[3] si gadis olimpiade yang bodoh

118 24 0
                                    

Jumat, 22 April 2022

***

Hujan sudah mulai berhenti saat Athena melirik jam yang sudah menunjukkan tepat pukul 8 malam. Matanya memindai– melihat kondisi sekitar yang sepertinya tidak ada orang di ruangan ini selain dirinya.

Setelah mengantarkan teh hangat, Ares langsung pergi begitu saja meninggalkan Athena sendiri. Athena tidak tahu, dan tidak ingin tahu ke mana laki-laki itu pergi, karena bukan urusannya juga.

Athena berdiri, menuju ke ruangan tamu yang berada di posisi depan. Sebentar dia tercengang dengan semua isi yang seluruhnya laki-laki memakai jaket hitam khas mereka.

"Mau join nggak, Athena?" tanya Azhar yang sedang memegang stik billiar.

Athena menggeleng pelan. Mana ngerti dirinya bermain billiar seperti itu. Di handphone nya saja bahkan dia tidak pernah bermain game billiar. "Nggak," ujarnya pelan.

"Ayo, nanti gue ajarin," ajak Azhar masih ingin Athena memainkan permainan itu.

"Gue nggak bisa." Athena menjeda ucapannya sebentar. "Mana Ares?"

"Cie, kangen ya?" ujar Azhar menyoraki. Beberapa diantar mereka yang mendengar hanya tersenyum, tidak berani ikut campur.

Ctak

Athena melihat Jason yang berhasil memasukkan satu bola billiar tersebut ke dalam– ah, Athena tidak tahu apa namanya. Tempat yang bisa menampung bola tersebut seperti gawang, posisinya berada di setiap ujung meja permainan.

"Ares pergi, dia juga nggak bilang mau ke mana," ujar Jason. Namun matanya tetap fokus pada bola kecil yang mulai menggelinding masuk. "Kalo gue menang, motor lo buat gue, Tony."

"As you wish, brother," ujar salah satu laki-laki yang menyahuti ucapan Jason.

"Kamar mandi di mana?" tanya Athena. Dia tidak bisa berlama-lama di dalam sarang buaya seperti ini. Kesempatan tidak datang dua kali, Athena harus bisa kabur dari sini.

"Di belakang, belok kiri," ucap Azhar.

"Oke, makasih." Segera dia berjalan menuju ke belakang, mencari jalan keluar dari sana, karena tidak mungkin sekali melalui pintu depan yang dijaga banyak anggota.

Athena mengintip sebentar keadaan di luar setelah berhasil membuka kaitan pintu belakang markas. Ternyata tidak sepenuhnya berhenti, gerimis halus masih tampak membasahi daun-daun.

"Wow." Athena takjub, baru menyadari jika di belakang markas yang menurut Athena, jika dari depan tampak seram, ternyata ada surga tersembunyi di belakangnya. Ada kolam renang dengan tempat duduk seperti cafe di luar sana. Athena yakin sekali jika tidak hujan seperti ini, pasti mereka– laki-laki di dalam sana pasti akan duduk berkumpul di sini.

"Gue bisa," ujar Athena menyemangati dirinya sendiri. Kemudian kakinya melangkah meninggalkan belakang markas. Memutari rumah besar itu untuk mencapai pagar depan tanpa ketahuan siapapun.

***

"Baru pulang?" tanya Artemis, ibu kandung Athena yang mengasuhnya sejak kecil, tanpa seorang ayah.

"Hum, maaf, Bu. Tadi hujan," jawab Athena berbohong. Padahal yang sebenarnya kan– ah sudahlah. Tidak perlu dijelaskan lagi bagaimana jantungnya ketika mencoba melarikan diri dari sarang iblis itu.

"Baju bersih sudah Ibu siapin di kamar. Kamu bersih-bersih dulu."

"Iya Bu." Selepas bertemu ibunya yang berada di ruang tamu, Athena meninggalkannya ke belakang, berniat ingin mandi saja karena sudah kepalang basah, kepalanya juga basah karena terkena rintikan hujan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARESNIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang