Sahutan tawa terdengar menggema dari dalam sebuah mansion didekat kota. Tawa khas dari seorang lelaki dewasa, dan dua anak kecil dengan perbedaan usia yang tak begitu jauh. Ketiganya saling menertawakan satu sama lain, ketika lelaki dewasa itu membuat lelucon seolah-olah kedua anaknya mengerti. Baginya, jika sang anak tertawa, itu berarti mereka mengerti apa yang dia bicarakan. Memang aneh lelaki satu ini.Namanya Jung Jaehyun. Duda tampan beranak dua, yang sudah menjadi pengusaha sukses sejak usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun. Hingga kini, diumurnya yang sudah hampir kepala tiga, perusahaan bisnis yang ia kembangkan masih terus menghasilkan pundi-pundi uang yang berlimpah. Menjadikannya salah satu orang terkaya di negeri tempat anak sulungnya lahir.
Kanada.
Jung Minhyung, putra sulung dari pengusaha terkenal; Jung Jaehyun. Namun biasa dipanggil Mark, oleh teman-temannya.
Kembali ke mansion megah didekat kota itu.
"Oh! AHAHAHA!!! hentikan, boys!!!"
"Ayo hyung!!! serang daddy!!!"
Sedangkan yang diteriaki oleh adiknya, kini sudah menggelepar tak berdaya dilantai kamar milik ayahnya.
"Hyung lelah ...." eluh Mark.
"Aish! begitu saja sudah lelah." ejek sang adik.
"Biarkan hyung istirahat, Jeno." ucap Jaehyun guna menengahi kedua anaknya.
"Tapi Jeno ingin bermain lagi, dad ...." Jeno dengan wajah memelasnya itu, kini mulai menggoyang-goyangkan lengan ayahnya yang ikut merebahkan diri dilantai seperti kakaknya.
"Boys? apa kalian merindukan Korea?" bukan menggubris rengekan anak keduanya, duda tampan itu malah balik bertanya kepada anak-anaknya. Dan dihadiahi dengan tatapan berbinar dari keduanya.
"Wah! apa kita akan kembali ke Korea, dad?" tanya Mark dengan antusias ketika mendengar pertanyaan ayahnya.
"Jeno merindukan nenek!" si hiperaktif pun tak kalah antusias dengan kakaknya.
"Kalian benar, boys! sejujurnya ... daddy akan mengurus sebuah cabang perusahaan baru disana. Apa tidak masalah? kita kembali bukan untuk berlibur, sayang ...." jelas Jaehyun dengan nada halus.
"Tidak apa-apa, dad!" jawab keduanya antusias. Mereka lalu melompat-lompat kesenangan sembari bergandengan tangan setelah mendapat anggukan dari Jaehyun.
"Lusa kita berangkat, bagaimana?"
"Sure!!!" dan Jaehyun pun tersenyum lebar mendengarnya.
_____Hari keberangkatan mereka pun tiba. Dan Jaehyun memutuskan untuk pindah sedikit lebih lama dari yang sebelumnya ia pikirkan. Mansion megah miliknya di Kanada ia biarkan isinya, agar suatu saat ketika ia kembali untuk urusan bisnis, dirinya bisa menempati mansion itu lagi.
Mark dan Jeno begitu antusias semenjak kaki mereka menginjak bandara. Keduanya selalu tersenyum dan saling bercerita tentang apa yang akan mereka lakukan jika sudah tiba di Korea nanti.
Selama didalam pesawat, Jaehyun yang mendengar percakapan kedua anaknya hanya sesekali menimpali dan terkadang tertawa kecil, ketika dirasa ucapan anaknya sedikit konyol. Seperti ....
"Hyung! bagaimana jika kita tidak usah sekolah? biar kakek selalu mentraktir kita dirumah, oke kan?" tanya Jeno. Mark yang mendengar pertanyaan dari adiknya pun lantas menggeleng dan melirik kearah Jaehyun yang duduk disampingnya.
"Kata aunty Joy, jika kita ingin sukses seperti daddy, kita harus rajin belajar. Jika kita tidak sekolah, bagaimana kita bisa belajar dan menjadi sukses?" tanya Mark balik dengan segala kecerdasannya. Dan Jeno hanya bisa terdiam, lalu tiba-tiba ia tersenyum hingga matanya membentuk dua bulan sabit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid Lee {Jaeyong}
Non-FictionLee Taeyong hanya seorang pemuda manis sederhana. Hidupnya sebatang kara sejak sang ibu meninggal dalam sebuah kecelakaan beruntun. Suatu hari, cafe tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan besar dan terpaksa memecat beberapa pegawainya, termasuk Le...