.
"Kalian .... Maaf, bukan maksud menganggu."
Jiaxin dengan cekatan mengambil buku musiknya dari tangan Yukun. Bergegas begitu saja tanpa mengucapkan sesuatu apa pun.
"Hang ...."
"Kau mau bantu kami untuk keluar dari zona ini?"
Yukun tersenyum, lalu mengangguk. "Kenapa tidak?"
"Oh, ya, Hang. Ada yang ingin aku sampaikan. Kuharap kau jangan emosi."
Zuo Hang mengernyitkan kening, alisnya terangkat. "Apa?"
"Sebenarnya ...."
*****
Aiya, duibuqi nggak nepatin janji. Nanti malam (kalau nggak ada keadaan mendesak lagi), aku up yang part 7-nya ya!
Sampai jumpa, lagi!
20 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie || ZuoDeng ✔
Fanfiction[COMPLETED || HANYA CERPEN] Camaraderie Rasa saling percaya dan persahabatan di antara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama. "Itu bukan hal yang penting, Hang Ge." "Apa pun itu, jika berkaitan denganmu, artinya penting." **** Cerita pe...