[2] Ares - Athena

127 29 33
                                        

[21 Februari 2022]

Sejak dari tadi Athena menatap Rhea yang duduk gelisah selama ulangan harian fisika berlangsung. Mereka duduk berdua, tetapi Athena tidak dapat menegur Rhea karena ruangan kelas yang sangat sunyi ini terdapat guru yang menatap tajam kepada siswa satu persatu. Athena saja bahkan bergidik ngeri. Dia tidak berani berkutik jika semua menyangkut guru BK itu yang tidak tahu bagaimana bisa, menggantikan Pak Suhartono selaku guru fisika yang tidak hadir hari ini.

"Psstt!"

Athena mendelik saat salah satu anak kelasnya, laki-laki, berbisik pelan. Tidak tahu siapa yang dituju-

"Athena!" bisik laki-laki itu memanggil Athena.

Athena memejamkan matanya sejenak, berusaha menahan kesabaran karena dia tidak tahu saja, Athena yang sama juga merasa serangan jantung pada ulangan fisika kali ini. Bagaimana jika nantinya kertas ulangan yang Athena pegang tiba-tiba ditarik oleh guru itu? No, Athena tentu tidak ingin adanya kejadian bodoh.

"Aidan!" seru guru itu dengan garang.

Athena meringis pelan. Untung saja, dia tidak menoleh ke belakang saat Aidan memanggilnya.

"Silahkan kumpul ulangannya di depan meja. Yang tertib, jangan seperti anak TK yang tidak tahu aturan."

Serempak semuanya berdiri. Begitupun Athena dan Rhea yang mulai melangkahkan kakinya menuju ke meja guru. Setelah itu, keduanya kembali ke meja lalu merapikan alat tulis yang mereka pakai tadi.

"Gue habis ini langsung pulang," bisik Athena pelan kepada Rhea.

"Na ...." Tatapan Rhea melirih menatap Athena yang sudah tersenyum senang. Dari tatapan matanya seakan mengatakan 'habis lo pulang ini'.

"Bantuin ambil buku," serunya lagi dengan wajah ditekuk.

"No, Rhea. Kali ini gue nggak bisa bantu lo." Athena memasukkan kotak pensilnya ke dalam tas. "Lo tahu gue."

"Athena, bantu Ibu bawakan tas dan kertas ulangan ini ke kantor. Ibu minta bantuan kamu untuk koreksi tugas."

Athena tersenyum senang. Dia menatap wajah Rhea yang berubah jadi masam. "Takdir selalu berpihak ke gue."

"Dan gue doain semoga lo dapet kesialan yang berkepanjangan."

Athena tertawa, gigi putihnya bahkan sempat terlihat. "Gue ke depan dulu. Bye."

"Sialan!"

***

Malam ini langit tampak tidak mendukungnya untuk berjalan-jalan ke taman mini yang dipenuhi oleh anak-anak. Satu persatu Athena melihat anak-anak itu mulai berlarian menuju tempat yang lebih teduh, menghampiri orang tuanya dengan pelukan hangat mereka sebagai sambutan.

Athena tersenyum tipis. Anak-anak itu ... sangat bahagia. Bagaimana rasanya memiliki orang tua yang lengkap? Yang berdiri dengan senang menyambutnya di depan pintu ketika pulang sekolah? Atau memeluknya ketika sedang menghadapi masalah.

"Eh!" Athena berjengkit terkejut saat anak kecil dengan badan yang lumayan tinggi- untuk seukuran anak kecil, tiba-tiba saja menabraknya dari arah belakang. Anak kecil itu langsung terduduk karena jatuh, dia mengusap-usap dengkulnya yang mungkin terkena hantaman semen.

"Bisa berdiri?" tanya Athena prihatin.

"Bisa, tapi sakit." Dia meringis pelan, lalu mengipasi dengkulnya ; mungkin sedikit terasa perih. "Kakak aku di situ, tuh!" Dia menunjuk arah tempat duduk yang letaknya tak jauh dari sana. Karena angin yang kencang, mata Athena sedikit menyipit untuk menyesuaikan. Dan begitu Athena melihat jelas, mata Athena melotot terkejut.

ARESNIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang