VICTOR 25

23.5K 2.5K 278
                                    

Happy Reading

1k vote for next!

Clementine terduduk sendirian di ruangan yang sepi. Mata cantiknya menatap bayangannya sendiri di cermin. Kini sosok yang tidak berdaya itu terlihat jelas di hadapannya, mengejek Clementine dengan tampang menyedihkannya. Clementine sedih sekaligus marah kepada dirinya sendiri.

Mengapa dia terlalu takut untuk menghadapi semuanya?

Mengapa kepalanya selalu tertunduk kepada seseorang yang bahkan hanya bisa menyakiti fisik dan batinnya?

Begitu banyak bayangan buruk yang mengisi otaknya. Pikirannya seperti dipenuhi oleh pengaruh buruk lelaki gila bernama Victor. Langkahnya untuk berlari seolah tertahan oleh kehadira laki-laki itu. Clementine sesak dan muak secara bersamaan.

Tidakkah lelaki itu menyadari kesengsaraannya?

Pandangan Clementine tertuju pada bibirnya yang telah terbalut oleh lipstik merah. Jemarinya menyentuh permukaan bibirnya dengan raut penuh penyelesaian. Bibir ini yang telah mengatakan kalimat bodoh yang pernah ia pikirkan. Bagaimana bisa dia meminta Victor untuk menikahinya sedangkan dirinya sendiri sudah menolak kehadiran Victor sejak awal?

"Kamu bodoh, Clem. Kamu sudah melakukan kesalahan besar!" Clementine menunjuk dirinya sendiri di depan cermin seakan tengah memaki dirinya sendiri.

"Setelah ini kamu akan terikat sepenuhnya bersama lelaki iblis itu!" Tangan Clementine terkepal sehingga gelang yang berada di dalam genggamannya tanpa sengaja melukai telapak tangannya. Clementine meringis.

Clementine meratapi nasibnya yang malang. Entah perbuatan buruk apa yang pernah dia lakukan sampai menerima karma sekejam ini. Clementine tidak sanggup, dia seperti hidup dan mati berulang kali di dalam genggaman seorang Victor.

Tawa miris Clementine menggema di dalam ruangan itu. "Sekarang, kita lihat bagaimana kau bisa bertahan di dalam jeruji besi bersamanya, Clem."

"Karena pernikahan ini hanya akan membawamu ke dalam dua pilihan. Kematian atau tunduk sebagai budak yang baik," ucap Clementine. Hatinya seperti tersayat saat mengatakan kalimat itu. Clementine terluka.

Tatapan Clementine beralih kepada gaun indah yang tengah ia kenakan. Gaun putih sederhana dengan renda mutiara di lingkar pinggulnya seakan menutupi kesedihannya. Serta beragam merk make up yang berjejer di meja riasnya.

Nyatanya semua kemewahan yang Victor berikan kepadanya, tidak membuat Clementine teralih dari kemurungannya. Clementine justru semakin tertekan dengan kenyataan bahwa sebentar lagi laki-laki yang ia panggil monster itu akan menjadi suaminya. Clementine akan semakin terikat dengan pernikahan paksa ini.

Clementine menyapu semua barang yang terdapat di meja riasnya sehingga semuanya terlempar begitu saja. Clementine menutup bibirnya yang tengah berteriak dengan sekuat tenaga, melepas beban yang membelenggu jiwanya. Tak lama setelah itu air matanya berjatuhan dengan deras. Runtuh sudah pertahanannya.

"Kenapa menjadi seperti ini?!" teriak Clementine tersedu-sedu. Wajahnya tampak memerah, bibirnya pun ikut memerah karena ia menggigitnya terlalu keras.

Clementine tersentak kala sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya posesif. Clementine membuka matanya yang sempat tertutup beberapa saat, lalu menoleh mendapati Victor dengan tuxedo formal yang berwarna senada dengan miliknya.

"Kenapa kau melampiaskan kemarahanmu kepada benda-benda yang tidak bersalah itu, sayang?" bisik Victor tepat di telinga Clementine. Gadis itu menggeliat tidak nyaman karena Victor telah menggoda titik sensitivenya.

VICTOR [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang