Prolog

45 0 0
                                    

Alaska menatap jalanan ramai di Amerika, tepatnya di New York. Ia baru saja menghadari pertemuan dengan salah satu kolega bisnis yang sering bekerja sama dengan perusahaan keluarganya, bahkan salah satu dari sekian teman dekat Ayahnya.

Alaska menghela napasnya, melepaskan ikatan dasi yang terasa mencekik lehernya. Alaska benar-benar kesal dengan pertemuan beberapa waktu lalu. Walau kesepakatan yang mereka setujui membawa untung kepadanya lebih dari 40%, tetapi pertemuan tadi benar-benar membuatnya menjadi kesal.

Ace menatap Alaska dari kaca tengah spion mobil, pria bertubuh sedikit lebih besar dari Alaska itu melirik Alaska yang terlihat kesal. Hanya saja, pria itu sepertinya tidak mau berbicara.

"Hubungan kerja sama antara perusahaan dengan kolega tadi cukup memuaskan Tuan" ucap Ace yang terdengar seperti mengejek secara tidak langsung. Pria itu hanya tersenyum seraya menatap layar ipadnya.

"Oh.. lihatlah Tuan. Berita Anda yang berpacaran dengan putri dari keloga teman ayah Anda. Bukankah menarik?" Ucap Ace yang semakin membuat Alaska kesal. Ace tahu watak Alaska, pria yang datar, cuek, dingin, dan terkesan irit bicara itu yang terkadang membuat Ace darah tinggi. Tetapi, kali ini saja Ace dapat melihat majikannya itu terlihat kesal.

"Wah wah... makin ramai Tuan. Ada yang mengatakan jika kalian cocok" ungkap Ace senang.

"Tutup mulutmu" suara Ace yang datar dan rendah itu, terkesan tenang. Bulu-bulu halus di tengkuk Ace bahkan sopir di sampingnya seketika merinding.

Ace tahu tanda-tanda Alaska marah, seperti hawa keberadaannya yang terasa pekat dan suara tenang dan datar. Walau Alaska sering menggunakan suara yang tenang dengan intonasi yang sesuai, tetapi suara tenang yang sedikit beriak berubah menjadi tenang terasa menyeramkan.

"Ba-baik Tuan. Sa-saya akan menghubungi pihak surat kabar dan majalah yabg menerbitkan go-gisip tentang Anda" ucap Ace yang sedikit gugup seraya mengambil ponselnya dan menekan beberap nomor untuk bisa menghubungi seseorang.

Alaska hanya diam mengamati Ace yang bergegas menghubungi bagian surat kabar dan majalah yang baru saja menampilkan gosip tentangnya. Sebenarnya Alaska tidak terlalu peduli akan hal itu, baginya membiarkan anjing menggonggo kelaparan adalah sesuatu hal yang perlu di lakukan. Akan ada waktunya tiba, jika anjing-anjing itu patuh kepadanya maka ia akan memberikan makanan berlimpah untuk anjing-anjing itu.

Alaska kembali menatap pemandangan kota yang padat itu. Sesekali ia mengamati orang-orang yang berada di kepadatan di jalan trotoar itu.

Musim dingin akan segera tiba, beberapa dari orang jalanan tidak menggunakan pakaian hangat. Mereka bahkan mengabaikan rasa dingin musim gugur di malam hari.

"Ace?" Panggil Alaska pelan.

"Ya Tuan?" Ace menatap Tuannya itu, tetapi melihat arah pandangan Alaska, Ace tahu maksud pria itu.

Seorang Alaska yang sering di dikatakan dingin dan irit bicara itu, ternyata memiliki sisi yang hangat dan penuh rasa peduli. Ia tidak membedakan dirinya dengan orang-orang diluar sana. Selama orang itu membutuhkan bantuan, Alaska akan menolongnya. Walau terkesan seperti tidak ikhlas, tetapi itu sudah menjadi ciri khasnya.

"Saya akan meminta tuan Gio untuk mengirimkan beberapa selimut untuk seluruh orang-orang dijalanan dan memberikan makanan gratis untuk mereka" ucap Ace.

Tidak ada jawaban dari Alaska, tetapi Ace tahu di balik ekspresi datar Alaska pria itu merasa senang. Ace hanya tersenyum, ia juga merasa bangga dan senang bekerja dengan Alaska walau ia harus mendapatkan kesialan saat bersama Alaska.

*Hallo minna~~

Aku kembali dengan cerita baru, aku harap kalian suka~.

Jika kalian tanya ada *bagian dewasanya.. ada kok.. 😂
Cuman masih agak nanti, kita perlu lakukan awalan sebelum ke inti bukan?

So, nantikan kelanjutannya ya

Salam cinta dariku 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang