10. Akhir yang Diharapkan

412 29 6
                                    

"Jangan terus memandangku seperti itu. Bola matamu lama-lama bisa lepas, lho."

Geram mendengar itu, dia melandaskan kepalan tangannya ke kepala lawan bicara. "Kau pikir aku boneka?!"

"Habisnya, dari tadi kau terus memandangiku tanpa kedip. Ya, kutahu, jika aku itu tampan. Tapi kutakut bola matamu benar-benar bisa lepas dari rongganya." Sekarang, satu cubitan berhasil mendarat di tangan.

"Sakit, Deng Jia!" Zuo Hang meringis. "Cubitanmu levelnya setara dengan cubitan mama! Aish, sakit sekali," tambahnya.

Jiaxin berdecak. "Diam! Jawab pertanyaanku tadi. Bagaimana bisa?"

Zuo Hang menghela napas. Memutar bola mata malas. "Ya seperti yang kau bilang tadi. Videonya sudah terposting di internet dan ternyata para penggemar kebanyakan menyukai kita yang seperti ini."

"Aku tidak yakin. Pasti ada yang kamu lakukan sampai akhirnya jadi begini," timpal Jiaxin, kekeh.

Zuo Hang merenung. Otak kembali membawanya ke beberapa hari yang lalu.

Dirinya yang berada di dalam kamar tengah asyik berkutik dengan ponselnya setelah membersihkan diri seusai pulang dari latihan. Matanya tiba-tiba membelalak saat melihat sebuah postingan di akun gosip yang mengatakan, 

'Zuo Hang pasti menjauhi Deng Jiaxin karena anak itu sekarang flop. Haha, aku sangat mendukung itu.'

Postingan tersebut terlihat dibanjiri komentar. Pihak pro dan kontra saling berdebat. Zuo Hang yang melihat itu hanya bisa mendengkus. Tidak habis pikir dengan pihak yang setuju dengan postingan tersebut. Mereka dengan percaya dirinya mengambil kesimpulan sendiri, padahal tidak tahu kejadian sebenarnya seperti apa.

Zuo Hang bisa berselancar bebas menjelajahi akun gosip dan beberapa postingan yang menyinggung dirinya dan Deng Jiaxin tentu dengan menggunakan akun palsunya yang ada di ponsel kedua. Jika dia menggunakan akun asli yang dibuatkan oleh agensi, lalu secara tidak sengaja melakukan kecerobohan, bisa habis reputasinya di dunia entertainment.

Secara cepat, otaknya mendadak memikirkan ide yang dia yakini bisa menjadi salah satu jalan keluar dari permasalahannya. Dari banyaknya akun yang menolak pernyataan di akun gosip tadi, Zuo Hang memilih salah satu di antaranya. Lalu, jarinya dengan cekatan mengirimkan pesan di akun itu dengan isi pesan, 'Hi. Kulihat, kau salah satu yang mendukung ZuoDeng untuk kembali. Apa kau ingin membantuku?'

Tak berselang lama, pemilik akun tersebut membalas, 'Hi. Bantu apa, dan kau siapa?'

'Tak peduli aku siapa, tapi aku bisa pastikan ZuoDeng kembali. Untuk itu, aku ingin meminta bantuanmu, agar semuanya bisa berjalan dengan baik.'

Dari berbalas pesan itulah, Zuo Hang meminta akun tersebut untuk membantunya kembali merekatkan kekompakan antara fans Zuo Hang dan Deng Jiaxin yang sempat renggang karena hubungan ZuoDeng di depan kamera terlihat tidak baik. Sang pemilik akun itu menyanggupi, dan terjadilah saat videonya yang memarahi sisheng Jiaxin tersebar di internet. Satu per satu pendukung ZuoDeng kembali bersatu. Data persentase popularitas Deng Jiaxin yang sebelumnya anjlok, kembali naik. Sampai pada akhirnya, datanya persentasenya benar-benar membuat Tuan Li terkejut.

"Hey, kau kenapa malah melamun bukannya menjawab pertanyaanku?"

Zuo Hang tersentak. Kembali sadar bahwa dirinya kini sedang bersama Jiaxin di salah satu ruang latihan. "Tidak peduli apa saja yang kulakukan untuk kembali seperti ini. Kau bukan aku. Jadi, kau tidak akan tahu, betapa pentingnya dirimu untukku.

Mulai sekarang, tak perlu lagi khawatir untuk berinteraksi denganku. Kita akan melalui berbagai badai, bersama. Kita harus tetap bersama sampai debut—" 

Zuo Hang terdiam. Lalu menggeleng cepat. "Ah, tidak, sampai di antara kita kembali lagi ke bumi," tutupnya.

Tak sadar, lengkungan indah itu tercipta. Membuat aliran darah Zuo Hang terasa hangat. Dalam hati, dia berjanji. Akan terus berusaha sebisa mungkin menjaga senyuman itu dari bahayanya ancaman yang akan mendera.

"Aku sudah lama tidak melihat senyum favoritku ini." Gemas, Zuo Hang mencubit kedua pipi Jiaxin. "Pulang nanti, aku traktir es krim."

"Janji?" Jiaxin mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Hang.

Zuo Hang tertawa. Menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Jiaxin, membuat janji. "Janji."

-Camaraderie Tamat-

*****

Yups, cerpennya sudah berada di titik akhir. Seharusnya diposting kemarin, cuma akunya ketiduran T_T

Terima kasih untuk kalian yang setia membaca, mem-vote, dan komen cerita ini, xixi. Berasa disambut, karena kupikir ini bakal nggak ada yang lirik.

Mau extra part? Komen di sini bagi yang mau. Kalau nggak, bisa di-skip.

Sampai jumpa lagi di lapak cerita yang lain!

Sampai jumpa lagi di lapak cerita yang lain!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ZuoDeng dan aku pamit, yaaa. Byeeee....

24 Maret 2022

Camaraderie || ZuoDeng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang