4. Ketiga kalinya

495 73 3
                                    


"Dimana lagi aku harus mencari pekerjaan?" tanya Taeyong entah kepada siapa.

Panas sinar matahari yang menyengat kulit, ternyata tak mematahkan semangat pemuda manis bersurai merah muda itu. Sejak pagi tadi, dirinya sudah sibuk berdandan rapi dan melamar pekerjaan diberbagai tempat. Namun lagi-lagi, tidak ada satupun tempat yang mau menerimanya. Hal itu lah yang membuat bibirnya kini melengkung ke bawah, dan terduduk lemas didepan sebuah toko bunga.

'Tuhan ... bisakah kau menurunkan malaikat baik untukku, saat ini?' batin Taeyong berkata.

"Apa yang kau lakukan, anak muda?" tanya seseorang tiba-tiba. Taeyong lantas mendongak, dan kemudian tersenyum lebar melihat sosok itu.

"Bibi, apa bibi memiliki lowongan pekerjaan? aku sangat membutuhkannya ...." lirih Taeyong diakhir.

"Sebenarnya ... bibi tidak punya." Taeyong pun langsung tertunduk lesu mendengarnya.

"Tapi mungkin teman bibi mem-"

"Ada apa denganmu, Yoomi-ya? siapa pemuda manis ini?" tanya seseorang wanita lain yang datang secara tiba-tiba.

"Seoli-ya ... pemuda ini butuh sebuah pekerjaan. Apa kau memiliki sebuah lowongan, untuknya?"

Wanita tua bernama Seoli itu terlihat berpikir sejenak, dan memandang Taeyong dari atas sampai bawah, yang membuat Taeyong gugup seketika.

"Sepertinya, aku tahu pekerjaan apa yang cocok untukmu." Taeyong berbinar antusias, dan semakin bersemangat saat wanita itu memberinya selembar brosur.

Namun sayang, kenyataan memang tidak pernah sesuai dengan ekspektasi.

"Maid?" kening Taeyong berkerut heran, lalu melemparkan pandangan bertanya pada sosok wanita disampingnya.

"Benar. Jika kau tertarik, kau bisa datang ke alamat itu." balas wanita itu dengan senyuman kecil.

"Tapi ... mengapa anda menawari saya pekerjaan ini, nyonya?" tanya Taeyong lagi.

"Aku akan mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Kau tak perlu khawatir ... karena, tuan Jung adalah sosok yang baik." jawab wanita tua itu dnegan santainya.

"Baiklah ... terima kasih nyonya, bibi, aku pamit dulu," ucap Taeyong. Lantas ia berbalik, dan melangkahkan kakinya untuk kembali kerumahnya.

'Besok pagi, aku akan coba datang ke alamat ini. Menjadi maid? itu tidak masalah, bukan? lagipula ... aku bisa bersih-bersih dan memasak.' pikir Taeyong sembari kedua tangannya menggenggam erat brosur itu.
_____

"Terima kasih karena telah melayani kami bertiga hampir satu bulan lamanya, ahjumma ...."

"Sama-sama, tuan Jung ... saya izin pamit undur diri."

"HIKS! HIKS! HIKS! ANDWAE!!! JANGAN PERGI, AHJUMMA!!!"

"Tuan muda Jeno, berhenti menangis ... ya? ahjumma janji, kalian akan mendapatkan yang baru."

"Shireo, ahjumma ...."
_____

"Huh?" gumam Taeyong pelan saat melihat pintu apartemen didepannya.

"Sepertinya ... aku tidak asing dengan tempat ini," ucapnya.

Tok!

Tok!

Tok!

Terdengar suara rusuh dari dalam apartemen itu, lalu tiba-tiba pintu terbuka lebar menampilkan sesosok lelaki tampan dengan spatula ditangan kirinya.

"Siapa yang mengganggu acara memasak ku?" tanya pemilik apartemen itu dengan memejamkan matanya seperti menahan emosi.

Lalu ia membuka matanya, dan terkejut melihat seseorang yang ada tepat didepan pintu apartemennya.

"KAU?!" teriak keduanya bersamaan. Taeyong pun sama terkejutnya, dan refleks berteriak saat melihat wajah pemilik apartemen yang ia ketuk pintunya tadi.

"Apa yang kau inginkan?" tanya lelaki tampan itu setelah menormalkan dirinya.

Taeyong tiba-tiba menjadi kikuk, dan menyodorkan pelan brosur kepada pemilik apartemen itu.

Lelaki tampan itu mengernyitkan dahinya, namun tetap mengambil brosur itu dan lekas membacanya.

Setelahnya, ia mengangguk-angguk mengerti dan memerintahkan Taeyong untuk masuk ke dalam apartemen miliknya.

"Kau diterima. Mulailah bekerja hari ini, dan buatkan aku sarapan sekarang, karena aku sangat lapar."

'Aku akan menerima apapun terkait dirimu, Taeyongie ....'

"Baik. Tuan?"

"Jung Jaehyun. Tidak perlu embel-embel tuan, dan bekerja lah layaknya seorang ibu rumah tangga dengan dua anak di sini. Aku tidak menerima penolakan, dan jangan tanya alasan apapun padaku. Tinggal saja bersama kami bertiga di sini, agar mempermudah pekerjaan mu." ucap Jaehyun mutlak, dan Taeyong hanya bisa mengangguk kaku mengiyakan.

'Kau sudah seharusnya menjadi istri dan ibu dari anak-anakku, bukan menjadi pembantuku ... atau baby sitter untuk kedua anakku.'

To be continue

Maid Lee {Jaeyong}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang