𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆

656 59 18
                                    

Peluh bercucuran di dahi seorang pemuda yang menderapkan langkahnya jauh ke dalam hutan belantara. Tak dihiraukan kemeja compang-camping bercucuran keringat walau udara pegunungan Dieng seakan membekukkan rasa takut terhadap kekejaman penjajah.

Yang dia pikirkan hanyalah lari.

Derap sepatu boost serdadu Jepang tidak kalah bergas dengan irama jantung pemuda itu. Senapan laras panjang tergantung di punggung tak sempat meluncurkan pelatuk kala bola timah panas lebih dulu bersarang di betisnya. Dia tetap berlari terpincang.

"Sutoppu!"

[ Berhenti! ]

Satu peluru lain merobek punggungnya. Tubuh kekar serupa milik orang Belanda itu rubuh. Pandandangannya mengabur. Dalam keremangan yang mencekam, mata biru sekelam langit malam itu bersirobok dengan bayonet tentara Jepang, teracung tepat di depan wajah. Walau kesadarannya tinggal setitik, tertangkap oleh lensa matanya; seringai-seringai puas Nippon yang telah berhasil menangkap buronan paling dicari di Hindia Belanda.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
















· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Halo teman-teman! Aku datang lagi dengan cerita baru dengan genre sama seperti biasa... Entah kenapa tangan ini berasa gatel kalo ga nulis >.<
kuputuskan untuk keluar dari zona nyaman T_T Semoga cerita ini bisa terselesaikan dengan baik! Hope you enjoy 💖

𝐊𝐞𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐚𝐣𝐚𝐡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang